1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan mengenai berbagai macam teknologi yang dapat membantu manusia
dalam membuat, menyusun, mengubah, mengkomunikasikan, menyimpan, dan juga menyebarkan informasi Munir, 2012. Pada era globalisasi ini,
perkembangan teknologi sudah semakin maju. Pemanfaatan teknologi informasi telah masuk ke dalam kehidupan sehari-hari manusia, salah satunya adalah
internet. Internet interconnection-networking adalah sebuah sistem global jaringan komputer yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain di
seluruh penjuru dunia. Internet merupakan teknologi canggih yang dapat diakses dengan mudah, cepat dan luas. Melalui internet, berbagai macam informasi yang
disediakan dapat kita ketahui hanya dalam hitungan menit saja Bhakti, 2013. Perkembangan internet memberikan dampak yang cukup signifikan pada
beberapa aspek kehidupan masyarakat baik dalam hal pendidikan, sosial, pemerintahan, maupun bisnis. Misalnya dalam dunia pendidikan, kegiatan belajar
mengajar dapat dilaksanakan secara online tanpa harus bertatap muka. Kegiatan seperti ini telah dilaksanakan di beberapa perguruan tinggi di Kanada Munir,
2010. Adanya akses internet ini juga sangat membantu dalam bidang perdagangan di mana pada saat ini sudah banyak perdagangan yang menggunakan
sistem transaksi secara online. Bisnis online tersebut mempermudah transaksi
Universitas Sumatera Utara
apabila penjual dan pembeli berada di wilayah yang berbeda, menghemat waktu ataupun biaya transportasi, serta juga dapat digunakan untuk memasarkan produk
secara luas ke berbagai wilayah yang akan dituju. Berdasarkan fakta tersebut, maka kegunaan internet akan semakin berkembang pesat dalam memenuhi
tuntutan para penggunanya Bhakti, 2013. Pengguna internet berasal dari berbagai kalangan yaitu pria, wanita, pelajar,
mahasiswa, dan pekerja. Di Indonesia sendiri, penggunaan internet pada masyarakat semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari hasil
survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia APJII, pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012 telah mencapai 63 juta
orang atau sekitar 24,23 dari jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2013 diperkirakan naik sekitar 30 menjadi 82 juta pengguna, sehingga selisih
kenaikan pengguna internet adalah sebesar 5,77 pada tahun 2012-2013. Menurut hasil survei yang juga dilakukan oleh MarkPlus Insight 2012 diperoleh
hasil bahwa 40 pengguna internet di Indonesia mengakses internet lebih dari 3 jam setiap harinya.
Hadson 2000 mengemukakan bahwa pertumbuhan penggunaan internet berkembang semakin pesat, hal ini dikarenakan banyaknya hasil penelitian yang
menemukan bahwa internet sangat efektif dalam menghubungkanan satu orang dengan orang lain, sehingga para peneliti terus melakukan pengembangan akan
kegunaan internet tersebut. Internet juga dapat digunakan sebagai alat penyebar informasi secara global
dan memudahkan interaksi antar individu tanpa terhalang batas geografis. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
yang pada akhirnya memunculkan suatu sistem dalam dunia bisnis yang disebut e- bussiness
. Menurut Ramon 2004 e-bussiness merupakan suatu teknologi yang terintegrasi di mana dapat mempermudah hubungan sebuah bisnis dengan proses
bisnis itu sendiri seperti pembayaran dan penerimaan tagihan, sumber daya manusia, marketing, dan lain-lain, dan komunikasi dengan pelanggan serta rekan
bisnis. Sistem e-bussiness ini membuat semakin banyak perusahaan menggunakan
akses internet di perusahaanya. Berdasarkan analisis East-West Centre 2001, penggunaan internet pada perusahaan diharapkan dapat memberikan keuntungan
kepada perusahaan mereka, hal ini dikarenakan internet dapat digunakan sebagai sarana pendukung dalam menyelesaikan tugas, mengurangi waktu pembuatan
produk, pelayanan yang mudah dan efisien, serta para karyawan dapat mengetahui perkembangan informasi berkaitan dengan tujuan perusahaan. Hasil survei yang
dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika di Indonesia pada tahun 2011, menunjukkan bahwa 92 perusahaan telah menggunakan komputer untuk
mendukung kegiatan bisnisnya dan sebagian besar perusahaan 86 telah menggunakan internet untuk mendukung kegiatan bisnis mereka.
Selain memperoleh keuntungan, bagi perusahaan penggunaan akses internet di perusahaan juga dapat memberikan kerugian. Salah satunya adalah
penyalahgunaan fasilitas internet yang dilakukan oleh karyawan. Semakin umumnya akses internet bagi karyawan maka semakin cenderung membuat
mereka menggunakan internet untuk tujuan hiburan dan juga hal-hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan Blanchard Henle, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Lim 2002 penyalahgunaan akses internet perusahaan yang dilakukan oleh karyawan pada saat jam kerja untuk kepentingan personal dan
tidak berkaitan dengan pekerjaan disebut cyberloafing. Menurut Henle dan Kendharnath 2012 perilaku cyberloafing memberikan kerugian dari segi
produktivitas kerja, di mana karyawan telah melanggar norma-norma organisasi mengenai tingkat minimal kualitas dan kuantitas produksi. Selain kerugian yang
diakibatkan oleh penurunan produktivitas kerja, perilaku seperti ini juga dapat memberikan resiko pada sistem keamanan perusahaan, potensi tersebarnya virus
pada komputer apabila membuka situs ilegal, dan kemungkinan terjadinya hacking
data atau sistem akibat kelalaian karyawan. Hal ini dapat diartikan juga bahwa cyberloafing merupakan suatu bentuk dari penyimpangan di mana perilaku
menyimpang tersebut terfokus pada perusahaan atau organisasi Lim, 2002. Berikut ini adalah beberapa bukti yang menunjukkan bahwa perilaku ini
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Di Amerika perilaku cyberloafing tersebut dapat merugikan pihak perusahaan sebesar 54juta setiap tahunnya
Conlin, 2000. Survei yang dilakukan di Amerika menyatakan bahwa sebanyak 1000 pekerja, ada 64 yang menggunakan akses internet untuk kebutuhan
personal selama jam kerja The Straits Times, 2000. Artikel yang ditebitkan oleh The Epoch Times
2013 juga menyatakan bahwa karyawan di Amerika menghabiskan waktu untuk melakukan cyberloafing sebanyak 80 dari waktu
kerja mereka. Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian Consumer Profile
2009, kantor merupakan tempat mengakses internet paling tinggi yang di lakukan di Indonesia 52,4 dengan frekuensi akses internet
Universitas Sumatera Utara
42,4 setiap hari. Sementara waktu yang paling sering digunakan untuk mengakses internet adalah sekitar 33,9 yang dilakukan secara mayoritas pada
pukul 10.00-12.00 setiap harinya Zumar, 2010. Blanchard dan Henle 2008 mengemukakan dua tipe cyberloafing yaitu,
minor cyberloafing dan serious cyberloafing. Minor cyberloafing merupakan
penggunaan internet secara umum yang dilakukan oleh karyawan untuk tujuan personal atau yang tidak berkaitan dengan pekerjaan seperti mengirim email
pribadi, membuka situs-situs berita umum, dan lain-lain, sedangkan serious cyberloafing
merupakan penggunaan internet yang dianggap lebih beresiko atau memiliki potensi ilegal yang dilakukan oleh karyawan seperti bermain game
online , membuka Youtube, dan lain-lain. Bagi karyawan yang melakukan serious
cyberloafing , mereka beranggapan bahwa perilaku tersebut merupakan suatu
perilaku yang sangat tidak pantas dilakukan dan akan memberikan hasil yang tidak baik bagi perusahaan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lim 2002 menunjukkan bahwa lebih banyak karyawan yang melakukan aktivitas internet seperti browsing situs-situs
umum dan juga menggunakan email untuk tujuan personal minor cyberloafing daripada aktivitas internet seperti membuka situs porno atau bermain game online
serious cyberloafing. Hal ini dikarenakan karyawan yang melakukan minor cyberloafing
memiliki persepsi bahwa karyawan lain yang ada di perusahaan juga menggunakan internet dan email untuk tujuan personal dan menganggap bahwa
hal tersebut bukanlah perilaku yang tidak sesuai untuk dilakukan di tempat kerja.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa studi yang menunjukkan bahwa karyawan dapat menghabiskan waktu selama 1 jam untuk melakukan browsing Kaskus ataupun Facebook yang
tujuannya tidak berkaitan dengan pekerjaan minor cyberloafing. Sehingga dalam waktu satu bulan karyawan dapat melakukan minor cyberloafing selama 20 jam
lebih atau sama dengan 2,5 hari kerja penuh Antariksa, 2012. Walaupun minor cyberloafing merupakan perilaku penggunaan internet
secara umum pada saat jam kerja namun perilaku tersebut juga dapat memberikan kerugian seperti penurunan produktivitas kerja Blanchard dan Henle, 2008. Hal
ini membuat peneliti ingin berfokus pada salah satu tipe cyberloafing, yaitu minor cyberloafing
. Sebagai tambahanBlanchard dan Henle 2008 juga menyatakan bahwa mengidentifikasi atau menjelaskan tipe cyberloafing secara terpisah
merupakan hal yang penting karena dapat memberikan pemahaman kepada organisasi tentang tipe cyberloafing tersebut dan frekuensinya setelah diukur.
Ozler dan Polat 2012 mengemukakan bahwa personality trait kepribadian merupakan salah satu penyebab karyawan melakukan cyberloafing.
Personality trait memiliki peran yang penting dalam menjelaskan sikap dan
perilaku individu dalam konteks tempat kerja John Srivastava, 1999. Schultz dan Schultz 1994 menjelaskan bahwa kepribadian adalah sesuatu yang unik,
relatif menetap dalam aspek internal dan eksternal pada karakter seseorang yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam situasi yang berbeda. Eysenck
dalam Suryabrata, 1998 mengartikan bahwa kepribadian berasal dan berkembang melalui interaksi fungsional dari tiga bagian utama yaitu konatif
karakter, afektif tempramen, dan somatis konstitusi. Hasil dari beberapa studi
Universitas Sumatera Utara
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kepribadian dapat memprediksi perilaku dan juga performansi seseorang dalam konteks pekerjaan. Salah satunya
adalah dimensi kepribadian Big Five McShane Von Glinov, 2003. Kepribadian Big Five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam
psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui lima dimensi trait McShane Von Glinov, 2003. Adapun ke lima dimensi dalam dimensi
kepribadian Big Five, yaitu : Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreableness
, dan Neuroticism. Openness merupakan dimensi kepribadian yang memiliki karakteristik rasa ingin tahu yang luas, bersedia melakukan penyesuaian
akan hal-hal baru, kreatif, serta imajinatif. Extraversion merupakan dimensi kepribadian yang memiliki karakteristik suka bergaul, butuh akan stimulasi, dan
menyukai hal-hal yang menyenangkan. Agreeableness merupakan dimensi kepribadian yang memiliki karakteristik orientasi pada interpersonal, kepercayaan,
dan perasaan. Neuroticism merupakan dimensi kepribadian yang memiliki karakteristik
penyesuaian kestabilan
emosi, ide-ide,
dan kecemasan.
Conscientiousness merupakan dimensi kepribadian yang memiliki karakteristik
teratur, disiplin, dan motivasi dalam mencapai tujuan Pervin, 2005. Beberapa studi telah menemukan bahwa dimensi kepribadian Big Five
memiliki pengaruh terhadap performansi kerja dan perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan. Penelitian yang dilakukan oleh Prasad dkk 2010 menemukan
bahwa seseorang dengan kepribadian conscientiousnes akan lebih dapat meregulasi dirinya dan akan lebih sedikit melakukan cyberloafing, yang artinya
individu tersebut mampu menyeimbangkan ketertarikan mereka antara rencana
Universitas Sumatera Utara
jangka panjang dan jangka pendek serta impuls-impuls yang ada. Sehingga orang- orang dengan tipe Conscientiousness ini akan dapat menahan dirinya untuk
melakukan cyberloafing hingga tugas-tugas mereka sudah diselesaikan. Hal ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa
seseorang yang memiliki Conscientiousness yang tinggi akan memiliki kecenderungan untuk tidak melakukan perilaku malas Colbert, Mount, Harto,
Witt Barrick, 2004, di mana cyberloafing juga merupakan cara seseorang untuk bermalas-malasan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan perusahaan
kepadanya Lim, 2002. Salah satu instansi yang menggunakan jasa internet dalam menunjang
kinerjanya adalah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak SUMUT I. Adapun internet digunakan karena sistem pelayanan pajak sudah mengalami modernisasi,
contohnya seperti pada sistem SPT yang berubah menjadi e-SPT dan dapat diakses secara online oleh seluruh masyarakat. Kantor Wilayah DJP SUMUT I ini
merupakan salah satu instansi yang berfungsi untuk mengatur perpajakan di SUMUT dan juga merupakan kantor yang bertugas dalam melayani masyarakat.
Oleh sebab itu kinerja dari setiap pegawai cukup menjadi sorotan publik dan cukup penting untuk diperhatikan Sinaga, 2009.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian di Kanwil DJP SUMUT I ditemukan adanya pegawai yang
membuka situs online shop pada komputer kerjanya, melihat-lihat smartphone mereka pada saat jam kerja dan ada juga yang tetap fokus untuk bekerja. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kepribadian dapat memprediksi perilaku
Universitas Sumatera Utara
seseorang dalam konteks pekerjaan dan variabel-variabel kepribadian tersebut juga akan sangat menentukan serta mempunyai hubungan penting dalam perilaku
minor cyberloafing , salah satunya adalah dimensi kepribadian Big Five McShane
Von Glinov, 2003; Prasad, Lim, Chen, 2010. Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan, maka peneliti ingin
mengetahui hubungan dimensi kepribadian Big Five dengan minor cyberloafing pada pegawai kantor pajak.
B. RUMUSAN MASALAH