3. Big Five Inventory BFI
BFI dibuat pada tahun 1991 oleh John, Donahue dan Kentle yang terdiri
dari 44 aitem dalam BFI. Aitem-aitem dari BFI tersebut merupakan pengembangan dari kelima faktor kepribadian Big Five. BFI berguna sebagai
inventori yang ringkas, fleksibel, dan efisien dalam melakukan penilaian terhadap 5 dimensi kepribadian Big Five. Tes ini menggunakan frase atau kalimat yang
singkat sebagai representasi kata sifat dan trait dari dimensi kepribadian Big Five
.
Salah satu kelebihan dari BFI adalah frase kata sifat yang digunakan dapat mencegah ambiguitas atau multiple meanings. Ketika BFI versi asli, yang
menggunakan Bahasa Inggris, diuji dengan sampel di Amerika dan Kanada, diperoleh reliabilitas alpha yang tinggi yaitu rata-rata setiap faktornya memiliki
reliabilitas di atas 0.80 dan nilai mean untuk reliabilitas tes retesnya dalam tiga bulan sebesar 0.85 John dan Srivastava, 1999.
C. DINAMIKA ANTARA DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN
MINOR CYBERLOAFING
Cyberloafing adalah suatu perilaku menyimpang terhadap penggunaan
waktu kerja untuk mengakses internet yang bertujuan untuk kepentingan pribadi dan tidak berkaitan dengan pekerjaan Lim, 2002. Blanchard Henle 2008
mengemukakan dua tipe cyberloafing, yaitu minor cyberloafing dan serious cyberloafing
, di mana yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah minor cyberloafing.
Fenomena ini menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan karena perilaku ini merupakan penyimpangan produktivitas kerja di
Universitas Sumatera Utara
mana karyawan telah melanggar norma-norma organisasi mengenai tingkat minimal kualitas dan kuantitas produksi Henle Kedharnath, 2012. Faktor
individu personality trait merupakan salah satu faktor yang mendasari perilaku cyberloafing
berdasarkan pada beberapa literatur dalam Van, 2011 ; Ozler Polat, 2012, di mana kepribadian memiliki hubungan yang cukup penting dalam
memprediksi perilaku minor cyberloafing. Salah satu kepribadian yang dapat digunakan untuk memprediksi perilaku
minor cyberloafing adalah dimensi kepribadian Big Five. Kepribadian Big Five
adalah dimensi kepribadian yang menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari Pervin dkk,
2005. Dimensi kepribadian Big Five ada lima yaitu : Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreableness
, dan Neuroticism. Dimensi yang pertama adalah Openness, dimensi ini memiliki karakteristik
akan rasa ingin tahu yang luas, menyukai hal-hal baru, kreatif, dan imajinatif. Pada penelitian McShane d Von 2010 individu dengan skor Openness to
experience yang tinggi cenderung menunjukkan perilaku yang bertujuan untuk
mencapai tujuan kerja, memiliki usaha mengatur lingkungan sekitarnya dengan baik dan kemauan untuk memperbaiki diri di dalam tim dan sebaliknya apabila
skor Openness rendah maka individu akan cenderung tradisional, konvensional, berpikiran sempit dan tidak menyukai perubahan. Dalam hal ini, minor
cyberloafing adalah bentuk penurunan produktivitas kerja dengan menggunakan
fasilitas internet dari perusahaan, dan internet itu sendiri merupakan suatu teknologi informasi yang canggih. Jika seseorang dengan skor Openness tinggi,
Universitas Sumatera Utara
maka ia akan cenderung menggunakan internet dengan tujuan pencapaian tujuan kerja dan tidak akan melakukan minor cyberloafing.
Dimensi yang kedua adalah Conscientiousness, dimensi ini memiliki karakteristik teratur, disiplin, ketahanan dan motivasi dalam mencapai tujuan.
Seseorang dengan conscientiousnes akan lebih dapat meregulasi dirinya dan akan lebih sedikit dalam melakukan minor cyberloafing, yang artinya individu tersebut
akan mampu menyeimbangkan ketertarikan mereka antara rencana jangka panjang dan jangka pendek serta impuls-impuls yang ada. Sehingga orang-orang
dengan tipe Conscientiousness ini akan dapat menahan dirinya untuk melakukan minor cyberloafing
sampai tugas-tugas mereka sudah mereka selesaikan Prasad dkk, 2010. Dikuatkan juga oleh penelitian Colbert dkk 2004 dalam Malhotra,
2013 yang menyatakan bahwa seseorang dengan Conscientiousnes yang tinggi akan cenderung lebih sedikit dalam melakukan perilaku malas loafing. Sehingga
individu dengan kepribadian ini akan cenderung untuk tidak melakukan minor cyberloafing
. Dimensi yang ketiga adalah Extraversion, dimensi ini memiliki
karakteristik suka bergaul, butuh akan stimulasi, suka dengan hal-hal yang menyenangkan. Amiel Sargent dalam Bucker, 2012 menemukan bahwa
individu dengan tipe kepribadian Extraversion tidak terlalu suka komunikasi secara online, dan lebih suka secara langsung. Mereka mungkin merasa bahwa
internet tidak begitu membuatnya menonjol dan lebih cenderung suka bertemu seseorang dengan bertatap muka. Penelitian Landers Lounsbury 2006 dalam
Bucker, 2012 juga menemukan bahwasannya individu dengan karakteristik
Universitas Sumatera Utara
extraversion adalah tipe individu yang tidak sering melakukan kegiatan melalui internet seperti online. Hal ini memungkinkan bahwa seseorang dengan tipe
Extraversion akan cenderung lebih sedikit dalam melakukan minor cyberloafing.
Dimensi yang keempat adalah Agreeableness, dimensi ini memiliki karakteristik berorientasi pada interpersonal, kepercayaan, dan perasaan. Individu
dengan tipe Agreeableness dalam konteks pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan dengan OCB Organization Citizenship Behavior, di mana hal ini
menunjukkan bahwa adanya keterlibatan yang baik membuat kinerja seseorang semakin efektif Debora Ali, 2004. Beberapa penelitian menyatakan tipe
kepribadian Agreeableness memiliki hubungan yang negatif dengan waktu yang dihabiskan dalam menggunakan internet landers Lounsbury,2006. Sehingga
individu dengan kepribadian ini akan cenderung untuk tidak melakukan minor cyberloafing
. Dimensi yang kelima adalah Neuroticism, dimensi ini memiliki karakteristik
penyesuaian kestabilan emosi, ide-ide, kecemasan. Hasil penelitian menemukan bahwa pada individu yang memiliki skor tinggi pada Neuroticism cenderung
kurang efektif dalam keberfungsian dirinya dan juga kurang berhasil untuk tujuan penyelesaian tugas Barrick Mount, 1991. Hal tersebut menunjukkan bahwa
performansi kerja seseorang yang Neuroticism cenderung rendah, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rothmann dan Coetzer 2003. Rendahnya
performansi dapat dijelaskan karena individu dengan tipe ini kurang bisa mengontrol impuls-impuls yang dapat menurunkan performansi kerja ataupun
penyelesaian tugasnya. Individu dengan dimensi Neuroticism yang dominan juga
Universitas Sumatera Utara
memiliki hubungan yang positif dengan perilaku penyimpangan kerja Coltbert, Mount, Harter, Witt Barrick, 2004. Salah satunya adalah cyberloafing, yang
merupakan perilaku penyimpangan kerja Lim, 2002. Sehingga individu dengan dimensi kepribadian Neuroticism akan cenderung melakukan perilaku minor
cyberloafing .
D. HIPOTESA PENELITIAN