Latar Belakang Penelitian MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL.

1 Eka Yudha, 2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar UU Peraturan Pemerintah Republik INDONESIA Nomor 32 Tahun 2013 Depdiknas, 2013. Proses pembelajaran akan terjalin dengan baik apabila terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa. Di sekolah, salah satu mata pelajaran pokok yang perlu mendapat perhatian adalah matematika, dimana matematika diajarkan mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Pembelajaran matematika di sekolah tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tetapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya agar pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran matematika mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan serta membentuk sikap siswa. Kemampuan berpikir perlu dilatihkan sejak dini dan diterapkan baik di sekolah maupun diluar sekolah. Pentingnya pembelajaran matematika dapat dilihat dari tujuan pembelajaran matematika yang tersurat dalam KTSP untuk jenjang SMP Depdiknas, 2006 yaitu agar siswa mempunyai kemampuan: 1 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3 memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4 Mengkomunikasikan gagasan 2 Eka Yudha, 2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan 5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika di atas, diketahui bahwa kemampuan penalaran merupakan kemampuan yang sangat penting untuk dikuasai siswa. Penalaran dapat membantu siswa melihat matematika sebagai sesuatu yang logis dan masuk akal, sehingga dapat membantu mengembangkan keyakinan siswa bahwa matematika merupakan sesuatu yang mereka dapat pahami, pikirkan, jastifikasi, dan evaluasi Baroody, 1993, sehingga melalui penalaran, siswa dapat lebih memaknai apa yang telah mereka pahami, serta dengan memahami suatu konsep matematika dapat mengakibatkan meningkatnya kemampuan penalaran. Penalaran matematis merupakan suatu kebiasaan otak yang lain harus dikembangkan secara konsisten menggunakan berbagai macam konteks, mengenal penalaran dan pembuktian merupakan aspek-aspek fundamental dalam matematika Turmudi, 2008. Wahyudin 2008: 521 menyatakan bahwa kemampuan untuk menggunakan nalar sangatlah penting untuk memahami matematika. Dengan demikian, dapat dikatakan jika seorang siswa harus mempunyai kemampuan nalar yag baik agar dapat memahami matematika dengan baik pula. Kompetensi-kompetensi yang perlu dimiliki siswa melalui pembelajaran matematika yang ditetapkan oleh NCTM 2000 adalah: 1 pemecahan masalah problem solving, 2 penalaran dan pembuktian reasoning and proof, 3 komunikasi communication, 4 koneksi connection, dan 5 representasi representation . Kompetensi-kompetensi tersebut termasuk pada kemampuan berpikir tingkat tinggi high order mathematical thinking yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika. Sumarmo 2005: 5 berpendapat bahwa kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi high order mathematical thinking diantaranya adalah kemampuan penalaran. Laporan hasil 3 Eka Yudha, 2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu studi Henningsen Stein 1997, Mullis 2000, Suryadi 2005, dan Murni 2013 yang mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika pada umumnya belum terfokus pada pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Siswa lebih dominan menyelesaikan soal dari buku teks dan kurang memperoleh masalah non rutin yang dapat melatih kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi. Dengan demikian perlu adanya upaya untuk mengembangkan pembelajaran matematika yang berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan penalaran merupakan karakteristik utama matematika yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mempelajari dan mengembangkan matematika atau menyelesaikan suatu masalah matematika Ansjar Sembiring, 2000. Bahkan, implementasi pembelajaran yang menekankan kehadiran penalaran juga telah direkomendasikan oleh NCTM 2000: 26 dengan menyatakan bahwa penalaran merupakan bagian dari kegiatan belajar-mengajar matematika. Penalaran berkaitan erat dengan matematika. Senada dengan hal tersebut, depdiknas 2002: 5 menyatakan bahwa materi matamatika dan penalaran matematis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika. Akan tetapi, beberapa studi menunjukkan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa dalam pembelajaran matematika masih belum memuaskan. Armiati 2011 mengemukakan hasil penelitian terhadap mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika di Kota Padang menunjukkan bahwa kemampuan penalaran matematis mahasiswa terkategori rendah. Sedangkan Shodikin 2014 dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa, pencapaian kemampuan penalaran matematis siswa SMA masih rendah. Rendahnya kemampuan matematis siswa dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Anku Mahmudi, 2010, salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar matematika siswa adalah disposisi mereka terhadap matematika. Hal yang sama diungkapkan oleh Mudzikah 2012 bahwa disposisi 4 Eka Yudha, 2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu matematis merupakan faktor pendukung dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muslim 2013 pun mengungkapkan bahwa disposisi matematis siswa masih tergolong rendah. Sehingga disposisi matematis yang merupakan sikap siswa juga perlu menjadi perhatian khusus para guru dalam pembelajaran matematika. Disposisi merupakan kecenderungan untuk berperilaku secara sadar consciously, teratur frequently, dan sukarela voluntary untuk mencapai tujuan tertentu, dalam konteks matematika Katz mengungkapkan disposisi matematis berkaitan dengan bagaimana siswa menyelesaikan masalah matematis termasuk di dalamnya apakah percaya diri, tekun, berminat, dan berpikir fleksibel untuk mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian masalah Mahmudi, 2010. Menurut Kilpatrick disposisi matematis harus ditingkatkan karena merupakan faktor utama yang menentukan kesuksesan belajar Kilpatrick et al dalam Mandur dkk, 2013:4. Kita perlu menekankan bahwa siswa harus menghargai matematika dan memiliki keyakinan pada kemampuannya dalam bermatematika. Untuk mencapai tujuan ini secara efektif, kita harus menyadari bahwa keputusan yang dibuat dalam instruksi dan penilaian dapat mempengaruhi sikap dan disposisi matematika siswa. Oleh karena itu, kita harus bekerja untuk mengembangkan sikap positif terhadap matematika pada siswa-siswanya. Pengembangan minat, sikap positif dan ketertarikan terhadap matematika yang akan membentuk kecenderungan yang kuat terhadap matematika. Untuk dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan disposisi matematis siswa dalam menghadapi suatu permasalahan matematika baik itu pada kegiatan pembelajaran di kelas atau kehidupan sehari-hari siswa, kita perlu mengembangkan suatu pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang dapat mendorong siswa memahami konsep dengan cara mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, mendorong siswa untuk berpikir dan terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. 5 Eka Yudha, 2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Inquiry co-operation model merupakan sebuah pembelajaran yang menekankan pada proses penyelidikan, penemuan suatu konsep pengetahuan dan penyelesaian masalah. Melalui proses penyelidikan yang dilakukan selama pembelajaran, siswa menemukan sendiri konsep materi yang dipelajari melalui bimbingan guru. Guru aktif mengkreasi suatu situasi atau permasalahan yang akan menjadi topik penyelidikan siswa, memberikan arahan, serta mengkondisikan agar siswa dapat mengungkapkan perspektifnya, bertanya, dan menjawab pertanyaan- pertanyaan yang dikemukakan oleh guru ataupun siswa yang lain. Sementara siswa aktif dalam melakukan penyelidikan terhadap suatu situasi atau permasalahan yang telah disusun sedemikian rupa oleh guru, mengungkapkan perspektifnya, bertanya, memformulasikan kembali suatu konsep, mencari berbagai alternatif strategi penyelesaian, dan menggunakan strategi tersebut dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Pembelajaran inquiry co-operation model memuat delapan komponen, yaitu: a getting in contact; b locating; c identifying; d advocating; e thinking aloud; f reformulating; g challenging; dan h evaluating. Untuk dapat aktif dalam pembelajaran inquiry co-operation model kemampuan awal matematika siswa memegang peranan yang penting. Ide atau gagasan yang muncul dari siswa diharapkan dapat mampu membangun suatu konsep matematika selama proses penyelidikan, penemuan suatu konsep, dan penyelesaian masalah, sehingga kita perlu memperhatikan kemampuan awal matematis siswa. Kemampuan awal matematis KAM siswa dikategorikan dalam tiga kategori yaitu atas, tengah, dan bawah. Pengelompokkan ini digunakan untuk melihat secara lebih detail pengaruh pembelajaran terhadap kemampuan maupun peningkatan kemampuan penalaran dan disposisi matematis siswa pada tiap kategori KAM. Selain itu, digunakan pula untuk melihat apakah ada pengaruh bersama interaksi antara pembelajaran yang dilakukan dengan KAM siswa terhadap peningkatan kemampuan penalaran dan diposisi matematis siswa. Tujuan digunakan KAM pada penelitian ini adalah untuk melihat efektifitas dari 6 Eka Yudha, 2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pembelajaran inquiry co-operation model, terletak pada kategori KAM atas, tengah, atau bawah. Pembelajaran Inquiry Co-operation Model dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan disposisi matematis siswa. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran inquiry co-operation model.

B. Rumusan Masalah