yang kurang-lebih sama. Istilah kesalahan error dan kekeliruan mistake dalam pengajaran bahasa dibedakan yakni penyimpangan dalam pemakaian bahasa.
Kekeliruan pada umunya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan
dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran
linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki oleh para siswa sendiri bila yang bersangkutan lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian.
Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan
biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis, kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh
guru, misalnya melalui pengajaran remedial, latihan, praktik, dan sebagainya. Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman
siswa akan sistem bahasa yang dipelajarinya.
6
D. Pengertian Kata Ganti
Kata ganti adalah “kata benda yang menyatakan orang sering kali diganti
kedudukannya di dalam pertuturan dengan sejenis kata yang lazim.”
7
Definisi lain mengungkapkan
kata ganti pronomina adalah “kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain, berfungsi untuk mengantikan
nomina.”
8
Selanjutnya pengertian kata ganti m
enurut Djoko Kentjono adalah “kata yang dipakai untuk mengganti atau mengacu kepada kata lain. Kata ganti dapat menggantikan kata benda dan
menduduki fungsi kata benda tersebut, misalnya fungsi subjek atau fungsi objek.”
9
Sedangkan m enurut Hasan Alwi jika ditinjau dari segi artinya, “pronomina
adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Sedangkan jika
6
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 1988, hlm. 75-76, cet. Ke-1
7
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm. 91, cet. Ke-1
8
Widjono, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi Edisi Revisi. Jakarta: Grasindo, 2007, hlm. 135, cet. Ke-3
9
Djoko Kentjono, dkk., Tata Bahasa Acuan Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing. Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2010, hlm. 176, cet. Ke-2
dilihat dari segi fungsinya dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek dan objek.
”
10
Sumber lain mengungkapkan “pronouns are words that stand for or take the place of nouns.”
11
Maksud dari pengertian tersebut adalah “kata ganti adalah kata yang berdiri untuk menggantikan kata benda.”
Dari semua pernyataan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa kata ganti adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina
kata benda atau kata lain yang dibendakan dianggap benda.
E. Macam-macam Kata Ganti
Pengelompokkan kata ganti yang lazim dikenal juga dengan pronomina dibedakan menjadi bermacam-macam jenis. Menurut Ida Bagus Putrayasa
“subkategorisasi terhadap kata ganti pronomina didasarkan atas dua hal, yaitu: a
Dilihat dari hubungannya dengan nomina, yaitu ada atau tidaknya anteseden dalam wacana. Berdasarkan hal tersebut pronomina dibagi menjadi: 1
Pronomina intratekstual yang menggantikan nomina yang terdapat dalam wacana. Jika anteseden terdapat sebelum pronomina, pronomina tersebut
dikatakan bersifat anaforis. Akan tetapi, jika anteseden muncul sesudah pronomina, pronomina tersebut dikatakan bersifat kataforis. 2 Pronomina
eksratekstual yang menggantikan nomina yang terdapat di luar wacana. Pronomina tersebut bersifat deiksis.
b Dilihat dari jelas atau tidaknya referennya, pronomina terdiri atas: 1
Pronomina takrif menggantikan nomina yang referennya jelas, 2 Pronomina tak takrif yang tidak menunjukkan orang atau benda tertentu.
12
Menurut Widjono ada tiga macam pronomina
13
, yaitu: 1.
Pronomina persona adalah pronomina yang mangacu kepada orang. Persona pertama tunggal saya, aku, daku, -ku, dan persona jamak kami; persona kedua
10
Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Balai Pustaka, 2000, hlm. 249, cet. Ke-3
11
Charles W. Bridges and Ronald F. Lunsford, Writing: Discovering Form and Meaning, California: Wadsworth Publishing Company Belmont, 1984, hlm. 390, cet. Ke-10
12
Ida Bagus Putrayasa, Kajian Morfologi Bentuk Derivasional dan Infleksional. Bandung: Refika Aditama, 2010, hlm. 51-53, cet. Ke-2
13
Op cit, hlm. 135, cet. Ke-3