Rasio Kecukupan Modal Penilaian Rasio CAMEL

35 1 Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan; 2 1-month maturity mismatch ratio; 3 Loan to Deposit Ratio LDR; 4 Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang; 5 Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti; 6 Kebijakan dan pengelolaan likuiditas assets and liabilities management ALMA; 7 Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya, dan 8 Stabilitas dana pihak ketiga DPK

2.4.1 Rasio Kecukupan Modal

Rasio kecukupan modal CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menyanggah atau menunjang aktiva yang mengandung resiko terutama kredit dan aktiva lainnya seperti penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain. Rasio ini juga merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian bank yang disebankan oleh aktiva yang beresiko Dendawijaya 2005:121. Menurut Kuncoro dan Suhardjono 2002:562, CAR merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul Universitas Sumatera Utara 36 yang dapat berpengaruh terhadap kinerja suatu bank dalam menghasilkan keuntungan, dan menjaga besarnya modal yang dimiliki. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 1015PBI2008 tercantum bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 dari aset tertimbang. Dalam menghitung aktiva tertimbang menurut resiko, terhadap masing-masing aktiva diberikan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar resiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot resiko yang didasarkan pada kadar resiko yang didasarkan pada golongan nasabah, penjamin serta sifat agunan Siamat 2005:254. Besar kecilnya modal yang dimiliki sebuah bank dapat digunakan untuk memprediksi apakah bank tersebut akan mengalami kebangkrutan atau tidak pada masa yang akan datang. Jadi dapat disusun sebuah logika bahwa dengan tercukupinya permodalan bank, maka bank tersebut dapat menjalankan operasinya dengan efisien. Saat bank dikatakan efisien dalam menjalankan operasinya, maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut mempunyai kinerja yang bagus, sehingga potensi untuk mengalami kerugian dapat diminimalisir. Dengan semakin kecil kerugian yang dialami, maka dapat dipastikan laba yang diperoleh bank tersebut semakin meningkat.

2.4.2 Kualitas Aktiva Produktif