Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1 Formatted: Indonesian

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu barometer keberhasilan pendidikan dalam mewujudkan sumber daya manusia SDM adalah dengan mengukur kualitas SDM yang ditandai dengan bertambahnya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih dinamis dan mandiri dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan beragama dengan tatanan nasional dan internasional. Pendidikan merupakan sebuah alat untuk dapat memberikan kesempatan bagi setiap individu menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing individu. Latar belakang yang diambil penulis berfokus pada rangkaian proses pendidikan yang terjadi pada tataran dunia sekolah. Didalamnya terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan pendidikan sebagai salah satu alat untuk mencetak generasi penerus yang mandiri, berwawasan dan mampu berdaya saing dalam era globalisasi. Sekolah memberikan sebuah kesempatan untuk menciptakan generasi yang terdidik dan terlatih, akan tetapi kunci suksesnya terdapat pada pengelola pendidikan itu sendiri khususnya guru. Oleh karena itu kinerja dari seorang guru menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Keberadaan sekolah mempunyai tantangan tersendiri, khususnya tantangan bagi para guru. Penulis mengindikasikan adanya tantangan bagi para guru pada tataran makro saat ini, yaitu sebagai berikut, Pertama, adanya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan UU No. 19 Tahun 2005 tentang Standar pendidikan Nasional menjadi tuntutan yang sangat penting dalam proses meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Salah satu tuntutan seorang guru dalam kebijakan undang-undang tersebut diantaranya, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 1 2 Dadan Irsyada, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Dan Self Capacity Building Terhadap Kinerja Mengajar Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kedua, adanya UU No32 tahun 2004 memberikan sebuah kesempatan yang besar bagi otonomi daerah dengan desentralisasi pendidikan. Desentralisasi pendidikan berusaha untuk memandirikan pemerintah daerah terhadap persoalan pendidikan yang bisa dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah, sehingga diharapkan pemberdayaan peran sekolah dan masyarakyat dapat mendukung program pemerintah yang berkenaan dengan pendidikan. Ketiga, adanya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi birokrasi Nomor 16 tahun 2009. Di dalamnya berisi tentang segala hal yang membahas tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya bagi guru. Bagaimana guru harus memahami tugas dan kreditnya dalam memenuhi kewajibannya sebagai jabatan fungsional. Selanjutnya peran otonomi mempengaruhi sistem pendidikan juga telah diungkapkan oleh Hoy, Wayne, Miskel 2008:23 mengemukakan bahwa: “aturan desentralisasi secara umum adalah untuk meningkatkan efisiensi manajemen dan kinerja guru pegawai melalui pemecahan masalah yang berhubungan langsung dengan daerah lokal” dikemukakan pula bahwa “Tujuan desentralisasi manajemen pendidikan diataranya adalah: educational improvement, adminstrative efficiency, financial efficiency, political goal, effect on equity ” Hoy, Wayne, Miskel 2008:23. Realitas yang ada, kinerja mengajar guru dirasakan masih rendah. Masih rendahnya kinerja guru yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi sebagai guru dalam proses kinerja guru di sekolah. Kondisi tersebut dapat terlihat dari beberapa sumber diantaranya: Berdasarkan temuan dari Metrotvnews Jakarta, Rabu, 16 Januari 2013 Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kapuskurbuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud Ramon mengatakan evaluasi atas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP sudah dilakukan pada 2010 lalu. Hasil evaluasi itu menunjukkan banyaknya kesulitan yang dihadapi guru dalam membuat silabus dan memahami kompetensi dasar yang harus dirumuskan ke dalam silabus dan rencana pembelajaran. 3 Dadan Irsyada, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Dan Self Capacity Building Terhadap Kinerja Mengajar Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Selanjutnya temuan lain juga didapat dari Kompas Jakarta: Kamis, 6 September 2012 Kompetensi guru-guru di jenjang Sekolah Dasar memprihatinkan, kalah dibandingkan guru-guru Taman Kanak-kanak. Rendahnya kompetensi guru yang mempengaruhi kualitas layanan pendidikan siswa SD ini umumnya terjadi di kalangan guru kelas rendah atau kelas 1-3. Pada guru SD bersertifikat, hasil uji kompetensi guru UKG juga tetap terendah. Kompetensi pedagogik guru SD rata-rata 42,10, sedangkan guru TK rata- rata 44,31. Adapun kompetensi profesional guru SD rata-rata 41,26, sedangkan guru TK rata-rata 45,77. Disamping itu, ditemukan juga permasalahan yang berkenaan dengan program self capacity building yang pernah diikuti oleh sebagian besar guru. Seperti program pengembangan profesionalisasi yang belum dapat memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan kinerja guru. Disamping sertifikasi yang belum memperlihatkan peningkatan terhadap kerja guru. Begitu pula dengan kegiatan gugus sekolah, kelompok kerja guru KKG, pelatihan tentang kajian pendidikan dan seminar pendidikan yang hanya terkesan dilakukan dalam bentuk memenuhi kewajiban tugas mengikuti tanpa adanya penerapan di sekolah secara berkelanjutan. Temuan tersebut berdasarkan pada berita harian KOMPAS.com. Jakarta:Selasa, 6 Oktober 2009. Temuan sementara dari hasil survei yang dilakukan Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI mengenai dampak sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru. Kami baru mengolah data survei 16 dari 28 provinsi yang diteliti. Hasilnya sudah menunjukkan jika kinerja guru yang sudah disertifikasi belum meningkat secara signifikan. Selanjutnya Jakarta, Kompas. Selasa, 6 Oktober 2009. Unifah Rosyidi, Ketua Pengurus Besar PB PGRI Selasa, 610 mengemukakakan bahwa peningkatan kinerja yang diharapkan dari guru yang sudah bersertifikasi seperti perubahan pola kerja, motivasi kerja, 4 Dadan Irsyada, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Dan Self Capacity Building Terhadap Kinerja Mengajar Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pembelajaran, atau peningkatan diri dinilai masih tetap sama atau hanya sedikit. Guru-guru yang sudah bersertifikat sudah mulai enggan mengikuti seminar atau pelatihan untuk peningkatan diri. Kondisi itu memang sudah diduga sebelumnya bahwa seminar atau pelatihan pendidikan yang banyak diminati hanya untuk kepentingan sertifikasi, bukan ilmunya, Menurut Unifah, peningkatan kinerja yang diharapkan dari guru yang sudah bersertifikasi seperti perubahan pola kerja, motivasi kerja, pembelajaran, atau peningkatan diri dinilai masih tetap sama atau hanya sedikit. Apa yang menjadi temuan tersebut, merupakan suatu kesenjangan dengan apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah Seperti yang dituangkan dalam UU Guru Dosen No. 14 Tahun 2005 Pasal 20 bahwa kewajiban guru dalam tugas keprofesionalan adalah a merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; bmeningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Selanjutnya dalam pasal Pasal 35 dijelaskan bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Menurut Darmadi 2010:25 menjelaskan bahwa tugas utama guru adalah mengembangkan potensi siswa secara maksimal lewat penyajian mata pelajaran. Setiap mata pelajaran, dibalik materi yang dapat disajikan secara jelas, memiliki nilai dan karakteristik tertentu yang mendasari materi itu sendiri. Materi pelajaran dan aplikasi nilai yang terkandung dalam mata pelajaran tersebut senantiasa berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Agar guru senantiasa dapat menyesuaikan dan mengarahkan perkembangan, maka guru harus memperbaharui dan meningkatkan ilmu pengetahuan yang dipelajari secara terus menerus. Dengan kata lain, diperlukan adanya pembinaan yang sistematis dan terencana bagi guru. 5 Dadan Irsyada, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Dan Self Capacity Building Terhadap Kinerja Mengajar Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kinerja Mengajar Manajemen Kesehatan Kompetensi Teknologi Kesempatan Berkembang Capacity Building pelatihan, workshop, dll Sikap Mental motivasi, Disiplin Jaminan Sosial Pendidikan Temuan permasalahan di atas juga tidak sesuai dengan tugas profesional guru seperti yang dikemukakan oleh Uzer, dalam Umiarso, 2010:207 menegaskan bahwa: Guru profesional adalah orang yang me miliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan profesional. Melihat kemampuan, pemikiran dan pengetahuan serta keterampilan seorang guru dalam prosesnya akan terlihat pula kompetensi mengajarnya. Begitu pula menurut Gary A. Davis dalam Suyatno, 2009:124 mengatakan bahwa guru profesional memiliki empat ciri a memiliki kemampun terkait dengan iklim belajar di kelas; b memiliki kemampun terkait dengan strategi manajemen pembelajaran; c memiliki kemampun terkait dengan feed back; d memiliki kemampun terkait dengan peningkatan kualitas. Hal tersebut tentunya akan berkaitan dengan kinerja yang mana berdasarkan apa yang telah dijelaskan dimuka, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini berkaitan dengan penguasaan dan penerapan kompetensi guru, serta self capacity building guru terhadap peningkatan kinerja mengajar guru. Kinerja guru semestinya dapat ditingkatkan dengan cara mengimbangi kemampuan guru dalam penguasaan kompetensi guru, dan pengembangan skill secara berkelanjutan. Sehingga penelitian ini mengambil judul tentang “Pengaruh Kompetensi Guru dan Self Capacity Building Terhadap Kinerja Mengajar Guru SD di Kabupaten Bandung ”

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah