Efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Balita Medan

(1)

EFEKTIFITAS PROGRAM PELAYANAN SOSIAL ANAK BALITA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PELAYANAN SOSIAL ANAK BALITA MEDAN

Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh : Siti Mahyardani Nasution

110902093

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Siti Mahyardani Nasution Nim : 110902093

Judul : Efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Balita Medan

Medan, April 2015

DOSEN PEMBIMBING

NIP : 19630319 199303 1 001 Drs. Matias Siagian, M.Si, Ph.D

KETUA DEPARTEMEN

NIP : 19710927 1998101 20 001 Hairani Siregar S.Sos, M.SP

DEKAN FISIP USU

NIP : 19680525 199203 1 002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Siti Mahyardani Nasution

Nim : 110902093

Abstrak

Efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Balita Medan

Balita merupakan dasar pondasi bagi perkembangan jiwa di masa yang akan datang sangat perlu diperhatikan agar perjalanan hidup di masa yang akan datang lebih baik. Salah satu fenomena sosial di era modern adalah banyaknya ibu yang bekerja di sektor publik, dalam kondisi seperti ini anak balita terpisah dari ibu yang seharusnya menjaga dan membimbing setiap saat. Melalui program program pelayanan sosial anak balita diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada keluarga miskin, serta orangtua yang bekerja yang mempunyai anak balita, agar anak balita mereka tidak terlantar di rumah tanpa ada binaan yang sesuai dengan masa balitanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana efektifitas pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Balita Medan.

Penelitian ini dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan, yang berlokasi di Jalan T.Amir Hamzah No.59 A, Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia, Provinsi Sumatera Utara. Tipe penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan efektifitas pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 12 anak asuh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan, untuk mengetahui kondisi tentang anak balita tersebut di wakili orangtua dikarenakan usia. Sementara itu teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel tunggal dan dijelaskan secara terperinci.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan beberapa kesimpulan, terdapat beberapa program pelayanan sosial anak balita yang diberikan oleh UPT, yaitu program belajar, program bermain, program perawatan dan penyediaan makanan bergizi, program pembinaan sosial, mental dan fisik secara individu maupun kelompok. Hasil yang diperoleh melalui analisis data kelima kategori (pemahaman program, ketepatan sasaran, ketepatan waktu, tercapainya tujuan dan perubahan nyata), dapat dilihat dengan nilai rata-rata pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita sudah dilakukan dengan efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan adalah efektif.


(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name: Siti Mahyardani Nasution

Nim : 110902093

Abstract

Effectiveness of Social Services Early Childhood Program in Technical Implementation Unit ( UPT) Social Services Childhood Medan

Toddlers is a basic foundation for the development of life in the future so keep in mind that the journey of life in the future better. One of the social phenomena in the modern era is the number of women who work in the public sector, in this condition apart from mothers of children under five are supposed to protect and guide all times. Through a program of social service programs toddlers is expected to provide services to poor families, as well as working parents who have young children, so that they are not abandoned toddler at home without the built in accordance with the toddler period. This study aims to identify the effectiveness of the implementation of social service programs toddlers Technical Implementation Unit (UPT) Social Services Early Childhood field.

This research was conducted in Social Services Early Childhood Unit field, which is located at Jalan T.Amir Hamzah 59 A, Village East Helvetia, district of Medan Helvetia, North Sumatra Province. This type of research is classified as a type of descriptive research that aims to illustrate the effectiveness of the implementation of social service programs toddlers. The sample in this study is 12 foster children Social Services Early Childhood Unit field, to determine the condition of children under five are represented parents due to age. While the techniques of data analysis in this study using a single table and described in detail.

Based on the results of the study showed some conclusions, there are some social service programs toddler given by UPT, a program of study, program play, program maintenance and provision of nutritious food, social development programs, mental and physical individually or in groups. Results obtained through the five categories of data analysis (understanding the program, targeting accuracy, timeliness, achievement of goals and real change), can be seen by the average value of the implementation of social service programs toddler already done effectively. It can be concluded that the implementation of social service programs toddlers by Social Services Early Childhood Unit field is effective.


(5)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmaanirrahim

Puji dan syukur penulis haturkan kepada-Mu ya Allah atas selesainya penulisan skripsi ini. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempurnaan Nikmat dan Rahmat-Nya berupa kesehatan, kekuatan, kesabaran dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan masa kuliah di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan merampungkan penulisan skripsi yang berjudul “Efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita Medan”. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak mendapat bantuan dan dukungan baik materil maupun moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial. 3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing penulis yang telah

bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih Pak, sudah berkenan membagi ilmunya kepada saya. 4. Seluruh Dosen di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan pegawai administrasi FISIP

USU.

5. Pimpinan dan staff di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan, terima kasih atas izin penelitian beserta bantuannya dalam melakukan penelitian ini hingga selesai.


(6)

6. Kepada orangtua/wali dan anak asuhan UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan yang telah membantu dalam melakukan penelitian ini.

7. Teristimewa kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta, Alm. H. Zulkifli Nasution dan Almh. Hj. Siti Badriah Matondang. Semasa hidupnya tidak pernah lelah memberikan semangat, doa, motivasi dan kasih sayang kepada anak-anaknya. Skripsi ini sebagai wujud rasa terimakasihku yang tak terhingga atas kasih sayang mama dan ayah. Maaf ma, yah selama hidup kalian, aku tidak sempat membahagiakan kalian. Adek sangat sayang dan rindu sama mama dan ayah.

8. Teristimewa kepada abangku Muhammad Risky Iskandar, Muhammad Hasbulah dan Kak Atika Sarialam terima kasih buat semua doa dan dukungan kalian. Semoga kita semua bisa mendapatkan apa yang kita inginkan selama ini dan membuat mama ayah senang di sana. 9. Untuk teman terdekat penulis yang selama ini menjadi penyemangat, terimakasih untuk

semua dukungannya dan semoga kita selalu diberikan jalan yang terbaik oleh-Nya.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Stambuk 2011 Dina Rahmiana (sahabat dari awal kuliah semoga sampai seterusnya:”)), Diella, Adis, Ana, Dina Rizki, Adel, Haikal, Bang Ibal, Poniman, Amar, Fajar. Dan seluruh teman-teman stambuk 2011 yang banyak membantu penulis selama perkuliahan, semoga kita semua dapat mengejar cita-cita dan terima kasih setulusnya atas kebersamaan yang selama ini tercipta. 11. Sahabat-sahabatku dari SMA Achy, Sebrina, Devy, Lely, Elsa, Sarah, Umay dan Nabila

terima kasih dukungannya sehingga akhirnya bisa nyusul kalian menjadi sarjana. Semoga kelak kita menjadi orang yang sukses dan bisa mencapai semua impian kita selama ini. 12. Sahabatku dari SMP yang sangat spesial Vina Rahmawati Noor, walaupun LDR


(7)

nyusul jadi sarjana. Semoga kelak kita menjadi orang yang sukses dan bisa mencapai semua impian kita selama ini.

13. Semua pihak yang belum penulis tuliskan satu persatu, namun berkontribusi atas selesainya skripsi ini. Terima kasih

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah dan limpahan rahmat dan karunianya serta membalas segala kebaikan dengan yang lebih baik lagi. Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun, untuk itu sangat diharapkan masukannya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama bagi kemajuan Ilmu Kesejahteraan Sosial Kedepannya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, April 2015 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... X DAFTAR BAGAN ... XII DAFTAR LAMPIRAN ... XIII BAB I : PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

1.5Sistematika Penulisan ... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Pelayanan Sosial ... 8

2.1.1 Program ... 8

2.1.2 Pelayanan Sosial... 8

2.1.3 Fungsi-Fungsi Pelayanan Sosial ... 11

2.1.4 Program-Program Pelayanan Sosial ... 13

2.2 Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Anak ... 14


(9)

2.3 Efektivitas Pelayanan Sosial Anak Balita ... 21

2.3.1 Efektivitas ... 21

2.3.2 Efektivitas Pelayanan Sosial ... 23

2.3.3 Efektivitas Pelayanan Sosial Anak Balita ... 26

2.4 Kerangka Pemikiran ... 27

2.5 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 31

2.5.1 Defenisi Konsep ... 31

2.5.2 Defenisi Operasional ... 32

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 34

3.2 Lokasi Penelitian ... 34

3.3 Populasi dan Sampel ... 35

3.3.1 Populasi ... 35

3.3.2 Sampel ... 35

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.5 Teknik Analisa Data ... 37

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pendirian UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan ... 38

4.2 Letak dan Kedudukan Lembaga ... 39

4.3 Tujuan dan Fungsi Lembaga ... 40

4.3.1 Tujuan Lembaga... 40

4.3.2 Fungsi Lembaga ... 40


(10)

4.4.1 Prinsip – prinsip Pelayanan ... 41

4.4.2 Proses Pelayanan Anak ... 41

4.5 Jenis – jenis Kegiatan ... 42

4.5.1 Kegiatan Rutin ... 44

4.5.2 Kegiatan Kesehatan ... 46

4.5.3 Kegiatan Bimbingan Mental ... 46

4.5.4 Kegiatan Kepala Seksi ... 47

4.5.5 Kegiatan Pekerja Sosial... 47

4.6 Struktur Organisasi ... 47

BAB V : ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Pengantar ... 49

5.2 Karakteristik Umum Responden ... 50

5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 50

5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 52

5.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 53

5.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal ... 54

5.3 Efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita ... 55

5.3.1 Pemahaman Program ... 55

5.3.2 Ketepatan Sasaran ... 64

5.3.3 Tepat Waktu ... 69

5.3.4 Tercapainya Tujuan ... 77


(11)

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 104 6.2 Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 50 2. Tabel 5.2 Distribusi Responden BerdasarkanJenisKelamin .... 51 3. Tabel5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 52 4. Tabel 5.4DistribusiReseondenBerdasarkanSuku ... 53 5. Tabel 5.5DistribusiRespondenBerdasarkanSosialisasi Program 56 6. Tabel 5.6 DistribusiRespondenBerdasarkanPemahamanSetelah

Sosialisasi Program ... 58 7. Tabel 5.7 DistribusiResponden Berdasarkan Pengetahuan

Responden Mengenai Tujuan Program ... 59 8. Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Tentang

Tujuan Program ... 60 9. Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Responden Tentang Metode Program ... 61 10. Tabel 5.10 Distribusi Responden BerdasarkanPemahamanTentang

MetodePelaksanaan Program ... 63 11. Tabel 5.11 DistribusiRespondenBerdasarkanUsiaRespondenAwal

Masuk ... ` 64 12. Tabel 5.12 DistribusiRespondenBerdasarkanLamanyaAnak di Asuh

di UPT ... 65 13. Tabel 5.13 DistribusiRespondenBerdasarkanIbuBekerja ... 66 14. Tabel 5.14 DistribusiRepondenBerdasarkanPenghasilan Orang tua ... 67


(13)

15. Tabel 5.15 DistribusiRespondenBerdasarkanKapanAnak di Titipkan

di UPT ... 69 16. Tabel 5.16 DistribusiRespondenBerdasarkanAnakMendapatkan Snack

danMinumSusu di UPT ... 73 17. Tabel 5.17 DistribusiRespondenBerdasarkanKemampuan

AnakMenyebutkanHuruf ... 77 18. Tabel 5.18 DistribusiRespondenBerdasarkanMengetahuiPengurangan

danPenambahanAngka ... 78 19. Tabel 5.19 DistribusiRespondenBerdasarkanKemampuanAnakMenari

danMenyanyi ... 80 20. Tabel 5.20 DistribusiRespondenBerdasarkanPernahTidaknyaTampil

Diluar UPT ... 81 21. Tabel 5.21 DistribusiRespondenBerdasarkanBisaTidaknya

AnakBerolahraga (SenamJasmani) ... 82 22. Tabel 5.22 DistribusiRespondenBerdasarkanPernahTidaknyaSakit

SelamaDititipkan Di UPT ... 86 23. Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Badan Anak ... 88 24. Tabel 5.24 DistribusiRespondenBerdasarkanTinggiBadanAnak ... 89 25. Tabel 5.25 DistribusiRespondenBerdasarkanDistribusi

RespondenBerdasarkanApakahAndaPernah

MelakukanKonsultasiMengenaiAnakAndaKe UPT ... 91 26. Tabel 5.26 DistribusiRespondenBerdasarkanKemampuanMembaca ... 93 27. Tabel 5.27 DistribusiRespondenBerdasarkanKemampuanMenulis ... 94


(14)

28. Tabel 5.28 DistribusiRespondenBerdasarkanKemampuanBerhitung ... 95 29. Tabel 5.29 DistribusiRespondenBerdasarkanKemampuanMenari

danMenyanyi ... 96 30. Tabel 5.30 DistribusiRespondenBerdasarkanKemampuanMemakai

BajuSendiri ... 97 31. Tabel 5.31Distribusi RespondenBerdasarkanKemampuanMembaca

DoaSebelumMakan ... 98 32. Tabel 5.32 DistribusiRespondenBerdasarkanKemampuanMakansendiri .. 99 33. Tabel 5.33 DistribusiRespondenBerdasarkanKemampuan

MencuciPiring ... 100 34. Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Merapikan

TempatTidur ... 101 35. Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan KemampuanM emakai


(15)

DAFTAR BAGAN


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Identitas Responden di PantiSosial Asuhan AnakAmaliyah

2. Metode Penelitian Efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita di Unit PelaksanaTeknis (UPT) PelayananSosialAnakBalita Medan

3. Kuesioner Penelitian

4. Surat Keterangan Komisi Pembimbing 5. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

6. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(17)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Siti Mahyardani Nasution

Nim : 110902093

Abstrak

Efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Balita Medan

Balita merupakan dasar pondasi bagi perkembangan jiwa di masa yang akan datang sangat perlu diperhatikan agar perjalanan hidup di masa yang akan datang lebih baik. Salah satu fenomena sosial di era modern adalah banyaknya ibu yang bekerja di sektor publik, dalam kondisi seperti ini anak balita terpisah dari ibu yang seharusnya menjaga dan membimbing setiap saat. Melalui program program pelayanan sosial anak balita diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada keluarga miskin, serta orangtua yang bekerja yang mempunyai anak balita, agar anak balita mereka tidak terlantar di rumah tanpa ada binaan yang sesuai dengan masa balitanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana efektifitas pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Balita Medan.

Penelitian ini dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan, yang berlokasi di Jalan T.Amir Hamzah No.59 A, Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia, Provinsi Sumatera Utara. Tipe penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan efektifitas pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 12 anak asuh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan, untuk mengetahui kondisi tentang anak balita tersebut di wakili orangtua dikarenakan usia. Sementara itu teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel tunggal dan dijelaskan secara terperinci.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan beberapa kesimpulan, terdapat beberapa program pelayanan sosial anak balita yang diberikan oleh UPT, yaitu program belajar, program bermain, program perawatan dan penyediaan makanan bergizi, program pembinaan sosial, mental dan fisik secara individu maupun kelompok. Hasil yang diperoleh melalui analisis data kelima kategori (pemahaman program, ketepatan sasaran, ketepatan waktu, tercapainya tujuan dan perubahan nyata), dapat dilihat dengan nilai rata-rata pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita sudah dilakukan dengan efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan adalah efektif.


(18)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name: Siti Mahyardani Nasution

Nim : 110902093

Abstract

Effectiveness of Social Services Early Childhood Program in Technical Implementation Unit ( UPT) Social Services Childhood Medan

Toddlers is a basic foundation for the development of life in the future so keep in mind that the journey of life in the future better. One of the social phenomena in the modern era is the number of women who work in the public sector, in this condition apart from mothers of children under five are supposed to protect and guide all times. Through a program of social service programs toddlers is expected to provide services to poor families, as well as working parents who have young children, so that they are not abandoned toddler at home without the built in accordance with the toddler period. This study aims to identify the effectiveness of the implementation of social service programs toddlers Technical Implementation Unit (UPT) Social Services Early Childhood field.

This research was conducted in Social Services Early Childhood Unit field, which is located at Jalan T.Amir Hamzah 59 A, Village East Helvetia, district of Medan Helvetia, North Sumatra Province. This type of research is classified as a type of descriptive research that aims to illustrate the effectiveness of the implementation of social service programs toddlers. The sample in this study is 12 foster children Social Services Early Childhood Unit field, to determine the condition of children under five are represented parents due to age. While the techniques of data analysis in this study using a single table and described in detail.

Based on the results of the study showed some conclusions, there are some social service programs toddler given by UPT, a program of study, program play, program maintenance and provision of nutritious food, social development programs, mental and physical individually or in groups. Results obtained through the five categories of data analysis (understanding the program, targeting accuracy, timeliness, achievement of goals and real change), can be seen by the average value of the implementation of social service programs toddler already done effectively. It can be concluded that the implementation of social service programs toddlers by Social Services Early Childhood Unit field is effective.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat, hingga pertengahan tahun 2010 terdapat 6 kasus anak berusia 11 bulan, 2,5 tahun, dan 4 tahun yang kecanduan rokok, dari lima batang per hari hingga dua bungkus perhari. Dari anak balita perokok yang dipantau itu, lama masa merokok mereka antara 1,5 dan 2 tahun. Data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional juga menunjukkan prevalensi perokok yang mulai merokok pada usia 5-9 tahun meningkat lebih dari 4 kali lipat sepanjang tahun 2001-2015 pada pukul 22.58). Fenomena anak balita merokok ini merupakan bukti kelalaian orang tua dan dipengaruhi juga lingkungan sekitar. Mengingat perkembangan zaman yang semakin maju, dimana banyak unsur budaya yang datang dari luar dan sangat berpengaruh bagi perkembangan jiwa si anak. Contohnya tontonan siaran televisi menunjukkan orang-orang merokok serta lingkungan sekitarnya banyak terdapat para perokok. Sedangkan saat ini banyak para orangtua terutama ibu yang bekerja di sektor publik sehingga anak balitanya ditinggal di rumah tanpa arahan atau binaan yang sesuai dengan masa balita.

Setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan penghargaan dan kepentingan yang terbaik untuknya. Hak anak untuk didengar atau penghargaan atas pendapat anak merupakan hal yang penting agar tumbuh kembangnya dapat tercapai secara maksimal. Dengan kata lain, tidak mungkin tercapai suatu keputusan yang terbaik bagi anak dan tumbuh kembang anak maksimal, jika pendapat anak tidak didengar dan pendapatnya tidak dihargai dalam pengambilan keputusan


(20)

bagi dirinya. Hak-hak anak tersebut dapat terbentuk melalui lingkungannya, keluarga terutama orang tua.

Dunia anak khas, unik dan memberikan ciri tersendiri untuk dipahami secara baik dan komprehensif, tidak asal-asalan dan salah kaprah dalam membina dan mengawasi perkembangan anak terumatama anak usia dini (balita). Kesalahan ini akan merugikan orang tua dan perkembangan fisik (jasmani) dan psikis (rohani) anak itu sendiri. Perkembangan fisik dan psikis anak merupakan proses tumbuh kembang yang berlangsung menurut prinsip-prinsip umum, tetapi setiap anak memiliki ciri khas tersendiri. Pertumbuhan yang terjadi pada anak usia-dini tidak hanya meliputi perubahan fisik, tetapi juga perubahan dan perkembangan dalam berpikir, berperasaan, dan bertingkah laku menuju tingkat kedewasaan atau kematangan (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan. Suatu proses perubahan di mana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek gerakan, berpikir, berperasaan, dan berinteraksi pada sesamanya maupun dengan benda-benda dalam lingkungan sekitar kehidupannya (Susanto, 2011).

Proses perkembangan anak dan perhatian orang tua memiliki hubungan yang sangat dekat. Secara teoritis, anak-anak akan berkembang secara optimal apabila, mendapat perhatian sepenuhnya dari orangtua yang memahami psikologi perkembangan anak dan memiliki waktu yang cukup. Namun dewasa ini dengan semakin terbukanya peluang bagi wanita untuk bekerja disektor nondomestik, perhatian mereka terhadap anak pun menjadi berubah. Kondisi wanita/ibu pekerja jelas mengurangi porsi pengasuhan langsung mereka terhadap anak-anak, khususnya anak balita atau usia dini. Dari kondisi ini, kita sering mendapatkan perbedaan kemampuan anak yang menyolok meski usianya hampir sama (Sulistyaningsih, 2008).


(21)

Suatu keluarga seharusnya mampu memberikan fungsi pengasuhan, kasih sayang, dan dukungan kepada anak (Pikunas, dalam Sulistyaningsih, 2008). Masalah mungkin bisa timbul bila ternyata ibu tidak dapat sepenuhnya menjalankan fungsi mengasuh dan mendidik anak karena harus meninggalkan anak untuk bekerja. Kalaupun ibu berhasil mendapatkan orang yang mampu berperan sebagai “ibu”, namun dapatkah anak menerimanya? Apakah perkembangan tidak menjadi terganggu karenanya? Pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik untuk dikaji mengingat dewasa ini semakin banyak wanita yang bekerja di luar rumah selain menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga.

Masalah yang timbul selanjutnya adalah siapa yang dapat berperan sebagai pengganti ibu agar perkembangan anak berjalan sebagaimana mestinya. Sebagian orang tua memilih agar anak tetap tinggal di rumah dengan mendapatkan pengasuhan dari saudara (seperti misalnya nenek, bibi, atau saudara yang lain) atau membayar orang lain untuk menggantikannya seperti misalnya baby sitter ataupun pembantu. Pilihan ini mengandung keuntungan karena anak dapat tetap merasa nyaman tinggal dirumah, namun dilain pihak juga dapat timbul masalah jika setiap pengganti ibu tersebut menghentikan tugasnya karena berhenti kerja sehingga anak tidak ada yang mengasuh (Steinberg dan Belsky, dalam Sulistyaningsih, 2008).

Meningkatnya jumlah balita terlantar merupakan kegagalan orang tua dalam memberikan pola pengasuhan terhadap anak. Balita terlantar tentunya akan menjadi anak negara, diasuh di panti– panti sosial dan akan tetap berada di bawah pengawasan pemerintah, kalau tidak ditangani secara cepat akan ada oknum – oknum tertentu yang akan memanfaatkan situasi tersebut, Ini menjadi hal yang ironis dan memprihatinkan, seyogyanya ada kesadaran dari semua pihak baik aparat pemerintah maupun masyarakat betapa pentingnya memperhatikan hak-hak anak untuk dapat hidup, tumbuh kembang, mendapatkan perlindungan dan pendidikan. Informasi tentang situasi


(22)

anak-anak tersebut menunjukkan bahwa anak-anak akan mengalami resiko kekerasan, eksploitasi, penelantaran, diskriminasi dan situasi buruk lainnya, sehingga menjadikan generasi yang tidak punya masa depan (lost generation) faktor ekonomi sering menjadi alasan, sehingga balita rentan menjadi korban trafficking, ditambah banyaknya TKW hamil diluar nikah dan memiliki anak.

Kasus-kasus balita terlantar sebenarnya dapat diselesaikan dengan kebijakan-kebijakan yang terkait perlindungan dan hak anak. Semenjak kemerdekaannya, Indonesia telah memiliki kebijakan untuk melindungi anak terlantar. Dalam UUD 1945 pasal 34 telah disebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Untuk anak dan balita terlantar terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Selanjutnya UU RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak pada BAB II (Hak Anak) Pasal 2. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan ditetapkan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) sebagai program prioritas nasional yang didalamnya termasuk Program Kesejahteraan Sosial Anak Balita dan Program Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar. Selain itu terdapat Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia nomor 30 tahun 2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh kebijakan-kebijakan yang mengatur tentang perlindungan hak anak dan balita terlantar. Di dalam Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia nomor 30 tahun 2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk LKSA disebutkan bahwa setiap LKSA harus memiliki standar pelayanan sosial. Ada beberapa standar pelayanan sosial untuk balita. Standar yang


(23)

terdapat dalam Peraturan Menteri tersebut diantaranya: standar pelayanan pengasuhan, standar berbasis LKSA, dan standar kelembagaan.

Merujuk pada peraturan tersebut, sebuah Unit Pelaksana Teknis (UPT) pelayanan sosial anak balita harus memberikan pelayanan sosial yang mendukung pemenuhan hak anak agar tercapainya kesejahteraan anak balita. Pelayanan sosial yang harus diberikan oleh sebuah UPT adalah pelayanan pengasuhan di UPT tersebut. Untuk itu, UPT harus memberikan pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan anak balita sehari-hari. Fasilitas makanan, pakaian, dan perlengkapan termasuk dalam pelayanan sosial untuk anak balita yang harus maksimal pemenuhannya. Termasuk dalam pelayanan yang harus diberikan adalah pelayanan perlindungan, perkembangan anak, akses mendapatkan pendidikan, dan kesehatan

diakses pada tanggal 19 Februari 2015 pada pukul 23.00 WIB)

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Balita Medan merupakan salah satu lembaga kesejahteraan sosial anak yang memberikan pelayanan terhadap balita terlantar dari usia 2 s/d 6 tahun. Sebagai tempat penitipan balita dari keluarga miskin atau kurang mampu, serta orang tua yang bekerja yang mempunyai anak balita, agar anak-anak mereka tidak terlantar dirumah tanpa ada binaan yang sesuai dengan masa balitanya. UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan memberikan pelayanan sosial untuk pemenuhan pertumbuhan dan perkembangan balita terlantar.

Dengan melihat kondisi yang ada maka penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul “Efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Medan”.


(24)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, adapun masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Medan?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka:

a. Pengembangan konsep dan teori-teori pemberdayaan program pelayanan sosial anak balita.

b. Pengembangan model-model pemecahan masalah ataupun dalam rangka pembuatan program pelayanan sosial anak balita.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini dapat disajikan dalam 6 (enam) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :


(25)

Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka, defenisi konsep dan kerangka operasional

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya. BAB VI : PENUTUP


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Pelayanan Sosial 2.1.1 Program

Menurut Jones (1996: 295), pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:

a) Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program.

b) Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran.

c) Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.

Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni: sebelum menetukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik.


(27)

2.1.2 Pelayanan Sosial

Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Kesejahteraan Sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selarah dengan kebutuhan keluarga dan masyarakatnya (Friedlander, dalam Muhidin, 1992: 1). Sementara Wickenden (dalam Muhidin, 1992) mengemukakan bahwa kesejahteraan sosial termasuk didalamnya peraturan perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat.

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi dapat terlihat dari rumusan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial pasal 2 ayat 1 : “Kesejahteraan Sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila” (Muhidin, 1992: 5).


(28)

Dari berbagai pengertian diatas dapat terlihat luas lingkup pengertian kesejahteraan sosial yang sebenarnya sangat meluas dan melingkupi berbagai aspek kehidupan. Dalam kesejahteraan sosial juga terdapat usaha kesejahteraan sosial, dimana pelayanan sosial juga termasuk dari salah satu di dalamnya. Pelayanan sosial diartikan dalam dua macam, yaitu:

a. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

b. Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya (Muhidin, 1992: 41).

Maka dapat diartikan bahwa efektifitas pelayanan sosial adalah tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan berdasarkan makna dari pelayanan sosial itu sendiri. Dikatakan efektif apabila hasil yang dicapai dari pelayanan sosial yang diberikan telah sesuai dengan apa tujuan awal yang telah ditetapkan. Kebanyakan pengertian pelayanan sosial di Negara-negara maju sama dengan poin pertama, sedangkan di Negara-negara berkembang umumnya sama dengan poin kedua. Di Negara Amerika Serikat, pelayanan sosial diartikan sebagai suatu aktivitas yang terorganisir yang bertujuan untuk menolong orang-orang agar terdapat suatu penyesuaian timbal balik antara individu dengan lingkungan sosialnya. Tujuan ini dapat dicapai melalui teknik dan metode yang diciptakan untuk memungkinkan individu, kelompok dan masyarakat dan melalui tindakan-tindakan kooperatif untuk meningkatkan kondisi-kondisi sosial dan ekonomi.

Sedangkan di Inggris, pelayanan sosial mencakup suatu peralatan luas untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan di mana mereka hidup dalam keseluruhan yang mempunyai


(29)

tanggung jawab untuk menolong masyarakat yang lemah dan kurang beruntung dan memberikan perlindungan dengan pelayanan-pelayanan yang tidak mungkin dipenuhi oleh mereka sendiri secara perseorangan. Pada umumnya baik kualitas maupun kuantitas daripada pelayanan sosial akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemakmuran suatu Negara dan juga sesuai dengan faktor sosiokultural dan politik yang juga menentukan masalah prioritas pelayanan. Semakin tersebarnya dan dipraktekkan secara universal pelayanan sosial, maka pelayanan sosial cenderung menjadi pelayanan yang ditujukan kepada golongan masyarakat yang membutuhkan pertolongan khusus.

2.1.3 Fungsi-Fungsi Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial dapat dikategorikan dalam berbagai cara tergantung dari tujuan klasifikasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan fungsi pelayanan sosial sebagai berikut :

1. Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat. 2. Pengembangan sumber-sumber manusiawi.

3. Orientasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan penyesuaian sosial. 4. Mobilisasi dan pencipta sumber-sumber masyarakat untuk tujuan pembangunan.

5. Penyediaan dan penyelenggaraan struktur kelembagaan untuk tujuan agar pelayanan-pelayanan yang terorganisasi dapat berfungsi (Muhidin, 1992: 42).

Khan (dalam Muhidin, 1992: 43) menyatakan fungsi pelayanan sosial adalah: 1. Pelayanan sosial untuk pengembangan.


(30)

3. Pelayanan akses.

Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaksudkan untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui program - program pemeliharaan, pendidikan (non formal) dan pengembangan. Tujuannya yaitu untuk menanamkan nilai-nilai masyarakat dalam usaha pengembangan kepribadian anak.

Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi mempunyai tujuan untuk melaksanakan pertolongan kepada seseorang, baik secara individual maupun di dalam kelompok/keluarga dan masyarakat agar mampu mengatasi masalah-masalahnya. Kebutuhan akan program pelayanan akses disebabkan oleh karena :

a. Adanya birokrasi modern.

b. Perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahamam masyarakat terhadap hal-hal dan kewajiban/tanggung jawabnya.

c. Diskriminasi.

d. Jarak geografi antara lembaga-lembaga pelayanan dari orang-orang yang memerlukan pelayanan sosial (Muhidin, 1992: 44).

Dengan adanya berbagai kesenjangan tersebut, maka pelayanan sosial disini mempunyai fungsi sebagai “akses” untuk menciptakan hubungan bimbingan yang sehat antara berbagai program, sehingga program-program tersebut dapat berfungsi dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkannya. Pelayanan akses bukanlah semata-mata memberikan informasi, tetapi juga termasuk menghubungkan seseorang dengan sumber-sumber yang diperlukan dengan melaksanakan program-program referral.

Fungsi tambahan dari pelayanan sosial ialah menciptakan partisipasi anggota masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Tujuannya dapat berupa terapi individual dan sosial


(31)

(untuk memberikan kepercayaan pada diri individu dan masyarakat) dan untuk mengatasi hambatan-hambatan sosial dalam pembagian politik, yaitu untuk mendistribusikan sumber-sumber dan kekuasaan.

Partisipasi mungkin merupakan konsekuensi dari bagaimana program itu diorganisir, dilaksanakan dan disusun. Partisipasi kadang-kadang merupakan alat, kadang-kadang merupakan tujuan. Ada yang memandang bahwa partisipasi dan pelayanan merupakan dua fungsi yang selalu konflik, karenanya harus dipilih salah satu. Karena itu harus dipilih partisipasi sebagai tanggung jawab masyarakat dan pelayanan sebagai tanggung jawab program. Pada umumnya satu program sulit untuk meningkatkan kedua-duanya sekaligus.

2.1.4 Program-Program Pelayanan Sosial

Program-program pelayanan sosial merupakan bagian dari intervensi kesejahteraan sosial. Pelayanan sosial melalui kegiatan-kegiatan atau intervensi kasus yang dilaksanakan secara diindvidualisasikan, langsung, dan terorganisir yang bertujuan membantu individu, kelompok, dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai penyesuaian.

Bentuk-bentuk pelayanan sosial sesuai dengan fungsi-fungsinya adalah sebagai berikut:

1) Pelayanan akses, mencakup pelayanan informasi, rujukan pemerintah, nasehat dan partisipasi. Tujuannya membantu orang agar dapat mencapai atau menggunakan layanan yang tersedia.

2) Pelayanan terapi, mencakup pertolongan dan terapi, atau rehabilitasi, termasuk didalamnya perlindungan dan perawatan. Misalnya, pelayanan yang diberikan oleh badan-badan yang menyediakan konseling, pelayanan kesejahteraan anak, pelayanan


(32)

kesejahteraan sosial mendidik dan sekolah, perawatan bagi orang-orang jompo dan lanjut usia.

3) Pelayanan sosialisasi dan pengembangan, misalnya taman penitipan bayi dan anak, keluarga berencana, pendidikan keluarga, pelayanan rekreasi bagi pemuda dan masyarakat yang dipusatkan atau community centre (Nurdin 1989: 50).

2.2 Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Anak

Pekerjaan sosial adalah profesi pertolongan kemanusiaan, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan keberfungsian sosial individu, keluarga, dan masyarakat. Sementara itu, pengertian pekerjaan sosial yang diadopsi oleh IFSW (International Federation of Social Workers), General Meeting, 26 July 2000, Montreal, Canada adalah: Profesi pekerjaan sosial adalah untuk meningkatkan perubahan sosial, pemecahan masalah dalam hubungan kemanusiaan dan pemberdayaan serta kebebasan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan. Dengan menggunakan teori-teori perilaku manusia dan sistem sosial, pekerjaan sosial mengintervensi pada titik-titik di mana masyarakat berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip hak asasi manusia dan keadilan sosial adalah hal yang fundamental bagi pekerjaan sosial (Huraerah, 2006). Terdapat tujuh strategi pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak, yakni:

(1) Child Based Services. Strategi ini menempatkan anak sebagai basis penerima pelayanan. Anak yang mengalami luka-luka fisik dan psikis perlu segera diberikan pertolongan yang bersifat krisis, baik perawatan medis, konseling, atau dalam keadaan tertentu anak dipisahkan dari keluarga yang mengancam dan membahayakan kehidupannya.


(33)

(2) Institutional Based Services. Anak yang mengalami masalah ditempatkan dalam lembaga/panti. Pelayanan yang diberikan meliputi fasilitas tinggal menetap, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pendidikan dan pelatihan keterampilan, serta program rehabilitasi sosial lainnya.

(3) Family Based Service. Keluarga dijadikan sasaran dan medium utama pelayanan. Pelayanan ini diarahkan pada pembentukan dan pembinaan keluarga agar memiliki kemampuan ekonomi, psikologis dan sosial dalam menumbuhkembangkan anak, sehingga mampu memecahkan masalahnya sendiri dan menolak pengaruh negatif yang merugikan dan membahayakan anak. Keluarga sebagai satu kesatuan diperkuat secara utuh dan harmonis dalam memenuhi kebutuhan anak. Misalnya; program Usaha Ekonomis Produktif (UEF), diterapkan pada keluarga yang mengalami masalah keuangan Terapi perkawinan diberikan pada keluarga yang mengalami permasalahan emosional dan sosial.

(4) Community Based Services. Strategi yang menggunakan masyarakat sebagai pusat penanganan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat agar ikut aktif dalam menangani permasalahan anak. Para pekerja sosial datang secara periodik ke masyarakat untuk merancang dan melaksanakan program pengembangan masyarakat, bimbingan dan penyuluhan, terapi sosial, kampanye sosial, aksi sosial, serta penyediaan sarana rekreatif dan pengisian waktu luang.

(5) Location Based Service. Pelayanan yang diberikan di lokasi anak yang mengalami masalah. Strategi ini biasanya diterapkan pada anak jalanan, anak yang bekerja di jalan dan pekerja anak. Para pekerja sosial mendatangi pabrik atau tempat-tempat di mana anak berada, dan memanfaatkan sarana yang ada di sekitarnya sebagai fasilitas dan media


(34)

pertolongan. Untuk anak jalanan dan anak yang bekerja di jalan, strategi ini sering disebut sebagai Street Based Services (Pelayanan Berbasiskan Jalanan).

(6) Half-way House Services. Strategi ini disebut juga strategi semi-panti yang lebih terbuka dan tidak kaku. Strategi ini dapat berbentuk rumah singgah, rumah terbuka untuk berbagai aktivitas, rumah belajar, rumah persinggahan anak dengan keluarganya, rumah keluarga pengganti, atau tempat anak yang mengembangkan sub-kultur tertentu. Para pekerja sosial menentukan program kegiatan, pendampingan, dan berbagai pelayanan dalam rumah singgah.

(7) State Based Services. Pelayanan dalam strategi ini bersifat makro dan tidak langsung (macro and indirrect services). Para pekerja sosial mengusahakan situasi dan kondisi yang kondusif bagi terselenggaranya usaha kesejahteraan sosial bagi anak. Perumusan kebijakan kesejahteraan sosial dan perangkat hukum untuk perlindungan merupakan bentuk program dalam strategi ini (Suharto, dalam Huraerah, 2006).

Masalah anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus menandai perkembangan permasalahan anak. Jika pada tahun 1979, pada saat Undang-Undang Kesejahteraan Anak Nomor 4 Tahun 1979 lahir, permasalahan anak hanya berkisar pada anak terlantar, anak yatim piatu, dan anak cacat, maka sekarang mengerucut dengan istilah anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus. Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002, pasal 1 ayat 15, menyebutkan bahwa perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolir, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (Napza), anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan


(35)

baik fisik dan/atau mental, anak berkebutuhan khusus, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran (Huraerah, 2006: 100).

2.2.1 Peranan Pekerja Sosial Dalam Menangani Masalah Anak

Hingga saat ini sangatlah banyak defenisi pekerjaan sosial yang dikemukakan banyak pakar maupun institusi. Salah satu defenisi pekerjaan sosial yang banyak digunakan adalah defenisi yang dirumuskan oleh Dewan Pendidikan Pekerjaan Sosial, yang mengemukakan, bahwa pekerjaan sosial adalah upaya meningkatkan fungsi sosial daripada pribadi-pribadi ataupun kelompok, melalui aktivitas yang berfokus pada komunikasi sosial mereka, yang terwujud dalam interaksi antara manusia dan lingkungan mereka. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok fungsi, yaitu penyempurnaan atas daya yang telah lemah, penyediaan sumber daya pribadi dan sosial, dan pencegahan ketidakberfungsian sosial (Werner, dalam Siagian & Suriadi: 2012)

Dalam Ketentuan Umum UU NO. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial ditegaskan pengertian pekerja sosial professional, yaitu seseorang yang bekerja baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial.

Seorang Pekerja Sosial, mempunyai pemahaman tentang pribadi dan tingkah laku manusia serta lingkungan sosialnya atau kondisi di mana manusia itu hidup. Menurut pandangan Zastrow (dalam Adi: 1994), setidak-tidaknya ada tujuh peran yang biasa dilakukan oleh pekerja sosial, yaitu:


(36)

Sebagai enabler seorang pekerja sosial membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasikan masalah mereka dan mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif.

2) Broker

Peranan seorang broker berperan dalam menghubungkan individu ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat (community services), tetapi tidak tahu di mana dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut. Broker dapat juga dikatakan menjalankan peran sebagai mediator yang menghubungkan pihak yang satu (klien) dengan pemilik sumber daya.

3) Expert

Dalam kaitan peranan seorang community worker sebagai tenaga ahli (expert), ia lebih banyak memberikan advis (saran) dan dukungan informasi dalam berbagai area. Misalnya saja, seorang tenaga ahli dapat memberikan ususlan mengenai bagaimana struktur organisasi yang bisa dikembangkan dalam masyarakat tersebut dan kelompok-kelompok mana saja yang harus terwakili.

Seorang expert harus sadar bahwa usulan dan saran yang ia berikan bukanlah mutlak harus dijalankan masyarakat, tetapi usulan dan saran tersebut lebih merupakan sebagai masukan gagasan untuk bahan pertimbangan masyarakat ataupun organisasi dalam masyarakat tersebut.

4) Social Planner

Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat dalam masyarakat tersebut; menganalisanya, dan menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk menganani masalah tersebut. Setelah itu perencana sosial mengembangkan program,


(37)

mencoba mencari alternatif sumber pendanaan, dan mengembangkan konsensus dalam kelompok yang mempunyai berbagai minat atau kepentingan.

Peran expert dan social planner saling tumpang tindih. Seorang expert lebih memfokuskan pada pemberian usulan dan saran (advice), sedangkan perencana sosial lebih memfokuskan tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan dan pengimplementasian program.

5) Advocate

Peran sebagai advokat dalam pengorganisasian masyarakat dicangkok dari profesi hukum. Peran ini merupakan peran yang aktif dan terarah (directive), di mana community worker menjalankan fungsi sebagai advokat (advocacy) yang mewakili kelompok masyarakat yang membutuhkan suatu bantuan ataupun layanan, tetapi institusi yang seharusnya memberikan bantuan ataupun layanan tersebut tidak memperdulikan (bersifat negatif ataupun menolak tuntutan warga).

Peran advokasi, misalnya saja dapat dilihat dari apa yang dilakukan oleh lembaga non pemerintah yang menyampaikan “tuntutan” pada pemerintah agar pemerintah menyediakan ganti rugi yang memadai bagi mereka yang tergusur; atau agar pemerintah meringankan biaya pendidikan; dan lain sebagainya.

6) Activist

Sebagai activist, seorang community worker melakukan perubahan institusional yang lebih mendasar, dan seringkali tujuannya adalah pengalihan sumber daya ataupun kekuasaan (power) pada kelompok yang kurang mendapatkan keuntungan (disadvantaged group). Seorang activist biasanya memperhatikan isu-isu tertentu, seperti ketidaksesuaian dengan hukum yang berlaku (injustice), ketidakadilan (inequity), dan perampasan hak.


(38)

Seorang activist biasanya mencoba menstimulasikan kelompok-kelompok yang kurang diuntungkan tersebut (disadvantage group) untuk mengorganisir diri dan melakukan tindakan melawan struktur kekuasaan yang ada (yang menjadi “penekan” bagi mereka). Taktik yang biasa mereka lakukan adalah melalui konflik konfrontasi (misalnya melalui demonstrasi) dan negosiasi.

Serupa dengan peran sebagai advokat, seorang activist juga menjalankan peran partisan. Hal ini dilakukan karena kelompok tersebut dianggap sebagai “korban” dari struktur yang berkuasa.

7) Educator

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik (educator), pekerja sosial diharapkan mempunyai keterampilan sebagai pembicara dan pendidik. Pekerja sosial harus mampu berbicara di depan publik untuk menyampaikan informasi mengenai beberapa hal tertentu, sesuai dengan bidang yang ditanganinya.

Dalam pelayanan sosial anak, umumnya pekerja sosial berperan sebagai enabler, dimana mereka membantu anak untuk dapat mengidentifikasikan masalah mereka dan mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah secara efektif, disamping itu juga pekerja sosial berperan sebagai educator (pendidik) yang diharapkan membantu anak dalam hal pendidikannya.

2.3 Efektifitas Pelayanan Sosial Anak Balita 2.3.1 Efektifitas


(39)

Keberhasilan lembaga pada umunya diukur dengan konsep efektifitas, apa yang dimaksud efektifitas, terdapat perbedaan pendapat diantara yang menggunakannya, baik di kalangan akademisi maupun di kalangan praktisi.

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris effective artinya berhasil. Sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Schein (dalam Pabundu Tika, 2006) mengemukakan bahwa efektifitas organisasi adalah kemampuan untuk bertahan, menyesuaikan diri, memelihara diri dan tumbuh, lepas dari fungsi tertentu yang dimilikinya.

Efektifitas ialah ukuran sejauh mana tujuan (organisasi) dapat dicapai. Efektifitas adalah suatu kontinum yang merentang dari efektif, kurang efektif, sedang-sedang, sangat kurang, sampai tidak efektif (Sigit, 2003: 2). Menurut Steers (dalam Sutrisno, 2010), pada umumnya efektifitas hanya dikaitkan dengan tujuan lembaga, yaitu laba, yang cenderung mengabaikan aspek terpenting dari keseluruhan prosesnya, yaitu sumber daya manusia. Dalam penelitian mengenai efektifitas organisasi, sumber daya manusia dan perilaku manusia seharusnya selalu muncul menjadi fokus primer, dan usaha-usaha untuk meningkatkan efektifitas seharusnya dimulai dengan meneliti perilaku manusia di tempat kerja.

Pengukuran efektifitas secara umum dan yang pling menonjol adalah : 1) Keberhasilan program.

2) Keberhasilan sasaran.

3) Keputusan terhadap program. 4) Tingkat input dan output.

5) Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989: 121).

Sehingga efektifitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan


(40)

sebelumnya. Efektifitas dalam dunia riset ilmu-ilmu sosial dijabarkan dengan jumlah penemuan atau produktivitas, dimana bagi sejumlah sarjana sosial efektifitas sering kali ditinjau dari sudut kualitas pekerjaan atau program kerja. Singkatnya efektifitas memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, tergantung pada kerangka acuan yang dipakai. Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari efektifitas tersebut, maka tidaklah mengherankan jika sekian banyak pendapat mengalami pertentangan sehubungan dengan cara meningkatkannya, cara mengatur, dan bahkan cara menentukan indikator dari efektifitas.

2.3.2 Efektifitas Pelayanan Sosial

Usaha Kesejahteraan Sosial mengacu pada program, pelayanan dan berbagai kegiatan yang secara kongkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri dapat diarahkan pada individu; keluarga; kelompok; ataupun komunitas. Berdasarkan hal di atas dapat dirasakan bahwa kesejahteraan sosial tidaklah bermakna bila tidak diterapkan dalam bentuk usaha kesejahteraan sosial yang nyata yang menyangkut kesejahteraan warga masyarakat. Oleh karena itu dua terminologi ini sulit untuk dipisahkan satu dengan lainnya (inseparable) dan seringkali digunakan secara tukar-menukar (interchangeably).

Dari terminologi tersebut terlihat bahwa usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya yang konkret (nyata) baik ia bersifat langsung (direct services) ataupun tidak langsung (indirect services), sehingga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditujukan untuk menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi warga masyarakat, dan bukan sekedar program, pelayanan ataupun kegiatan yang lebih dititikberatkan


(41)

pada upaya menghidupi organisasinya sendiri ataupun menjadikan sebagai “panggung” untuk sekedar mengekspresikan penampilan diri person dalam suatu lembaga.

Ada berbagai alasan maupun motivasi yang melandasi penyediaan berbagai usaha kesejahteraan sosial, tetapi secara umum menurut Mendoza dalam (Rukminto, 1994: 8), ada tiga tujuan utama yang terkait dengan kesejahteraan sosial (yang pada umumnya berhubungan dengan upaya memperoleh sumber daya yang sangat terbatas):

1. Tujuan yang bersifat Kemanusiaan dan Keadilan Sosial (Humanitarian and Social Justice Goals). Tujuan kesejahteraan sosial ini berakar dari gagasan ideal demokratik mengenai keadilan sosial, dan hal ini berasal dari keyakinan bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki. Meskipun potensi tersebut kadangkala tertutup karena adanya hambatan fisik, sosial, ekonomi psikis, dan berbagai faktor lainnya yang menghambat dirinya untuk mengenali potensi yang ia miliki. Berdasarkan tujuan ini, usaha kesejahteraan sosial banyak diarahkan pada upaya pengidentifikasian kelompok yang paling tidak mendapat perhatian, kelompok yang paling mempunyai ketergantungan, kelompok yang paling diterlantarkan, ataupun kelompok yang tidak mampu untuk menolong dirinya sendiri, dan menjadikan mereka kelompok sasaran dalam kaitan dengan upaya menjembatani sumber daya yang langka. 2. Tujuan yang terkait dengan Pengendalian Sosial (Social Control Goal). Tujuan ini

berdasarkan pemahaman bahwa kelompok yang tidak diuntungkan, kekurangan, ataupun tidak terpenuhi kebutuhannya dapat melakukan “serangan” (baik secara individu ataupun kelompok) terhadap masyarakat (terutama yang sudah mapan). Oleh karena itu masyarakat tersebut harus berupaya untuk “mengamankan” diri dari sesuatu yang dapat mengancam kehidupan, pemilikan, maupun stabilitas politik yang sudah berjalan.


(42)

“Ancaman” seperti ini biasanya dimunculkan oleh kelompok yang kurang mempunyai kesempatan dan sumber daya untuk mendapatkan taraf hidup yang memadai. Usaha kesejahteraan sosial yang diberikan pada pelaku “kejahatan” baik remaja maupun dewasa merupakan salah satu perwujudan dari tujuan pengendalian sosial dari kesejahteraan sosial.

3. Tujuan yang terkait dengan Pembangunan Ekonomi (Economic Development Goal). Tujuan pembangunan ekonomi memprioritaskan pada program-program yang dirancang untuk meningkatkan produksi barang dan pelayanan yang dapat diberikan, ataupun berbagai sumber daya lain yang dapat memberikan sumbangan terhadap pembangunan ekonomi. Beberapa contoh dari usaha kesejahteraan sosial yang searah dengan tujuan pembangunan ekonomi adalah:

a. Beberapa tipe usaha kesejahteraan sosial yang secara langsung memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktivitas individu, kelompok ataupun masyarakat. Seperti usaha kesejahteraan sosial yang memberikan pelayanan konseling pada generasi muda yang bekerja di bidang industri agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan bidang kerjanya, usaha kesejahteraan sosial yang memberikan pelayanan rehabilitasi pekerja yang menderita cacat, pelatihan terhadap para penganggur, dan lain sebagainya.

b. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang berupaya untuk mencegah atau meminimalisir hambatan (beban) yang dapat dihadapi oleh para pekerja (yang masih produktif). Misalnya saja hambatan yang dapat ditimbulkan oleh anak-anak mereka yang masih kecil, anak-anak mereka yang cacat ataupun menderita kelainan, orang tua yang sudah berusia lanjut, dan sebagainya. Lembaga yang menjalankan usaha


(43)

kesejahteraan sosial seperti ini antara lain tempat penitipan anak (day-care center), panti lanjut usia, klinik kesehatan, ataupun panti rehabilitasi.

c. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang memfokuskan pada pencegahan dampak negatif urbanisasi dan industrialisasi pada kehidupan keluarga dan masyarakat, atau membantu mereka agar dapat mengidentifikasikan dan mengembangkan “pemimpin” dari suatu komunikasi lokal. Misalnya saja, usaha kesejahteraan sosial yang bergerak di bidang pelayanan pendidikan kehidupan berkeluarga (family life education services), program pelatihan kepemimpinan, ataupun berbagai jenis pelayanan yang digunakan untuk pelayanan komunitas (Adi, 1994: 9).

Efektifitas pelayanan sosial adalah tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan berdasarkan makna dari pelayanan sosial itu sendiri, sehingga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditujukan untuk menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi warga masyarakat.

2.3.3 Efektifitas Pelayanan Sosial Anak Balita

Sesuai dengan Undang-undang Kesejahteraan Sosial Anak No. 4 Tahun 1979 Bab II tentang Hak Anak, maka dapat kita simpulkan, bahwa pelayanan sosial terhadap anak dapat dikatakan efektif apabila anak balita telah mendapatkan haknya dengan baik, yaitu:

1) Anak balita merasa sejahtera, mendapat perawatan, asuhan, bimbingan berdasarkan kasih sayang, baik di dalam keluarganya maupun di dalam asuhan pihak lain.

2) Anak balita mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya dengan baik. 3) Anak balita mendapat pemeliharaan dan perlindungan yang baik.


(44)

4) Anak balita mendapat perlindungan-perlindungan terhadap hal-hal yang membahayakan dari lingkungannya (Aziz, 1998: 60).

2.4Kerangka Pemikiran

Periode awal anak adalah periode perkembangan yang merentang dari akhir masa bayi hingga usia 5 atau 6 tahun, periode ini kadang-kadang disebut juga tahun-tahun prasekolah “preschool years”. Selama masa ini, anak belajar untuk menjadi lebih mandiri dan memerhatikan dirinya. Mereka mengembangkan kesiapan sekolah (seperti mengikuti perintah, dan mengenal huruf) dan menghabiskan banyak waktunya untuk bermain dengan teman sebayanya. Usia dini ini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan masa selanjutnya. Berbagai studi yang dilakukan para ahli menyimpulkan bahwa pendidikan anak sejak usia dini dapat memperbaiki prestasi dan meningkatkan produktivitas kerja masa dewasanya (Sulistyaningsih, 2008).

Pelayanan sosial anak adalah suatu aktifitas yang bertujuan memberikan pertolongan, bimbingan, perlindungan kepada anak agar dapat menjalankan fungsi sosial dengan baik. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 1, perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Implementasi pelayanan sosial ini yang kemudian dipertanyakan jika melihat kondisi anak balita telantar dan tumbuh tanpa ada binaan yang sesuai dengan masa balitanya.


(45)

Melihat hal tersebut, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Balita Medan sebagai salah satu lembaga kesejahteraan sosial anak yang memberikan pelayanan terhadap balita terlantar dari usia 2 s/d 6 tahun. Sebagai tempat penitipan balita dari keluarga miskin atau kurang mampu, serta orang tua yang bekerja yang mempunyai anak balita, agar anak-anak mereka tidak terlantar dirumah tanpa ada binaan yang sesuai dengan masa balitanya. UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan memberikan pelayanan sosial untuk pemenuhan pertumbuhan dan perkembangan balita terlantar. Pelayanan yang dilaksanakan ditujukan pada ibu-ibu maupun anak yang dititipkan, hal ini mencerminkan bahwa Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak tidak memisahkan antara ibu dengan anak, namun terlihat suatu kesatuan dalam keluarga untuk mencapai kesejahteraan keluarga yang damai dan bahagia.

Pelayanan sosial yang dilaksanakan diharapkan mampu menghasilkan balita yang mengenal ilmu pengetahuan dasar dan keterampilan, mengenal lingkungan/alam sekitar, mengenal agama, kebudayaan, memiliki kesehatan dan tumbuh kembang dengan baik, serta balita mendapat perhatian penuh dari lembaga.

Untuk melihat keefektifan pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Medan dapat dilihat dari teori efektifitas dengan indikator sebagai berikut:

a. Pemahaman program, yaitu dilihat dari sejauh mana anak dapat memahami program pelayanan sosial anak.

b. Ketepatan sasaran, yaitu dilihat dari apakah anak yang telah diberikan sosialisasi mengenai pemahaman program adalah sasaran yang sesuai dengan program pelayanan sosial.


(46)

c. Tepat waktu, yaitu penggunaan waktu dalam melakukan program pelayanan sosial sesuai dengan yang sudah ditentukan.

d. Tercapainya tujuan, yaitu dilihat dari pencapaian tujuan yang ditetapkan melalui kegiatan pelayanan sosial.

e. Adanya perubahan nyata, yaitu dilihat dari bagaimana program pelayanan sosial memberikan dampak yang baik atau perubahan nyata bagi anak.

Skematisasi kerangka pemikiran adalah proses transformasi narasi yang menerangkan hubungan atau konsep-konsep atau variabel-variabel penelitian menjadi sesuatu yang berbentuk skema, artinya yang ada hanyalah perubahan cara penyajian dari narasi menjadi skema (Siagian, 2011). Untuk itu skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(47)

GAMBAR 1.1

BAGAN ALIR PEMIKIRAN

UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan

Pelayanan Sosial:

1. Kegiatan belajar di dalam kelas

2. Kegiatan belajar dari 5 sudut pengembangan, yaitu: sudut keluarga, sudut agama, sudut lingkungan hidup/alam sekitar, sudut kebudayaan, dan sudut pengetahuan

3. Pelayanan kesehatan 4. Kegiatan bimbingan sosial Anak Balita

Efektifitas Pelaksanaan Program:

1. Pemahaman program: pengetahuan tentang sosialisasi, metode, tujuan dan jenis kegiatan program

2. Ketepatan sasaran: anak balita dengan usia 2 s/d 6 tahun, orangtua/ibu yang bekerja, dan keluarga yang kurang mampu/miskin

3. Tepat Waktu: ketepatan waktu frekuensi pemberian pelayanan sosial

4. Tercapainya tujuan: Balita mengenal ilmu pengetahuan dasar dan keterampilan, mengenal lingkungan/alam sekitar, bermain bebas di taman, mengenal agama, kebudayaan, balita memiliki kesehatan dan tumbuh kembang dengan baik, balita mendapat perhatian penuh dari lembaga

5. Perubahan nyata: peningkatan ilmu pengetahuan dan keterampilan, memiliki kesehatan, tumbuh kembang dengan baik, anak terlatih dan disiplin dengan situasi dimana berada


(48)

2.5 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.5.1 Defenisi konsep

Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna-makna konsep yang diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi konsep. Secara sederhana defenisi disini diartikan sebagai “batasan arti”. Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138).

Adapun batasan konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Program Pelayanan Sosial adalah rancangan yang dijalankan untuk mencapai kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung serta membantu fungsi pengembangannya.

2. Pelayanan sosial anak adalah suatu aktifitas yang bertujuan memberikan pertolongan, bimbingan, perlindungan kepada anak agar dapat menjalankan fungsi sosial dengan baik. 3. Efektivitas pelayanan sosial anak balita adalah tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan

berdasarkan makna dari pelayanan sosial anak balita itu sendiri. Dikatakan efektif apabila hasil yang dicapai dari pelayanan sosial yang diberikan telah sesuai dengan apa tujuan awal yang telah ditetapkan.

4. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Medan adalah suatu lembaga yang bergerak dibidang sosial yang memberikan bimbingan serta pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak-anak balita.


(49)

Dengan demikian dapat kita ambil defenisi konsep secara keseluruhan. Yang dimaksud dengan efektivitas program pelayanan sosial anak balita di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan adalah tercapainya tujuan seluruh aktifitas pemberian pelayanan sosial kepada anak balita yang telah dilakukan oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan.

2.5.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya transformasi konsep kedunia nyata sehingga konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011: 141).

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam program pelayanan sosial anak balita di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan dapat diukur melalui indikator sebagai berikut:

1. Pemahaman program, meliputi:

a. Sosialisasi program pelayanan sosial yang diberikan kepada anak balita b. Pemahaman setelah sosialisasi program pelayanan sosial anak balita c. Pengetahuan tentang tujuan program pelayanan sosial anak balita d. Pengetahuan tentang metode program pelayanan sosial anak balita 2. Ketepatan sasaran, meliputi:

a. Anak balita dengan usia 2 s/d 6 tahun

b. Memiliki orangtua/ibu yang bekerja dengan latarbelakang keluarga yang kurang mampu/miskin


(50)

3. Tepat waktu, meliputi:

a. Ketepatan waktu frekuensi pemberian pelayanan sosial. b. Ketepatan waktu mendapat bantuan pelayanan.

4. Tercapainya tujuan, meliputi:

a. Balita mengenal huruf, mengenal angka, warna, bentuk dan rupa suatu benda, berhitung, gerak dan tari/nyanyi, olahraga, mengenal lingkungan/alam sekitar, dan bermain bebas di taman.

b. Balita belajar 5 sudut pengembangan, yaitu sudut keluarga, agama, lingkungan hidup/sekitar, kebudayaan, dan pengetahuan.

c. Balita memiliki kesehatan dan tumbuh kembang dengan baik.

d. Balita mendapat perhatian penuh dari lembaga sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial dan sebagai pusat informasi dan konsultasi kesejahteraan anak

5. Adanya perubahan nyata, meliputi: peningkatan ilmu pengetahuan dan keterampilan, memiliki kesehatan, tumbuh kembang dengan baik, anak terlatih dan disiplin dengan situasi di mana berada

Dari indikator-indikator yang digunakan tersebut, diharapkan dapat disimpulkan sudah efektifkah upaya-upaya yang dilakukan oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan dalam pelayanan bagi anak balita sesuai dengan visi dan misi, program dan tujuan yang telah ada.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomena yg ingin diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011: 52). Dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif peneliti ingin membuat gambaran bagaimana keefektifan program pelayanan sosial anak balita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Medan.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Medan berlokasi di Jalan T.Amir Hamzah no.59 A. Kecamatan Medan Helvetia. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian dilokasi ini adalah karena merupakan salah satu UPT yang didirikan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Dinas Kesejahteraan dan Sosial yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada keluarga yang miskin atau kurang mampu, serta orangtua yang bekerja yang mempunyai anak balita, agar anak-anak mereka tidak telantar dirumah tanpa ada binaan yang sesuai dengan masa balitanya.


(52)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, benda, peristiwa atau individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian. Secara umum populasi merujuk pada sekumpulan individu atau obyek (Siagian, 2011: 155).

Berdasarkan pendapat diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita yang terdaftar di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan yang berjumlah 120 orang anak.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang bersifat representatif dari populasi yang diambil datanya secara langsung (Siagian, 2011: 156). Sampel adalah seperangkat prosedur untuk pemilihan unit-unit dari populasi yang dijadikan sebagai sampel . Menurut Silalahi jika jumlah sampel populasi lebih dari 100 maka yang diambil adalah 10-20 % (Silalahi, 2009: 253).

Berdasarkan ketentuan diatas, maka sampel yang diambil peneliti adalah 10% dari populasi yakni orang tua. Jumlah anak balita yang terdaftar di UPT Pelayanan Sosial Anak Medan sebesar 120 x 10% = 12 orang. Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 12 balita, untuk mengetahui kondisi tentang anak balita tersebut diwakili orangtua dikarenakan usia.


(53)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik data yang digunakan adalah:

1. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti melalui penelaah buku, jurnal dan karya tulis lainnya yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti

2. Studi Lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian dengan langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam rangka studi lapangan dalam penelitian sosial, yaitu: a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk

mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Wawancara, yaitu merupakan cara pengumpulan data dimana penelitian dan responden hadir dalam waktu dan tempat yang sama dalam rangka memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini wawancara yang dimaksud yaitu untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

c. Penyebar kuesioner (angket), yaitu kegiatan mengumpul data dengan cara menyebar daftar pertanyaan yang diperlukan dalam penelitian.


(54)

3.5 Teknik Analisa data

Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya. Data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan kemudian dikumpulkan serta diolah dan dianalisis dengan menggambarkan, menjelaskan dan memberikan komentar dengan menggunakan tabel. Dalam hal ini tidak dilakukan perhitungan yang bersifat uji statistik karena analisa ini hanya bersifat deskriptif. Teknik analisa data menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Editing yaitu meneliti kembali catatan-catatan yang duperoleh dari penelitian. 2) Koding yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban menurut macamnya.

3) Membuat kategori untuk mengklasifikasikan agar data mudah dianalisis dan disimpulkan serta untuk menjawab masalah yang ditemukan dalam penelitian sehingga jawaban yang beraneka ragam dapat disingkat.

4) Menghitung frekuensi yaitu dengan menghitung besar frekuensi data pada masing-masing kategori.

5) Tabulasi, disini data dalam keadaan yang ringkas dan tersusun dalam tabel tunggal, sehingga dapat dibaca dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti.


(55)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Pendirian UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan

Balita yang merupakan dasar pondasi bagi perkembangan jiwa di masa yang akan datang sangat perlu diperhatikan agar perjalanan hidup di masa yang akan datang lebih baik. Mengingat perkembangan zaman yang semakin maju, dimana banyak unsur budaya yang datang dari dunia luar dan sangat berpengaruh bagi perkembangan jiwa si anak. Salah satu fenomena sosial di era modern adalah banyaknya ibu yang bekerja di sektor publik. Dalam kondisi seperti ini anak yang masih balita terpisah dari ibu yang seharusnya menjaga dan membimbing setiap saat.

Maka dengan ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Dinas Kesejahteraan dan Sosial mendirikan Lembaga Kesejahteraan Sosial anak yang dikenal dengan UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan. UPT bertujuan memberikan pelayanan kepada keluarga miskin atau kurang mampu, serta orangtua yang bekerja yang mempunyai anak balita, agar anak-anak mereka tidak telantar di rumah tanpa ada binaan yang sesuai dengan masa balitanya.

Pembangunan sarana fisik UPT Pelayanan Sosial Anak Medan dimulai sejak tahun 1979/1980 melalui proyek bantuan anak terlantar Sumatera Utara. Selanjutnya, UPT Pelayanan Sosial Anak Medan diresmikan oleh Menteri Sosial Republik Indonesia , Supardjo pada tanggal 22 November 1981. UPT Pelayanan Sosial Anak Medan beroperasi sejak tahun 1980/1981 sampai sekarang.


(56)

4.2 Letak dan Kedudukan Lembaga

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Medan berlokasi di Jalan Tengku Amir Hamzah No.59 A, Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia. Provinsi Sumatera Utara. Dengan situasi anak asuh:

A. Jumlah anak yang dilayani sebanyak 120 orang terdiri: a. Laki-laki : 69 Orang

b. Perempuan : 51 Orang B. Kriteria anak berdasarkan usia:

a. Kelompok bermain (2 s/d 3 Tahun) : 10 Orang b. Kelompok A (3 s/d 4 Tahun) : 15 Orang c. Kelompok B (4 s/d 5 Tahun) : 37 Orang d. Kelompok C (5 s/d 6 Tahun) : 58 Orang

UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan adalah suatu lembaga yang bergerak di bidang sosial yang memberikan bimbingan serta pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak-anak balita. Dalam eksistensi UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan terkandung makna:

1. UPT Pelayanan Sosial Anak adalah lembaga kesejahteraan sosial dimana pelaksanaan kegiatan lembaga didasarkan pada metode, pendekatan maupun prinsip-prinsip pekerja sosial

2. Pelayanan yang dilaksanakan ditujukan pada ibu-ibu maupun anak yang dititipkan. Hal tersebut mencerminkan bahwa UPT Pelayanan Sosial Anak tidak memisahkan antara ibu dengan anak, namun tetap menjadi satu kesatuan dalam keluarga untuk mencapai kesejahteraan keluarga yang damai dan bahagia.


(57)

4.3 Tujuan dan Fungsi Lembaga 4.3.1 Tujuan Lembaga

Adapun UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan bertujuan:

1. Memberikan pelayanan sosial kepada ibu-ibu yang bekerja, yang mempunyai anak balita agar ibu-ibu yang bekerja memperoleh ketenangan dan dapat meningkatkan prestasi kerja.

2. Menghindarkan anak dari keterlantaran selama ibunya bekerja, dan mencegah balita dari pertumbuhan dan perkembangan yang tidak wajar.

3. Melaksanakan dan memantapkan partisipasi masyarakat dalam mengatasi masalah kesejahteraan sosial.

4. Melaksanakan program pelayanan sosial sesuai dengan program pemerintah, yaitu mencerdaskan generasi penerus bangsa.

5. Memberikan informasi tentang kesejahteraan keluarga bagi ibu-ibu yang kawin muda sehingga terwujud keluarga yang harmonis dan bahagia.

4.3.2 Fungsi Lembaga

Selanjutnya fungsi UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan meliputi: 1. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial.


(58)

4.4 Prinsip – prinsip dan Proses Pelayanan Anak 4.4.1 Prinsip – prinsip Pelayanan

UPT Pelayanan Sosial Anak Medan merupakan salah satu pelayanan kesejahteraan sosial bagi ibu-ibu yang bekerja, dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Pelayanan keluarga pada dasarnya dilaksanakan secara utuh pada orang tua maupun anak. 2. Proses pelayanan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Medan hanyalah bersifat sementara sebagai pelayanan pengganti selama orang tuanya/ibunya bekerja.

4.4.2 Proses Pelayanan Anak

Adapun proses pelayanan terhadap balita dan keluarga dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut ini:

1. Pendekatan awal, meliputi: a. Orientasi dan konsultasi b. Identifikasi

c. Motivasi d. Seleksi

2. Tahap penerimaan, meliputi: a. Registrasi

b. Pencatatan dalam buku induk c. Mengisi fomulir registrasi

d. Menyerahkan bukti diri dan surat keterangan lain. 3. Tahap bimbingan sosial, meliputi:


(1)

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, yang didapat dari hasil penelitian. Kesimpulan yang terdapat di bab ini adalah merupakan hasil yang dicapai dari analisis data dalam penelitian tentang Efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Balita Medan. Responden dalam penelitian ini adalah 12 responden yaitu 12 balita yang menjadi anak asuh yang menjadi anak asuh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan, untuk mengetahui kondisi tentang anak balita tersebut di wakili orangtua dikarenakan usia..

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemahaman responden terhadap program pelayanan sosial anak balita setelah mendapat informasi oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan belum dapat dikatakan efektif. Terbukti dari hasil penelitian masih ada beberapa responden yang mengatakan kurang paham dan tidak tahu terhadap sosialisasi, tujuan dan metode program pelayanan sosial anak balita. Sosialisasi program dilakukan oleh pihak UPT setelah proses pendaftaran anak, dengan mengumpulkan para orangtua/wali anak balita di Aula UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan. Materi sosialisasi seputar program belajar, program bermain, program perawatan dan penyediaan makanan bergizi, program pembinaan sosial, mental dan fisik secara individu maupun kelompok beserta tujuan dan bagaimana metode pelaksanaan program tersebut. Bagi responden yang kurang paham dengan program


(2)

pelayanan sosial anak balita karena latar belakang kemampuan menangkap pesan dari sosialisasi sangat lamban dan karena ada responden yang tidak dapat hadir ketika proses sosialisasi berlangsung.

2. Ketepatan sasaran, sasaran program pelayanan sosial anak balita yakni balita dengan usia sasaran 2 s/d 6 tahun dan memiliki orangtua/ibu yang bekerja dengan latarbelakang keluarga yang miskin atau kurang mampu. Kondisi keluarga yang miskin atau kurang mampu ini dilihat dari keadaan pekerjaan orangtua, penghasilan orangtua yang rendah serta penggunaan surat miskin sebagai salah satu syarat pendaftaran anak. Maka sasaran dari program pelayanan sosial anak balita dinyatakan sudah tepat sasaran.

3. Ketepatan waktu dalam memberikan bantuan pelayanan sosial dan frekuensi pemberian pelayanan sosial dapat dilihat dengan tepat waktunya dilaksanakan setiap program pelayanan sosial anak balita di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan. Maka dapat disimpulkan bahwa program pelayanan sosial anak balita ini sudah tepat waktu dilaksanakan.

4. Tercapainya tujuan dari pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita sudah dapat dikatakan efektif. Pencapaian tujuan dari program pelayanan sosial anak balita ini dapat dilihat dengan tercapainya tujuan kegiatan program pelayanan sosial anak balita yakni balita memiliki pengetahuan dasar, agama, budaya, alam sekitar, balita bermain bebas terpimpin di taman UPT, balita memiliki kesehatan dan tumbuh kembang dengan baik, dan mendapat perhatian penuh dari lembaga sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial, sebagai pusat informasi dan konsultasi kesejahteraan anak. Maka dari hasil penelitian menunjukkan tujuan dari program pelayanan sosial anak balita ini telah tercapai.


(3)

5. Perubahan nyata, bahwa perkembangan kondisi perubahan nyata kehidupan anak balita responden setelah menjadi anak asuh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan dapat dilihat dari peningkatan ilmu pengetahuan dan keterampilan, memiliki kesehatan, tumbuh kembang dengan baik, anak terlatih mandiri dan disiplin dengan situasi dimana berada. Responden merasakan bahwa program pelayanan sosial anak balita sangat membantu dalam membangun karakter anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Meskipun masih ada beberapa responden yang belum terjadi perubahan nyata dengan baik, tetapi mayoritas responden mengatakan telah terjadi perubahan nyata terhadap balitanya, dan didominasi responden yang mengatakan hal tersebut. Maka dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan sudah efektif

Berdasarkan hasil dari kelima kategori (pemahaman program, ketepatan sasaran, ketepatan waktu, tercapainya tujuan dan perubahan nyata) tersebut dapat dilihat dengan nilai rata-rata pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita sudah dilakukan dengan efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan adalah efektif.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah disajikan, maka saran peneliti adalah sebagai berikut :

1. Disarankan kepada pihak UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan sebagai penyelenggara program pelayanan sosial anak balita untuk terus meningkatkan informasi atau sosialisasi baik melalui suatu forum, orang per orang sehingga informasi dan


(4)

kegiatan-kegiatan program pelayanan sosial anak balita dapat diterima langsung dan dipahami oleh setiap orangtua/wali anak asuh. Juga meningkatkan pendekatan dengan mengadakan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat yang miskin atau kurang mampu di luar UPT agar mereka tertarik mengikuti program pelayanan sosial anak balita untuk kesejahteraan balita dan keluarga.

2. Kepada penyelenggara program pelayanan sosial anak balita yaitu UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan disarankan memberikan hak dan kewajiban anak asuh untuk memperoleh keinginan tercapai tujuan menjadikan anak mandiri sehingga terlihat perubahan nyata usaha anak asuh yang mengikuti program pelayanan sosial anak balita. 3. Kepada orang tua/wali anak asuh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan disarankan

lebih peduli memperhatikan kebutuhan anak akan pendidikan dan keterampilan. Walaupun anak sudah mendapatkan pelayanan pendidikan dan keterampilan melalui program pelayanan sosial anak balita, orang tua tidak boleh lepas tangan dalam pendidikan anak. Sesudah pulang dari UPT, orangtua perlu meluangkan waktu untuk menanyakan kembali mengenai pelajaran dan apa yang dilakukan anak di UPT. Adanya pendampingan orang tua terhadap proses belajar anak membuat anak dapat disiplin, selain itu membuat orang tua mengetahui perkembangan pengetahuan dan keterampilan anak balitanya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rukminto, Isbandi. 2003. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial.

Seri Pemberdayaan Masyarakat 02. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Adi, Rukminto, Isbandi. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial :

Dasar-dasar pemikiran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ahmad susanto. Drs, M.Pd. 2011. Perkembangan anak usia dini: pengantar dalam berbagai

aspeknya. Jakarta: Kencana.

Aziz, Aminah. SH. 1998. Aspek hukum perlindungan anak. Medan: USU Press.

Edy Sutrisno. Prof, Dr. 2010. Budaya Organisasi. Jakarta: Kencana Prenadamedia group.

Edi Suharto, Ph.D. 2006. Kekerasan Terhadap Anak: Fenomena Masalah Kritis di Indonesia. Bandung: Nuansa

Jones, O.Charles. (1996). Pengantar kebijakan publik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Joni, Muhammad. S.H & Tanamas, Zulchaina Z. S.H. 1999. Aspek hukum perlindungan anak

dalam perspektif konvensi hak anak. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

JP, Cambel. 1989. Riset dalam efektivitas organisasi, terjemahan Sahat Simamora. Jakarta: Erlangga

Moh. Pabundu Tika. Drs, M.M. 2006. Budaya organisasi dan peningkatan kinerja perusahaan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Muhidin,syarif. 1992. Pengantar kesejahteraan sosial. Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.

Nurdin, M Fadhi. 1989. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial. Bandung: Angkasa.

Siagian, Matias. 2011. Metode penelitian sosial – pedoman praktis penelitian bidang ilmu-ilmu

sosial dan kesehatan. Medan: Grasindo Monoratama.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Soehardi Sigit. Prof, Dr. 2003. Perilaku organisasi sosial. Yogyakarta: BPFE Universitas Sarjanawiyata tamansiswa.

Wiwik Sulistyaningsih. Dra, Msi. 2008. FULL DAY SCHOOL & Optimalisasi Perkembangan


(6)

Sumber lain:

Undang – undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2002 Pasal 1 Tentang perlindungan anak UndangUndang Republik Indonesia nomor 6 tahun 1974 Pasal 2 Ayat 1 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia nomor 30 Tahun 2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

tanggal 18 Januari 2015 pada pukul 14:12 WIB)

diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pada pukul 21:01 WIB)

Januari 2015 pada pukul 22:39 WIB)

Februari 2015 pada pukul 02:40 WIB)

diakses pada tanggal 19 Februari 2015 pada pukul 23.00 WIB)


Dokumen yang terkait

Gambaran Tingkat Depresi pada Lansia di Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan

3 74 67

Gambaran Kualitas Tidur Dan Gangguan Tidur Pada Lansia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan

15 105 98

Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan

10 108 83

IMPLEMENTASI PELAYANAN SOSIAL TERHADAP ANAK ASUH (Studi Diskriptif di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Asuhan Anak Trenggalek)

3 19 18

PELAYANAN SOSIAL TERHADAP BALITA TERLANTAR DI UPT PELAYANAN SOSIAL ASUHAN BALITA SIDOARJO DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR.

1 1 134

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Pelayanan Sosial 2.1.1 Program - Efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Balita Medan

0 1 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Balita Medan

0 0 7

Efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Balita Medan

0 0 16

Gambaran Kualitas Tidur Dan Gangguan Tidur Pada Lansia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan

0 0 11

PELAYANAN SOSIAL TERHADAP BALITA TERLANTAR DI UPT PELAYANAN SOSIAL ASUHAN BALITA SIDOARJO DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI

0 2 17