Pengaruh perhatian ibu berakhir terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Islam Harapan Ibu Pondok Pianang Jakarta

(1)

(FITK) Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqosah pada, 22 september 2010 dihadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, September 2010 Panitia Ujian Munaqosyah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Bahrissalim, M.Ag …………. ………

NIP: 19680307 199803 1 002

Sekertaris (Sekerrtaris jurusan/Program Studi)

Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag …………. ………

NIP: 19670328 200003 1 001

Penguji I

Prof. Dr. Abd. Rahman Ghazaly, M.Ag

NIP: 19450325 196510 1 001 …………. ………

Penguji II

Drs. H. Ghufron Ihsan, M.A. …………. ………

NIP: 19530509 198103 1 006

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP: 19571005 198703 1 003


(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

MIRA MURSYDAH NIM: 105011000150

Di Bawah Bimbingan Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Sofiah. MS. MA NIP. 19491123 198902 2 001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H / 2010 M


(3)

Tempat/Tgl. Lahir : Bogor, 5 Juli 1988

NIM : 105011000150

Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul skripsi : “Pengaruh Perhatian Ibu Berkarier Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Di SMP Islam Harapan Ibu Jakarta”

Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Sofiah. MS. MA

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, Mei 2010

Mahasiswa Ybs.

MIRA MURSYDAH

NIM: 105011000150


(4)

MA.

Fokus studi ini adalah perhatian ibu berkarir terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta. Studi ini bermaksud mendeskripsikan secara rinci bagaimana pengaruh perhatian ibu berkarir terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta. Penelitian ini di lakukan di SMP Islam Harapan Ibu dengan menggunakan populasi terjangkau yaitu mengambil responden seluruh kelas VIII yang kemudian diambil data secara acak sederhana (hanya yang mempunyai ibu berkarir). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Setelah melalui acak sederhana diketahui siswa/i yang mempunyai ibu berkarier berjumlah 30 siswa. Instrumen yang digunakan yakni menggunakan angket mengenai perhatian ibu berkarir dalam bentuk skala. Angket ini diberikan kepada seluruh siswa/i SMP Islam Harapan Ibu yang berada di kelas VIII. Sedangkan untuk instrumen prestasi belajar PAI menggunakan data nilai hasil raport siswa pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010.

Dari hasil penelitian dengan menggunakan rumus Product Moment peneliti memperoleh hasil rhit sebesar 0,593 dengan df=28 pada taraf signifikasi 5% 0,361 dan pada taraf signifikasi 1% diperoleh rtab sebesar 0,463. hal itu menunjukkan bahwa rhit >rtab, yang berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa terdapat korelasi positif yang sedang antara perhatian ibu berkarir terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.

Kata kunci: Perhatian ibu berkarir dan prestasi belajar


(5)

Sujud syukur atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah berikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap nafas yang berhembus dan langkah-langkah kaki kecil ini selalu Kau ridhai yaa Rabb. Amiin.

Rinduku pada-Mu ya Rasul, semoga shalawat selalu tercurah dari bibirku agar aku menjadi salah satu umatmu yang kau beri syafaat kelak, amiin.

Skripsi dan gelar kesarjanaan ini penulis persembahkan untuk my endless love yaitu kedua orang tua penulis” Ayahanda Marsa tercinta dan Ibunda Yoyoh Multasyiroh terkasih”. Segala yang mereka miliki telah diberikan kepada penulis dalam bentuk cinta, kasih saying, pengorbanan, dukungan moril maupun materil, dan air mata dalam tiap sujud mereka yang menjadikan penulis selalu termotivasi untuk memberikan yang terbaik kepada keluarga kecil penulis. Semoga kelulusan ini dapat sedikit membayar semua apa yang telah mereka berikan kepada penulis. Dan semoga surga kelak menjadi balasan bagi mereka. Teruntuk adik-adik penulis ”Lola Fauziah, Lulu shofia pillah, Yusrifar Mujibuddin, dan Khotiful Umam”. Terima kasih atas segala bantuan, kritikan, motivasi, canda tawa kalian yang senantiasa menemani hari-hari penulis dan tentunya doa kalian yang menjadikan penulis untuk selalu optimis.

Penulis sadar selama penyusunan skripsi ini banyak sekali mendapatkan berbagai bentuk bantuan, selain dari orang-orang terhebat di atas, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua dan sekertaris jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, beserta staff.


(6)

iii

5. Seluruh dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kepala sekolah SMP Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Dra. Hj. Budi Suci Nurani, guru bidang studi PAI Dra. Tuti Alawiyah beserta staff tata usaha. Terima kasih atas bantuannya selama penulis melakukan penelitian. 7. Suami tercinta Ahmad Rifa’i Muchtar dan Anak tersayang wafa Rif’atul

Wasi’ah, Terima kasih atas pengertian, perhatian doa serta dukungannya. Hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan kalian.

8. Sahabat-sahabat PAI angkatan 2005, khususnya Endah Nurfauziah terima kasih atas persahabatan yang telah kau sajikan, semuanya begitu indah. Yasir, Nanang, Maya, Lia Nf, Khoir, Ela, Reka, Ifah, Umi, Vina Hanum, Asep, Jonson, sahabat-sahabat PAI 2007, Yuliana PS, Yenih, Ocid, Ayu, Alya, Fauziah, Olif, Rafiq. Terima kasih atas kebersamaanya selama ini, sampai jumpa di puncak kesuksesan.

Penulis sadar bahwa dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapakan saran dan kritiknya untuk menjadikannya semua lebih baik demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah penulis berlindung, semoga amal kebaikan kalian dibalas berlipat ganda oleh Allah swt, amiin.

25 Mei 2010


(7)

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Perhatian Ibu Berkarier ... 7

1. Pengertian perhatian ... 7

2. Pengertian Ibu Berkarier ... 9

3. Perhatian Ibu Berkarier ... 11

4. Ciri-ciri ibu berkarier... 12

5. Faktor pendukung ibu berkarier... 13

6. Nilai karier bagi seorang ibu... 15

7. Problematika ibu berkarier... 16

B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ... . 17

1. Pengertian prestasi ... . 17

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... . 19

C. Pendidikan Agama Islam ... . 21

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 21

2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... . 24

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... . 25

D. Kerangka Berfikir ... 27


(8)

D. Populasi dan Sampel... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Instrumen Penelitian ... 30

G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34

A. Profil ... 34

B. Sikap/Tingkah laku Siswa SMPM 44 Pamulang ... 36

C. Upaya yang dilakukan oleh para guru ... 51

1. Meningkatkan Rasa Hormat Siswa Terhadap Guru ... 52

2. Meningkatkan Akhlak Al Karimah Siswa ... 55

3. Mengatasi Kenakalan Siswa ... 57

4. Memperbaiki tutur kata siswa yang kurang pantas ... 59

5. Mengatasi siswa yang membantah perintah guru ... 60

6. Mengatasi siswa yang kurang teratur dalam berpakaian ... 62

D. Faktor yang menyebabkan siswa kurang memiliki rasa hormat 65

E. Kendala Guru Dalam Membimbing dan Mendidik Para Siswa . 68 F. Sikap guru di depan para siswa ... 71

G. Karakter Guru Agama ... 73

H. Konsep rasa hormat menurut siswa dan guru ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN Daftar Tabel Table 1 Keadaan guru dan tata usaha... 44


(9)

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan amat dibutuhkan oleh manusia di dalam menjalankan kehidupannya. Pendidikan merupakan suatu upaya agar manusia dapat mengetahui dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Baik buruknya seseorang, maju tidaknya suatu bangsa juga amat ditentukan oleh pendidikan. Di Indonesia semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan, hal tersebut terlihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 yang berbunyi: “Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.1

Dalam Undang-Undang RI no 20 tahun 2003 pendidikan adalah: “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, mengendalikan diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara.”2

Dari sini dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan belajar secara aktif, dan mengembangkan potensi yang dimiliki dan dapat dilakukan dengan cara memberikan bimbingan, perhatian dan pengarahan yang

1

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20, Tahun 2003, h. 14 2

Undang-undang R.I. nomor: 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Jakarta: CV Mini Jaya Abadi, 2003), cet 1, h. 5


(11)

diarahkan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik pada tingkat dewasa. Islam juga mengatur pendidikan, Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi seluruh umat manusia. Sebagaimana Rasulullah bersabda,

ا

ر

لﺎﻗ

لﺎﻗ

يرﺪﺨ ا

و

ﷲا

ﻰ ﺻ

ﷲا

لﻮ

ﺮﻓ

ا

آ

ﺔﻀ

)

ر

يﺮﺨ ا

او

(

3

“Mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap muslim” (HR. Muslim)

Dari hadits di atas dapat dilihat bahwa secara tidak langsung Islam telah menempatkan pendidikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia.

Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah. Bidang studi Pendidikan Agama Islam mengajarkan siswa untuk memahami Islam secara lebih mendalam dan menyeluruh. Melalui bidang studi Pendidikan Agama Islam siswa dapat lebih mengenal Al Quran dan Al Hadits, memahami hukum-hukum Islam yang menjangkau seluruh aspek kehidupan, meyakini Allah lewat Tauhid dan meresapi serta meneladani kehidupan dan akhlak Nabi Muhammad SAW.

Pendidikan Agama Islam merupakan bidang studi yang perannya sangat penting dalam membentuk akhlak dan budi pekerti siswa untuk mencapai ketentraman lahir dan batinnya kelak di masa depan, maka dalam mempelajarinya diperlukan perhatian dan konsentrasi sempurna serta bimbingan keluarga.

Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak bergantung pada keadaan lingkungan itu sendiri serta keadaan jasmani dan rohaninya. Adapun salah satu lingkungan yang paling dekat dengan anak adalah keluarga.

3

Abu Abdilah Ja’far al-Qadlo’I, Musnad As-Syihab, Juz 1, (Beirut: Muasasah Risalah, 1986), h. 135


(12)

Pendidikan tidak hanya diberikan di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga merupakan tempat pendidikan pertama yang diperoleh setiap anak. Keluarga adalah tempat anak diasuh dan dibesarkan. Keadaan keluarga berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Terutama keadaan ekonomi serta tingkat kemampuan orang tua dalam merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara di sisi lain juga tingkat pendidikan orang tua besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohani anak. Terutama untuk kepribadian dan kemajuan pendidikannya.4 Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga berada, umumnya sehat dan cepat pertumbuhan badannya dibandingkan dengan anak dari keluarga kurang mampu.

Dengan memberikan pendidikan yang baik kepada anak dalam lingkungan keluarga maka anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula dalam lingkungan sekitarnya. Dalam melaksanakan tujuan pendidikan, tidak sepenuhnya tergantung dari proses belajar mengajar di sekolah, akan tetapi tujuan pendidikan tersebut dapat ditentukan oleh peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar yang berlangsung. Keluarga merupakan sumber pengetahuan, keterampilan dan kemampuan intelektual. Semua ini diperoleh pertama-tama dari orang tua, terutama seorang ibu.

Keluarga mempunyai peranan penting terhadap keberhasilan belajar anak di sekolah. Di rumah, apabila keluarga terutama (ibu) berperan aktif dalam merangsang, mendorong dan membimbing terhadap aktivitas belajar anaknya hal ini memungkinkan diri anak untuk mempunyai motivasi dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi dan merupakan suatu kepuasan tersendiri bagi seorang anak, apabila menemukan kesulitan dalam proses belajar ada tempat untuk bertanya, memberi pengarahan serta semangat yaitu ayah atau ibu, sebaliknya bila orang tua (ibu) tidak memiliki perhatian terhadap aktivitas belajar anak, biasanya anak kurang atau tidak

4

A. Fauzi, psikologi umum, (Bandung, Pustaka Setia, 2008), Cet 4, h. 26


(13)

memiliki semangat belajar, sehingga ia sulit diharapkan dalam mencapai prestasi belajar di sekolah secara maksimal.

Prestasi belajar siswa yang kurang baik menyebabkan masalah bagi dunia pendidikan sehingga diperlukan penelitian mengenai penyebab rendahnya hasil belajar siswa agar tujuan pendidikan tercapai secara optimal. Hasil belajar sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi: kesiapan mental dan fisik, kecemasan, sikap terhadap pendidikan, kebiasaan belajar, motivasi, kesehatan, umur dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal meliputi: guru, lingkungan, keluarga (ibu).

Akan tetapi, dewasa ini banyak sekali ibu yang menjadi wanita karier, mungkin karena tuntutan ekonomi, atau juga memang karena tidak betah berlama-lama berada di rumah. Ada pula pengakuan dari wanita karier bahwa berkarir merupakan kepuasan tersendiri, bukan karena faktor gaji yang tinggi atau jabatan, melainkan karena ia butuh pengakuan, sosialisasi dengan dunia luar. Menjadi wanita karier bukanlah tanpa risiko, risiko karena jarang di rumah, komunikasi dengan anak pun jadi terganggu, perhatian berkurang, waktu untuk menemani anak belajar pun jadi sedikit, dan ini dapat berpotensi dan memberi pengaruh negatif serta menurunkan prestasi belajar anak.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar seorang anak, diantaranya faktor lingkungan, keluarga, sekolah dan teman sepermainan, bahkan karena faktor yang berasal dari dalam dirinya sendiri baik fisik maupun psikis. Masalahnya apakah perhatian ibu berkarir, khususnya mengenai perhatian dan kepedulian terhadap pendidikan anaknya itu dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan prestasi belajar anaknya, dan apakah perhatian ibu berkarir itu dapat tergolong ke dalam faktor yang sangat berpengaruh dengan prestasi belajar pendidikan agama Islam anak. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas penulis tertarik melakukan penelitian berjudul:


(14)

“PENGARUH PERHATIAN IBU BERKARIR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP ISLAM HARAPAN IBU PONDOK PINANG”

B.

Identifikasi Masalah

Sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang dapat diidentifikasikan beberapa masalah di antaranya adalah :

1. Rendahnya perhatian yang diberikan oleh ibu berkarir terhadap anak-anaknya.

2. Kurangnya peranan ibu berkarir dalam mengarahkan belajar anak-anaknya. 3. Kurangnya komunikasi antara ibu berkarir dengan anak-anaknya.

4. Rendahnya motivasi belajar pendidikan agama Islam yang dimiliki oleh anak yang memiliki ibu berkarir

5. Rendahnya prestasi belajar siswa yang memiliki ibu berkarir dalam mata pelajaran PAI.

C.

Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan pembahasan dalam skripsi ini, penulis akan membatasi dengan batasan-batasan sebagai berikut:

a. Rendahnya perhatian ibu berkarir terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI .

b. Rendahnya prestasi belajar siswa yang memiliki ibu berkarir dalam mata pelajaran PAI.

c. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi prestasi belajar PAI


(15)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, masalah ini dirumuskan menjadi:

1. Sejauh mana perhatian yang diberikan oleh ibu berkarir terhadap anaknya? 2. Sejauh mana prestasi belajar PAI siswa di SMP Harapan Ibu Jakarta? 3. Apakah perhatian ibu berkarir mempengaruhi prestasi belajar PAI siswa?

D.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk:

1. Mengetahui perhatian yang diberikan oleh ibu berkarir terhadap anaknya. 2. Mengetahui prestasi belajar PAI siswa di SMP Harapan Ibu Jakarta.

3. Mengetahui pengaruh perhatian ibu berkarir terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Harapan Ibu Jakarta.

E.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat melatih kemampuan menulis dalam membuat suatu karya ilmiah yang lebih baik.

b. Bagi guru

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa yang memiliki ibu berkarir. c. Bagi orang tua

Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang pentingnya memberikan perhatian lebih kepada anak agar dapat memberi masukan-masukan kepada para ibu berkarir agar lebih memperhatikan lagi anaknya. d. Bagi universitas

Tulisan ini diharapkan dapat menambah khazanah intelektual dalam bidang pendidikan khususnya mengenai perhatian ibu berkarir terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.


(16)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Perhatian Dan Ibu Berkarir

1. Pengertian perhatian

Perhatian secara bahasa dapat diartikan dengan minat, apa yang disenangi atau atau yang disukai. Kata ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa inggris adalah attention, sedangkan dalam bahasa arab adalah mulâhâdzah atau ihtimâm. Perhatian adalah upaya mencurahkan waktu dan ruang seiring dengan perkembangan anak baik secara fisik maupun mental spiritual di samping memfokuskan pembinaan kepada perkembangan jasmani serta daya intelektualnya.

“Sedangkan secara istilah perhatian berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.”1 “Adapula yang mendefinisikan dengan pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek tertentu dan juga merupakan banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan.”2

Perhatian ini banyak macamnya tergantung pada beberapa hal antara lain, pertama atas dasar intensitasnya, perhatian ada yang intensif dan tidak intensif. Intensif adalah melibatkan kesadaran yang menyertai suatu aktivitas atau pengalaman batin. Dalam hal ini, bila ada aktivitas tidak mungkin keduanya dilakukan secara intensif secara bersamaan. Kedua,

1

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Grafindo, 2004) h. 153 2

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1998), h. 14


(17)

atas dasar cara timbulnya, ada perhatian spontan atau tidak disengaja. Ketiga, atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian, ada perhatian distributif dan ada perhatian konsentratif.3

Perhatian orang tua ketika di rumah diidentifikasikan menjadi lima bentuk yang berhubungan erat dengan prestasi anak di sekolah, yaitu: (1) Memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya. (2) Menunjukan kerjasamanya dalam mengarahkan cara belajar di rumah. (3) Membuat pekerjaan rumahnya. (4) Tidak disita waktu anak dengan pekerjaan rumah tangga. (5) Memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.

Dari beberapa definisi di atas, penulis berkesimpulan bahwa perhatian adalah suatu kegiatan yang merupakan sikap mental dan sosial, diarahkan dengan penuh kesadaran secara intensif, baik dalam bentuk sikap maupun perbuatan, atau merupakan suatu keadaan sikap dimana kesadaran jiwa dipusatkan kepada suatu objek tertentu baik dari dalam maupun dari luar dirinya dengan disertai reaksi-reaksi organisme yang dapat memungkinkan adanya perlakuan khusus terhadap objek tersebut.

Orang tua (ibu) dapat memberikan perhatian kepada anaknya dalam hal pendidikan atau peningkatan prestasi belajar mereka melalui dialog. Orang tua (ibu) memberikan bimbingan, mengawasi waktu belajar anak dan menyediakan waktu yang cukup untuk mengadakan percakapan dan dialog serta menciptakan suasana santai dan nyaman sehingga anak dapat belajar dengan tenang. Di samping itu, penyediaan fasilitas atau perlengkapan belajar dan motivasi yang selalu diberikan merupakan wujud dari perhatian orang tua kepada anak-anaknya dalam meraih prestasi yang terbaik. Dengan perhatian yang penuh dari orang tuanya anak akan rajin belajar dan memperoleh hasil yang baik.

3


(18)

2. Pengertian ibu berkarir

Ibu berkarir terdiri dari dua kata, yaitu “ibu” dan “karir”, baik kata “ibu” maupun “karir” memiliki arti tersendiri. Adapun pengertian ibu adalah seorang perempuan dewasa yang bentuk dan susunan tubuhnya berbeda dengan laki-laki, memiliki perasaan halus, sehingga nampak kekhasan karakteristiknya sebagai mahluk ciptaan Tuhan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan dan kebudayaan pengertian ibu adalah :

1. Orang perempuan yang telah melahirkan anak 2. Sebutan seorang wanita yang telah bersuami

3. Panggilan yang takzim kepada wanita yang sudah/belum bersuami 4. Bagian yang pokok (besar, asal, dan sebagainya)

5. Yang utama di antara beberapa yang lain yang terpenting (negeri)4 Sudah jelas bahwa peran ibu sebagai anggota keluarga adalah memegang peranan penting terhadap pendidikan anaknya. Sejak anak dilahirkan ibulah yang selalu di sampingnya, memberi makan, memelihara dan sebagainya. Pendidikan ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan. Karena lingkungan keluarga merupakan tempat pendidikan pertama yang didapatkan oleh anak. Karena itu, seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anaknya, tidak heran jika ada sebagian orang berkata “Kaum ibu pendidik bangsa”.

Islam telah mengangkat kaum wanita sebagai kaum ibu yang menghasilkan anak-anak sebagai generasi penerus, dan Allah pun menganugerahkan kepada kaum wanita sifat-sifat seperti: sabar, lembut, kasih sayang, dan telaten. Oleh karena itu wanita menjadi pembimbing rumah tangga (bertanggung jawab kepada anak-anaknya).

Allah memerintahkan agar seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tua, khususnya kepada ibu, hal itu disebabkan kaum ibu mengalami kesusahan dalam

4

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Depdikbud RI, 2006), h. 365


(19)

memperoleh seorang anak, baik pada saat sedang hamil, menyusui maupun pada saat ia mendidik.

Allah SWT berfirman dalam surat Luqman ayat 14:

Artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.

Dari uraian di atas menjadi semakin jelas bahwa posisi ibu dalam keluarga atau terhadap anak adalah posisi yang paling penting, baik buruknya pendidikan ibu terhadap anak akan berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya.

“Wanita” (ibu) berkarir adalah orang yang berkecimpung dalam kegiatan profesi seperti bidang usaha, perkantoran dan sebagainya yang dilandasi dengan pendidikan keahlian seperti keterampilan, kejujuran, dan sebagainya yang menjanjikan untuk mencapai kemajuan.”5

Menurut Pratiwi Sudarmono, “wanita karir adalah seorang yang menjalankan profesinya berdasarkan kemampuan, keterampilan, pengalaman dan latar belakang pendidikannya mampu menjadi subjek yang dapat berkarya sesuai dengan aspirasinya, usaha dan citi-citanya.”6

Sedangkan kata “karir” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “perkembangan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan dan sebagainya”.

5

Siti muri’ah, wanita karier dalam bingkai islam…, h. 29 6

Conny semiawan, Kiprah Wanita Dalam Keluarga, Karier, dan Masyarakat, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), cet, ke-2, h. 120


(20)

Berkarir adalah bekerja untuk mengembangkan kemajuan diri dalam pekerjaan. Jadi, berkarir dapat juga dikaitkan dengan harapan yang di dalamnya ada standar keunggulan tertentu.

Sebagaimana yang di definisikan oleh Muri’ah, ibu berkarir adalah ibu yang menekuni suatu/bebrapa pekerjaan secara penuh dalam waktu yang relatif lama, untuk kemajuan dalam hidup, pekerjaaa/jabatan.7

Umumnya karir ditempuh oleh seorang ibu di luar rumah sehingga seorang ibu berkarir tergolong orang yang berkiprah di sektor publik. Di samping untuk berkarir, ibu harus menekuni profesi tertentu yang membutukan kemampuan khusus yang biasanya hanya dapat diraih dengan persyaratan telah menempuh pendidikan tertentu.

Jadi suatu pekerjaan baru dapat dikatakan sebagai karir, apabila pekerjaan itu diperoleh atau dilakaukan berdasarkan pendidikan/keterampilan khusus, dan merupakan suatu program tetap yang membutuhkan keseriusan dalam pengembangannya. Di sini yang paling menentukan adalah ada keahlian tertentu yang dimiliki dan tidak bersifat sampingan yakni merupakan pekerjaan tetap serta ada ambisi untuk maju dalam pekerjaannya.

Untuk mencapai puncak karir yanng diinginkan seorang harus mempersiapkan dirinya, baik yang bersifat materi maupun moril. Hal ini sangat jelas, dan diperlukan oleh oleh ibu berkarir, karena dalam meniti karir kadang-kadang harus melalui perjalanan yang cukup panjang dan terjal, sehingga untuk dapat melangkah ke jenjang kenaikan karir yang dicita-citakan adalah merupakan suatu perjuangan tersendiri. Di samping itu seseorang bisa saja naik turun dalam karirnya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ibu berkarir adalah ibu yang berkecimpung dalam kegiatan profesi, seperti bidang usaha, keterampilan, kejujuran, dan sebagainya yang menjanjikan untuk kemajuan kehidupan.

7


(21)

3. Perhatian ibu berkarir

Perhatian ibu berkarir adalah sikap atau upaya seorang ibu berkarir mencurahkan waktunya yang sedikit dengan penuh kesadaran dengan cara mengawasi dan membinanya guna mendorong anak mendapatkan prestasi dan suasana harmonis untuk belajar anak di rumah.

“Dalam praktiknya perhatian dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: kebutuhan kewajiban, pembawaan, keadaan jasmani, suasana jiwa dan sekitar kita kuat tidaknya rangsangan dari objek itu sendiri.”8

Dalam teori psikologi dijelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya perhatian yang diberikan ibu terhadap anaknya secara umum faktor-faktor yang dimaksud bergantung pada dua aspek.

Pertama: aspek internal, meliputi kondisi jasmani rohani dan intelektual ibu selaku pemberi perhatian merupakan hal terpenting dalam aspek ini, contoh: ibu berkarir yang keadaan jasmaninya dan rohaninya lemah tentu tidak dapat memberikan perhatian yang lebih besar, karena mereka sendiri memiliki keterbatasan tersebut dikarenakan antara lain bodoh, gila, cacat, sering sakit dan lain-lain.

Kedua: aspek eksternal, yaitu kondisi-kondisi diluar ibu berkarir selaku pemberi perhatian seperti keadaan ekonomi, budaya sekitar, rangsangan dari objek itu sendiri dan lain-lain.

“Berdasarkan semakin tinggi kesadaran dan kesiapan yang menyertai suatu aktivitas atau pengalaman berarti semakin tinggi insentif perhatiannya dalam hal ini membantu suksesnya aktivitas yang dilakukan tersebut.”9 Perhatian ibu berkarir guna mendorong anak untuk mendapatkan prestasi belajar yang diinginkan harus secara aktif mengatur dan memonitor waktu anak.

Dewasa ini banyak kaum wanita yang menuntut keadilan atas persamaan antara pria dan wanita. Khususnya di Indonesia, gerakan emansipasi atau apa yang disebut dengan peran ganda wanita. Wanita boleh memasuki bidang dan tugas yang

8

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), cet, ke-1, h. 145-150 9


(22)

seharusnya untuk kaum laki-laki karena konstitusinya tidak melarang yang lain. Selain itu wanita tetap mengemban atau mempertahankan kodrat kewanitaanya, yaitu tetap menjalankan tugas-tugas kewanitaan. Seperti hamil, menyusui, merawat anak dan mengurus rumah tangga. Di samping harus melayani suami, jadi wanita harus memainkan karirnya dan ia harus meraih dua sukses sekaligus.

1. Sukses dengan tugas kewanitaanya yang sesuai dengan kodratnya. 2. Sukses dalam berkarir.10

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perhatian ibu berkarir adalah sikap atau upaya ibu berkarir mencurahkan waktunya yang sedikit untuk mengawasi dan membimbing serta mendorong anaknya dalam belajar untuk mendapatkan hasil yang baik.

4. Ciri ibu berkarir

Berkarir adalah bekerja untuk kemajuan diri dalam pekerjaan. Membicarakan ibu berkarir penekanannya justru pada “karir” itu sendiri. Meskipun dalam banyak hal mempunyai implikasi finansial, tetapi bukan merupakan tujuan utama.

“Adapun ciri-ciri ibu berkarir adalah memiliki konsep diri yang lebih positif, mandiri, profesional dan bakat kepemimpinan yang baik. Ketika masih kanak-kanak, mereka umumnya memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan minat yang luas. Pengaruh orang tua sangat dominan dalam menumbuhkan dan merangsang minat anak.”11

Sementara itu Havidz Anshari memberikan ciri-ciri ibu berkarir sebagai berikut:

a. Aktif melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai satu tujuan.

b. Kegiatan yang dilakukan itu merupakan kegiatan profesional sesuai dengan bidang yang ditekuninya. Baik di bidang politik, ekonomi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, ketentaraan dan sebagainya.

10

Ibnu Ahmad Dahri, Peran Ganda Wanita Modern, (Jakarta: CV Pustaka Al-kautsar, 1991), h. 12-13

11

Siti Musdah Mulia dan Marzani Anwar, Keadilan Dan Kesetaraan Gender Perspektif Islam, (Jakarta: Departemen Agama, 2001), h.45


(23)

c. Bidang-bidang yang ditekuni ibu berkarir dapat mendatangkan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan atau jabatan dan sebagainya.12

Menurut G. Alper ciri-ciri ibu berkarir yang baik yakni:

1. Menyukai situasi kerja yang menuntut tanggung jawab pribadi, sebagai tantangan untuk maju.

2. Memilih tujuan yang realistis sebagai upaya untuk mengembangkan karir.

3. Catatan dalam menyelesaikan pekerjaan dengan mengharapkan cepat memperoleh umpan balik.

4. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk menunjukan kemajuan prestasinya.

Ibu berkarir biasanya memiliki pendidikan atau pengalaman khusus, menjalani profesi sebagai suatu panggilan dan menekuninya seumur hidup melalui jenjang-jenjang peningkatan tertentu dan melakukannya secara fulltime.13

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri ibu berkarir adalah: aktif melakukan kegiatan, kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang profesioanal, sesuai dengan bidang yang ditekuni, dan bidang yang ditekuninya dapat mendatangkan kemajuan.

5. Faktor-faktor pendukung ibu berkarir

Gejala kaum wanita bekerja di luar rumah merupakan kenyataan yang tidak bisa diingkari, karena itu masyarakat kita tidak bisa menolak gejala tersebut. Adapun beberapa faktor yang mendorong kaum ibu terjun ke dunia karir antara lain.

1. Pendidikan. Kesempatan yang diberikan kepada kaum wanita merupakan faktor yang paling dominan. Sebagaimana pendidikan dirasakan mampu melahirkan ibu berkarir dalam berbagai lapangan pekerjaan. Pendidikan bagi kaum wanita tidak hanya untuk menghilangkan status dan derajat serta menghilangkan anggapan bahwa wanita itu makhluk lemah dan sebagainya.

12

Havidz, Wardah, Dan Tatif Kirnawati, Perempuan Dan Pengembangan Study Kebijakan

Pemerintah Dan Islam Dalam Program Pengembangan Perempuan, (Jakarta: Rajawali Press, 1998),

h. 30 13

Siti Muri’ah, Wanita Karier Dalam Bingkai Islam, (Bandung: Angkasa, 2004), cet, ke-1, h. 29


(24)

2. Ekonomi, seorang ibu yang karena penghasilan suaminya tidak mencukupi terpaksa harus turut bekerja.

3. Sebagai alternatif, ibu bekerja bukan semata-mata karena uang, tetapi tidak betah tinggal dirumah terlalu lama, sedangkan penghasilan suaminya cukup untuk menghidupi keluarganya.

Menurut Muri’ah faktor pendukung terbesar dari ibu berkarir itu adalah pengertian dan dukungan dari suami. Bila seorang suami mendukung karir isteri maka akan diperoleh kesuksesan dalam berkarir tersebut. Sebaliknya bila dukungan suami tidak ada, maka di sana akan muncul konflik yang pada giliran berikutnya dapat berakibat fatal.14 Secara garis besar motif yang mendasari para ibu berkarir dapat dibedakan menjadi dua motif:

1. Motif ekonomi, seorang isteri berkarir karena penghasilan suaminya tidak menculupi kebutuhan sehari-hari.

2. Motif sebagai alternatif seorang ibu yang menganggap bahwa karir bukan cuma dambaan kaum pria, tetapi seorang wanita juga mendambakannya.

Dari beberapa faktor pendukung ibu berkarir di atas dapat disimpulkan bahwa motif ekonomi yang sering dikatakan menjadi faktor utama seorang ibu yang berkarir merupakan bagian dari salah satu faktor yang menyebabkan seorang ibu harus berkarir. Jika kita lihat, sebenarnya masih banyak alasan mengapa seorang ibu harus berkarir, akan tetapi dukungan dari seorang suami ibu berkarir merupakan hal yang paling penting agar mencegah konflik yang dapat timbul kapan saja dan mungkin dapat berakibat fatal.

14


(25)

6. Problematika ibu berkarir

Setiap profesi memiliki problema masing-masing, termasuk sebagai ibu berkarir yang ternyata tidak sepi dari problema. Ia banyak mengandung persoalan. Persoalan-persoalan yang dihadapinya itu antara lain:15

Tentang pengasuhan anak, secara emosional anak lebih dekat kepada ibunya, ketimbang dengan ayahnya. Oleh sebab itu, ketergantungan anak terhadap ibu sebagai pengasuh, pendidik, serta yang mengawasi anak banyak diletakan kepada ibu. a. Tentang kerumahtanggaan, dengan isteri berkarir sering diasumsikan akan

mengganggu keharmonisan rumah tangga. Meninggalkan rumah karena sibuk bekerja dapat memicu konflik rumah tangga.

b. Tentang kecemburuan sosial rekan sekerja wanita sendiri, tidak dapat dihindari persaingan di dunia kerja juga melanda kehidupan berkarir sedang tantangan yang paling berat dirasakan oleh ibu berkarir adalah pengembangan diri memerlukan keluangan waktu, dukungan lingkungan serta aktifitas yang harus dilipat gandakan. Hal ini juga sejalan dengan pengoptimalan prestasi kerja.

“Kasy Kareel pernah berbicara tentang keluarganya seorang ibu ke lapangan pekerjaan dapat mengesampingkan tugas utamanya, yaitu menjadi ibu mengasuh anaknya.”16

Dari berbagai problema ibu berkarir yang telah disebutkan di atas, dapat kita lihat bahwa problema terbesar yang dihadapi oleh ibu berkarir adalah tentang pengasuhan anak dan hubungan suami isteri (kerumahtanggan). Sejatinya, tugas utama seorang ibu adalah sebagai pengasuh, pendidik dan mengawasi anak-anaknya serta mengawasi keperluan rumah tangga. Jika anak dan keluarga (suami) tidak siap dengan kondisi ibu berkarir, maka tidak dapat dihindari akan terjadi konflik-konflik dalam rumah tangga.

15

Siti Muri’ah, Wanita Karier Dalam Bingkai Islam…, h. 27 16

Abdullah. A. djawas Dilema Wanita Karir Menuju Keluarga Sakinah. (Yogyakarta: Ababil, 1996). h. 25


(26)

7. Karier Ibu menurut pandangan Islam

Sebagai agama yang kaffah, Islam tidak hanya mengatur perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, tetapi juga dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, sesama manusia dan alam, termasuk di dalamnya tentang bekerja yang sifatnya tampak duniawi. Manusia diciptakan Allah SWT sebagian makhluk yang mempunyai kebutuhan berupa makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan keturunan. Sementara itu Allah SWT tidak menyediakan kebutuhan-kebutuhan itu dalam bentuknya yang siap makan, siap minum atau siap pakai. Allah SWT menyediakan kebutuhan itu, tetapi manusia harus bekerja untuk mendapatkannya, tak terkecuali para nabi.

Allah SWT memang telah menjamin rezeki semua makhluk hidup, namun sudah menjadi sunatullah bahwa rezeki tersebut baru bisa didapatkan melalui bekerja. Menurut Islam bekerja yang tampaknya duniawi dapat bernilai ibadah apabila dilakukan dengan tujuan yang benar. Tentu juga Islam tidak menghalangi wanita untuk memiliki harta berapapun, tidak pula menghalangi wanita untuk berbisnis. Islam menggariskan sejumlah prinsip dasar untuk dijadikan acuan bagi para penganutnya guna menjalankan kehidupan keluarga, diantaranya sebagai berikut:

1. Islam memandang perkawinan sebagai mitsaqan galiza “perjanjian yang kokoh” (Q.S. Al-Maidah, 4:21) yang menuntut setiap orang di dalamnya, terutama bagi suami dan istri, agar memenuhi hak dan kewajiban masing-masing selaras dengan posisinya. Islam mengatur hak dan kewajiban suami-istri, orang tua dan anak-anak, serta hubungan mereka dengan keluarga lain.17 Dari sini dapat dilihat bahwa yang menjadi tugas suami-istri adalah memenuhi kewajiban dan yang menjadi hak-haknya. Salah satunya adalah ketika seorang suami diwajibkan untuk memenuhi nafkah keluarganya, sedangkan ia tidak dapat memenuhi hal tersebut dengan alasan sakit, maka tugas tersebut dapat berpindah kepada istrinya.

17


(27)

2. Islam mengajarkan prinsip adil dalam membina keluarga. Dalam konteks ini, adil berarti meletakan fungsi-fungsi keluarga secara harmonis.18 Maksud dari harmonis di sini adalah adanya keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Maka apabila seorang ibu bekerja di luar rumah, ia pun dituntut untuk tetap menjaga kerukunan rumah tangganya.

Dalam kehidupan rumah tangga hubungan suami istri di dalamnya berisi hak dan kewajiban. Sedangkan kita tidak akan menemukan keadilan pada konsep tatanan keluarga yang di dasarkan pada adat, filosofi suatu bangsa maupun rekayasa yang berasal dari pemikiran manusia.19 Memang pada berbagai konsep itu telah ada pembebanan antara hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan dalam kehidupan berumah tangga, akan tetapi apakah pembebanan itu sudah memenuhi rasa keadilan, untuk persoalan seperti ini kita harus mengikuti syari’at Illahi yang di dalam syari’at tersebut sudah terjamin keadilannya.

Menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga berarti ibu tersebut telah mendapatkan sesuatu yang tidak bisa diperoleh oleh mereka yang tidak berkarier, tetapi di sisi lain, wanita yang berkarier itu juga harus mengorbankan sesuatu. Antara lain adalah tentang kurangnya waktu untuk melakukan pengawasan dalam masalah pendidikan anak.

Berkaitan dengan masalah ekonomi dalam keluarga. Karier juga bagi wanita dapat bernilai ibadah. Dalam arti berkarier merupakan sebagai wujud ibadah atau perbuatan amal shaleh. Jika seorang ibu berkarir untuk mencukupi kebutuhan hidup anak dan keluarganya serta dalam melakukannya penuh ketulusan dan keikhlasan juga menghindari hal-hal yang dilarang oleh agama. Maka Ia dapat dikatakan telah melakukan kebajikan.

Dan jika dicermati kondisi dalam kehidupan selama ini, maka dapat dijumpai sebagian dari suami mereka ternyata tidak berkemampuan menanggung biaya hidup keluarga. Dalam kondisi seperti ini seorang wanita (ibu) dapat dikatakan wajib terjun

18

Siti Muri’ah, Wanita Karier Dalam Bingkai Islam…, h. xxxiii 19


(28)

ke dunia profesi (karier) untuk menanggung biaya hidupnya beserta keluarganya karena sipenanggung jawab (bapak) telah tiada/tidak berdaya. Sementara dalam kesempatan lain seorang wanita (ibu) disunnahkan melakukan kegiatan profesi.

Dari pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa Islam tidak menghalangi dan membatasi wanita untuk memiliki harta berapapun dan juga Islam tidak menghalangi wanita untuk berbisnis. Akan tetapi semua kegiatan istri harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dan pengertian dari seorang suami.

B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Prestasi Belajar

Berprestasi merupakan bagian yang menyatu dalam kehidupan manusia, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Untuk memenuhi kebutuhan itu mereka berusaha dengan berbagai cara. Cara yang dilakukan adalah belajar. Melalui cara ini siswa akan mudah memperoleh kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan cara ini siswa akan mudah mencapai keunggulan atau kesuksesan yang mereka idamkan.

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Sebelum mengetahui arti prestasi belajar secara integral terlebih dahulu mengetahui arti dari prestasi dan belajar secara terpisah.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Dalam kamus populer dinyatakan bahwa prestasi adalah “Apa yang telah diciptakan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan bekerja.”20

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya ”Prestasi Belajar Siswa dan Kompetensi Guru”, prestasi adalah hasil dari sebuah kegiatan yang dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja baik

20


(29)

secara individual aatau kelompok dala bidang kegiatan tertentu.21 Selanjutnya yang dimaksud belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas belajar.

Menurut W. S. Winkel “hasil belajar” tidak jauh atau sama dengan “prestasi belajar” di dalam prestasi hasil belajar menampakan diri. Sulitlah diperoleh kepastian tentang apa yang dipelajari.22 Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

Nana Sudjana menyatakan bahwa belajar adalah, “Suatu proses yang ditandai adanya perubahan, di mana perubahan tersebut dapat ditunjukkan dalam berbagai betuk seperti pengetahuan, pemahaman, sikap dan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar”.23

Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.24

Prestasi belajar ialah taraf kemampuan aktual yang bersifat terukur berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dicapai siswa dari apa yang telah dipelajari di sekolah.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang tampak pada terjadinya perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, secara terperinci dapat dikatakan bahwa hasil belajar meliputi keterampilan intelektual, keterampilan metodik sikap mental

21

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar Siswa dan Kompetensi Guru…, h. 25 22

W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1998), cet 4, h. 52 23

Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algasindo, 1989), cet 2, h. 5

24

Peter Salaim Dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 1991), h. 190


(30)

dan kemampuan prestasi belajar untuk menentukan keberhasilan. Penguasaan hal-hal tersebut diatas disekolah formal dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai.

Jadi menurut penulis, prestasi belajar adalah hasil yang tidak dicarai secara optimal selama berlangsungnya proses belajar dalam jangka waktu tertentu prestasi belajar dalam bentuk konkrit adalah pemberian nilai dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran yang diberikannya.

Biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu, prestasi belajar dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan pernyataan verbal (kualitatif). Prestasi belajar yang dituangkan dalam bentuk angka misalnya 10, 9,8 dan seterusnya. Sedangkan prestasi belajar yang dituangkan dalam bentuk pernyataan verbal misalnya, baik sekali, baik, sedang, kurang dan sebagainya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar atau hasil belajar ialah kemampuan yang dimiliki siswa sebagai bukti dari keberhailan usaha belajar sehingga dapat didemonstrasikan dan dapat diuji.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terbagi dua, yaitu:

A. Faktor internal

Yang tergolong faktor internal adalah: 1. Faktor jasmaniah (fisiologis)

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. “Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda belajarnya dengan orang yang dalam kondisi kelelahan, anak-anak yang kekurangan gizi terbukti kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi.


(31)

Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.”25

2. Faktor psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis, oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang, itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak, meski faktor luar mendukung tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka faktor luar itu kurang signifikan, oleh karena itu, “minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama yang mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik”.26 Dengan demikian jelaslah bahwa faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan seseorang, bagi anak yang mempunyai kesehatan jasmani yanng lemah, sering sakit-sakitan, kurang tenaga dan semangat adalah salah satu penyebab arah tidak/atau kurang memusatkan perhatian terhadap pelajaran. Sedanngkan faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan minat, bakat, kecerdasan dan motivasi belajar seseorang.

B. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.

1. Faktor keadaan keluarga

Lingkungan keluarga mempengaruhi kemajuan belajar, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah. Keluarga yanng kurang mendukung situasi belajar, seperti kericuhan keluarga, kurangnya perhatian yang diberikan oleh orang tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya belajar seseorang.

25

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet 2, h. 59 26


(32)

“Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk berprestasi belajar secara aktif.”27 Karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

Orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga, sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan in-formal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara oranga tua dan guru dalam usaha meninngkatkan prestasi anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan adalah orang tua harus memberikan perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun, karena anak memerlukan waktu, tempat, keadaan yang baik untuk belajar.

2. Faktor sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menetukan keberhasilan belajar siswa. Karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyampaian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa jika kurang baik akan mempengaruhi prestasi belajarnya.

3. Faktor lingkungan

Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan, karena lingkungan sekitar sangat basar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan di mana anak itu berada. “Lingkungan mencakup:

27


(33)

lingkungan sosial, budaya, dan alam juga dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang.”28

Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan dapat membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari anak akan selalu mnyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya, oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada diri anak tersebut, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

3. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian pendidikan agama Islam

Pendidikan berasal dari kata didik yang diberi awalan “pe” dan akhiran “kan” yang artinya perbuatan (hal, cara), istilah pendidikan diterjemahkan dari bahasa Yunani yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Kemudian istilah ini diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini sering diterjemahkan dengan kata “tarbiyah” yang berarti pendidikan.29 Pendidikan sering dimaknai dengan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik potensi-potensi jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan.30

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan dan cara mendidik.31

Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya manusia yang

28

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan…, h. 253 29

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet 1, h. 1 30

Supriadi Dkk, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Grafika Karya Utama, 2001), cet, ke-2, h. 1

31

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Depdikbud RI, 2006) h. 667


(34)

memiliki kepribadian yang utama dan ideal.32 Pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda. Untuk menjalankan kehidupan dan memenuhui tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan penjelasan di atas maka pendidikan adalah proses bimbingan yang diberikan secara sengaja oleh pendidik melaui upaya pengajaran dan pelatihan terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju kedewasaan, sehingga terbentuklah kepribadian utama berguna bagi peranannya di masa yang akan datang.

Kata agama berasal dari bahasa sansekerta, a (tidak) dan gam (pergi), maksudnya adalah sesuatu yang diwariskan turun temurun. Pendapat lain menyatakan berasal dari kata religere yang berarti mengikat. Ajaran agama mempunyai sifat mengikat bagi manusia.33 Kata Islam merupakan bentuk dasar (mashdar) dari kata aslama-yuslimu yang berarti memelihara dan keadaan selamat, sentosa atau menyerahkan diri, tunduk patuh/taat, damai. Kata-kata tersebut berakar dari kata salima yang berarti selamat, sentosa. Jadi, Islam adalah ketentuan-ketentuan Allah, berupa takdir dan sunnah-Nya, demi untuk ketundukan semua makhluk kepada-Nya, agar senantiasa terpelihara dalam keadaan selamat sentosa.34

Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad untuk diteruskan kepada seluruh manusia, yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (akidah), ibadah, mu’amalah (interaksi sosial) dan akhlak, yang menentukan proses berpikir, merasa berbuat dan terbentuknya kata hati.35

Agama Islam diturunkan Allah untuk seluruh umat manusia, tanpa memilih warna kulit, asal keturunan, dan sebagainya. Seperti firman Allah dalam surat Al-Anbiya, ayat 107.36

32

Supriadi Dkk, Pendidikan Agama Islam…, h. 17 33

Depag RI, Pendidikan Islam Dan Pendidikan Nasional, Paradigma Baru, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan RI, 2006), h. 14

34

Supriadi dkk, pendidikan agama Islam…, h. 37 35

Supriadi dkk, pendidikan agama Islam…, h. 42 36

Hasan Langgulung, Pendidikan Dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio-Psikologi (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985), h. 12


(35)

Artinya: “Dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.

Menurut Zakiyah Darajat, bahwa pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian muslim. Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain.37

Ahmad D. Marimaba menyebutkan dalam bukunya “Pengantar Filsafat Pendidikan Islam”, Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian Islam menurut ukuran-ukuran Islam.38 HM. Arifin berpendapat bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa dan secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan pengembangan fitrah melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.39

Sedangkan menurut Muhaimin, pendidikan agama Islam adalah sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.40

Dari beberapa penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha yang dilakukan orang dewasa muslim secara sadar, sistematis, membimbing serta mengasuh, mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik melalui pendidikan agama Islam agar kelak ia dapat memahami, menghayati dan menngamalkan ajaran agama Islam agar kelak menjadi manusia yang cakap dalam menyelesaikan tugas hidupnya yang diridhai Allah SWT sehingga terjalin kebahagiaan dunia dan akhirat.

37

Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet, ke-5, h.28 38

Ahmad D Marimba, Pengantar filsatat pendidikan…, h.24 39

HM Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), cet, ke-3, h. 32 40

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), cet, ke-3, h. 76


(36)

b. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Di SMP

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi: keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara:

1. Hubungan manusia dengan Allah SWT. 2. Hubungan manusia dengan sesama manusia.

3. Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan.

Dengan demikian terlihat bahwa dalam Pendidikan Agama Islam adanya keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara kepentingan akhirat maupun kepentingan dunia. Oleh karena itu, ruang lingkup bahan pelajaran PAI meliputi lima unsur, yaitu: Al Qur’an, Aqidah, Syari’ah, Akhlak, dan Tarikh. 41

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dari ruang lingkup PAI di atas, maka Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.42

Tujuan pendidikan agama Islam menurut Ahmad D. Marimba adalah membentuk suatu kepribadian yang utama, suatu kepribadian yang menganut hukum Islam atau suatu kepribadian muslim.43

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam.

1. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

2. Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

41

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, (Badan Standar Nasional Pendidikan), h. 2 42

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan…,h. 75 43


(37)

3. Dimensi penghayatan atau pengalaman bathin yang dirasakan peserta didik dalam ajaran Islam.

4. Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami, dan dihayati atau diinternalisasi peserta didik.44

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah penyerahan diri secara total hanya kepada Allah SWT dan terbentuknya akhlak yang dilandasi oleh nilai-nilai Islam yang disebut dengan kepribadian muslim sebagai tujuan akhir dari pendidikan Islam tersebut.

5.

Kerangka Berfikir

Perhatian yang diberikan oleh seorang ibu sangat erat bertalian dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Perhatian ibu adalah suatu dorongan untuk sesuatu yang sebaik mungkin dengan mencapai suatu keberhasilan atau keunggulan yang digambarkan melalui indikator; tanggung jawab, kreatif, inovatif, keinginan menjadi yang terbaik, memperhatikan umpan balik tentang perbuatannya, mengorbankan waktu dan mempertimbangkan risiko.

Perhatian ibu berkarir perlu ditumbuh kembangkan di dalam peningkatan belajar karena dengan siswa memiliki perhatian ibu berkarir yang tinggi maka ia akan bersungguh-sungguh untuk belajar tanpa merasa terpaksa dan hasil yang diperoleh akan lebih optimal. Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan prestasi belajar PAI diantaranya adalah faktor dari seorang ibu. Memberikan perhatian kepada anaknya merupakan suatu langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang ibu dalam mendidik dan memberikan bimbingan serta pengajaran kepada anaknya.

6.

Hipotesis

44


(38)

Berdasarkan kerangka berfikir sebagaimana yang telah dipaparkan, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara perhatian ibu berkarir terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI

Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perhatian ibu berkarir terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI


(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Profil SMP Islam Harapan Ibu

I. Identitas SMP Islam Harapan Ibu

1. Nama Sekolah : SMP ISLAM HARAPAN IBU 2. No. Statistik Sekolah : 202016305263

3. Tipe Sekolah : A/A1/A2/B/B1/B2/C/C1/C2

4. Alamat Sekolah : Jl. H. Banan No.1 Komp. Deplu Pd. Pinang, Kec. Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta

5. Telepon/Hp/Fax : (021) 7591128 Ext. 110&117/081314785411/(021) 7652116

6. Status Sekolah : Swasta 7. Nilai Akreditasi Sekolah : 90.13 (A)


(40)

II.Visi dan Misi SMP Islam Harapan Ibu

i. Visi SMP Islam Harapan Ibu

“Menjadi lembaga pendidikan yang mampu membentuk peserta didik yang unggul dalam IPTEK berlandaskan IMTAQ” dan mempunyai daya saing tinggi.”

ii. Misi SMP Islam Harapan Ibu

1. Menanamkan konsep kejujuran dalam diri peserta didik untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menanamkan perlunya kedisiplinan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Melatih dan membiasakan peserta didik untuk gemar membaca. 4. Melatih dan membiasakan peserta didik menjadi kreatif dalam

berbagai situasi dan kondisi.

5. Menanamkan sikap mandiri kepada peserta didik, untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

6. Menanamkan dan membiasakan peserta didik pentingnya kebersihan diri dan lingkungan serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

III. Keadaan Guru dan Siswa

a. Data siswa SMP Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta

Tabel 4

Data siswa 4 (empat tahun terakhir)

Th. Pelajaran

Jml Pendaftar

(Cln Siswa

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

Jumlah

(Kls. VII + VIII + IX)


(41)

Baru) Jml Siswa Jml Romb el Jml Siswa Jml Romb el Jml Siswa Jml Romb el Siswa Rombel

2005/2006 138 67 3 42 2 42 2 151 7 2006/2007 90 72 3 67 3 39 2 178 8 2007/2008 157 84 3 60 3 63 3 207 9 2008/2009 110 63 3 74 3 57 3 194 9 2009/2010 110 63 3 62 3 74 3 199 9

Tabel 5

Data Kepala sekolah SMP Islam Harapan Ibu Jenis Kelamin

Nama

L P

Usia Pend. Akhir Masa Kerja 1 . Kepala Sekolah

Dra. Hj. Budi Suci Nurani, M. Pd 40 S2 15

2 .

Wakil Kepala Sekolah

Endriarti Mangayusari, S. Tp 33 S1 7

b. Keadaan Guru

SMP Islam Harapan Ibu merupakan salah satu sekolah terfavorit di Jakarta Selatan, dimana setiap guru yang mengajar harus memiliki persyaratan formal dan memiliki kredibilitas serta kepribadian yang tinggi.


(42)

Adapun jumlah guru mencapai SMP Islam Harapan Ibu 19 orang, sedangkan tata usaha berjumlah 2 orang. Adapun data-data guru dan tata usaha SMP Islam Harapan Ibu adalah sebagai berikut:

Tabel 6

Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jumlah dan Status Guru

GT/PNS GTT/Guru Bantu

No .

Tingkat Pendidikan

L P L P

Jumlah

1. S3/S2 1 1

2. S1 4 8 5 2 19

3. D-4

4. D3/Sarmud 1 1

5. D2 6. D1

7. ≤ SMA/sederajat

Jumlah 5 9 5 2 21

Tabel 7

Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan (keahlian)

No. Guru

Jumlah guru dengan latar belakang pendidikan sesuai

Jumlah guru dengan latar belakang pendidikan yang


(43)

dengan tugas mengajar TIDAK sesuai dengan tugas mengajar

D1/D2 D3/ Sarmud

S1/D4 S2/S3 D1/D2 D3/ Sarmud

S1/D4 S2/S3

1. IPA 2 1

2. Matematika 2 3. Bahasa Indonesia 2

4. Bahasa Inggris 1 1 5. Pendidikan

Agama

3

6. IPS 3 7. Penjasorkes 1

8. Seni Budaya 1

9. PKn 1 10. TIK/Keterampilan 1

11. BK 1 12. Lainnya: ...

Jumlah 1 18 1


(44)

Untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar, sarana dan prasarana merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dan ditingkatkan guna untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dicita-citakan. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Islam Harapan Ibu adalah sebagai berikut:

Tabel 8

Jenis Ruangan, Jumlah dan Luas Bangunan

No. Jenis Ruangan Jumlah Luas (M2)

1 Ruang Kelas 9 567

2 Ruang Tamu 1 9

3 Ruang Perpus. 1 49

4 Ruang Kep.Sek 1 12

5 Ruang Guru 1 49

6 Ruang BP/BK 1 6

7 Ruang TU 1 12

8 Ruang Serbaguna (aula) 1 98

9 Ruang Lab. IPA 1 49

10 Ruang UKS 1 12

11 Ruang OSIS 1 6

12 K. Mandi/WC Siswa 1 6

13 K. Mandi/WC Guru 1 12

14 Musholla 1 49


(45)

16 R. Kesenian 1 49

17 Lab. Komputer 1 49

18 Dapur 1 9

19 Lobby/Hall 1 9

20 Kantin 12 36

21 Lap. Basket 1 375

22 Lap. Bulu tangkis 2 512

23 Jumlah 43 1987

B.

Deskripsi Hasil Penelitian

1. Data pendidikan terakhir dan status kepegawaian ibu dari responden (objek penelitian)

Tabel 9

Jenjang Pendidikan Terakhir dan Status Kepegawaian Ibu dari Responden

No Pekerjaan Ibu Pendidikan Terakhir Ibu Jumlah

1 PNS S1/S2 3

2 Guru S1/S2 4

3 Wiraswasta S1/S2 9

4 TNI/Polri S2 1

5 Notaris S2 1


(46)

7 Dokter gigi S2 1

8 Ass. Pengacara S2 1

9 Agen Asuransi S2 1

10 Marketing S1 1

11 Manager S2 1

12 Karyawati S1/S2 6

Total 30

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh ibu dari para responden berlatar pendidikan tinggi (S1/S2) sehingga sangatlah wajar jika para ibu ini memilih untuk menjadi wanita karir dan menduduki posisi pekerjaan yang tinggi.

Berdasarkan data yang telah terkumpul maka dapat disajikan deskripsi skor subjek tiap variabel, yaitu variabel perhatian ibu berkarir (X) dan variabel prestasi belajar pada mata pelajaran PAI (Y). Selanjutnya deskripsi data tiap variabel dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:

1.

Deskripsi Data Hasil Angket Perhatian Ibu Berkarir

Data perhatian ibu berkarir merupakan nilai yang diperoleh melalui angket skala sikap perhatian ibu berkarir yang terdidi dari 25 item pertanyaan. Skor hasil penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 10

N o.

Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah


(47)

menemani saat belajar di rumah?

Kumulatif dalam % 10 % 16,67 % 46,67 % 26,66 %

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa sebanyak jumlah siswa SMP Islam Harapan Ibu sebanyak 14 siswa (46,67%) kadang-kadang ditemani ibu saat belajar di rumah, sebanyak 8 siswa (26,66%) tidak pernah ditemani ibu saat belajar di rumah, 5 siswa (16,67%) sering ditemani ibu saat belajar di rumah, dan 3 siswa (10%) selalu ditemani ibu saat belajar di rumah.

Tabel 11

N

o. Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang

Tidak pernah

2

Apakah ibu anda menanyakan kegiatan

belajar di sekolah?

8 12 10 0

Kumulatif dalam % 26,66% 40% 33,34% 0%

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 12 siswa SMP Islam Harapan Ibu (40%) sering ditanyakan kegiatan belajarnya selama di sekolah, sebanyak 10 siswa (33,34%) kadang-kadang ditanyakan kegiatan belajarnya selama di sekolah sebanyak 8 siswa (26,66%) selalu ditanyakan kegiatan belajarnya selama di sekolah.

Tabel 12

No. Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah


(48)

3

Apakah ibu anda memberikan bimbingan dalam mengerjakan tugas

PAI?

3 9 13 5

Kumulatif dalam % 10% 30% 43,33% 16,67%

Dari informasi tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya dari jumlah siswa di SMP Islam Harapan Ibu yaitu sebanyak 13 siswa (43,33%) kadang-kadang diberikan bimbingan oleh ibunya dalam mengerjakan tugas PAI, sebagian kecil (26,66%) sering diberikan bimbingan oleh ibunya dalam mengerjakan tugas PAI. Dan (20%) siswa menjawab tidak pernah diberikan bimbingan oleh ibunya dalam mengerjakan tugas PAI.

Tabel 13

No

. Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah

4

Apakah ibu anda menyediakan ruangan khusus untuk belajar di

rumah?

5 12 8 5

Kumulatif dalam % 16,67% 40% 26,66% 16,67%

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar (40%) siswa SMP Islam Harapan Ibu sering disediakan ruangan untuk belajar di rumah, sebanyak 8 siswa (26,66%) kadang disediakan ruangan untuk belajar di rumah. Dan sebanyak


(49)

5 siswa (16,67) yang menjawab selalu dan tidak pernah disediakan ruangan untuk belajar di rumah.

Tabel 14

No. Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah

5

Jika ada masalah di sekolah, apakah

anda menceritakannya

kepada ibu?

6 7 14 3

Kumulatif dalam % 20% 23,33% 46,67% 10%

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah dari jumlah siswa di SMP Islam Harapan Ibu yaitu sebanyak 14 siswa (46,67%) kadang-kadang jika ada masalah di sekolah menceritakan kepada ibunya, sebanyak 7 siswa (23,33%) sering menceritakan masalah di sekolah kepada ibunya, sebanyak 6 siswa (20%) menjawab selalu menceritakan masalah di sekolah kepada ibunya dan sebanyak 3 siswa (10%) menceritakan masalah di sekolah kepada ibunya.

Tabel 15

No. Uraian pertanyaan Tidak pernah Kadang Sering Selalu

6

Apakah prestasi anda terganggu karena kesibukan

ibu?

18 11 1 0


(50)

Dari informasi tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah jumlah siswa di SMP Islam Harapan Ibu yaitu sebanyak 18 siswa (60%) menjawab tidak pernah terganggu prestasinya karena kesibukan ibunya, sebanyak 11 siswa (36,67%) kadang-kadang terganggu prestasinya karena kesibukan ibunya dan sebanyak 1 siswa (3,33%) menjawab sering terganggu prestasinya karena kesibukan ibunya. Ini menunjukan bahwa kegiatan ibu berkarier di luar rumah tidak mempengaruhi prestasi belajar anak di sekolah.

Tabel 16

No. Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah

7

Apakah ibu anda melakukan cara-cara khusus belajar

untuk mencapai nilai yang diinginkan?

8 11 9 2

Kumulatif dalam % 26,66% 36,67% 30% 6,66%

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa sebagian kecil siswa SMP Islam Harapan Ibu yaitu sebanyak 11 siswa (36,67%) ibunya kadang-kadang melakukan cara-cara khusus belajar untuk mencapai nilai yang diinginkan, sebanyak 9 siswa (30%) ibunya sering melakukan cara-cara khusus belajar untuk mencapai nilai yang diinginkan, sebanyak 8 siswa (26,66%) ibunya selalu melakukan cara-cara khusus belajar untuk mencapai nilai yang diinginkan dan sebanyak 2 siswa (6,66%) ibunya tidak pernah melakukan cara-cara khusus belajar untuk mencapai nilai yang diinginkan.


(51)

Tabel 17

No. Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah

8

Apakah ibu anda menyiapkan perlengkapan

belajar?

9 9 10 2

Kumulatif dalam % 30% 30% 33,34% 6,66%

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa sebagian kecil siswa SMP Islam Harapan Ibu yaitu sebanyak 10 siswa (33,34%) ibunya kadang-kadang menyiapkan perlengkapan untuk belajar, sebanyak 9 siswa (30%) ibunya sering dan selalu menyiapkan perlengkapan untuk belajar, dan sebanyak 2 siswa (6,66%) ibunya tidak pernah menyiapkan perlengkapan untuk belajar.

Tabel 18

No .

Uraian

pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah

9

Apakah ibu anda menyarankan agar

mengikuti bimbingan atau les

privat?

12 14 4 0


(52)

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya siswa SMP Islam Harapan Ibu yaitu sebanyak 13 siswa (43,33%) ibunya sering menyarankan agar mengikuti bimbingan atau les privat, sebanyak 12 siswa (40%) ibunya selalu menyarankan agar mengikuti bimbingan atau les privat, dan sebanyak 4 siswa (13,37%) ibunya kadang-kadang menyarankan agar mengikuti bimbingan atau les privat. Dan sebanyak 0% menjawab ibunya tidak pernah menyarankan untuk mengikuti les privat. Ini menunjukkan bahwa ibu para responden sangat peduli terhadap kemajuan belajar anaknya, khususnya pada mata pelajaran PAI.

Tabel 19

No

. Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah

10

Ketika mengalami kesulitan belajar,

apakah ibu anda mengkonsultasikan hal tersebut kepada

guru PAI?

1 7 11 12

Kumulatif dalam % 3,33% 23,33% 36,67% 40%

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya siswa SMP Islam Harapan Ibu yaitu sebanyak 12 siswa (40%) ketika mengalami kesulitan belajar ibunya tidak pernah mengkonsultasikan hal tersebut kepada guru PAI, sebanyak 11 siswa (36,67%) ketika mengalami kesulitan belajar ibunya kadang-kadang mengkonsultasikan hal tersebut kepada guru PAI, sebanyak 6 siswa (23,33%) ketika mengalami kesulitan belajar ibunya sering mengkonsultasikan hal tersebut kepada guru PAI, dan sebanyak 1 siswa (3,33%) ketika mengalami kesulitan belajar ibunya selalu mengkonsultasikan hal tersebut kepada guru PAI.


(53)

Tabel 20

No. Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah

11

Apakah ibu anda mengikutsertakan

anaknya dalam setiap perlombaan

kegamaan?

2 5 14 9

Kumulatif dalam % 6,66% 16,67% 46,67% 30%

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya siswa SMP Islam Harapan Ibu yaitu sebanyak 14 siswa (46,67%) kadang-kadang diikutsertakan oleh ibunya dalam setiap perlombaan kegamaan, sebanyak 9 siswa (30%) tidak pernah diikutsertakan oleh ibunya dalam setiap perlombaan kegamaan, dan sebanyak 5 siswa (16,67%) sering diikutsertakan oleh ibunya dalam setiap perlombaan kegamaan. Dan sebanyak 2 siswa (6,66%) menjawab selalau diikutsertakan oleh ibunya dalam setiap perlombaan keagamaan.

Tabel 21

No. Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah

12

Apakah ibu anda memberikan hadiah

jika mendapat nilai baik pada mata pelajaran PAI?

4 5 18 3


(54)

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa SMP Islam Harapan Ibu yaitu sebanyak 19 siswa (60%) kadang-kadang diberikan hadiah oleh ibunya jika mendapat nilai baik pada mata pelajaran PAI, sebanyak 4 siswa (16,66%) sering diberikan hadiah oleh ibunya jika mendapat nilai baik pada mata pelajaran PAI, sebanyak 4 siswa (13,33%) selalu diberikan hadiah oleh ibunya jika mendapat nilai baik pada mata pelajaran PAI, dan sebanyak 3 siswa (10%) tidak pernah diberikan hadiah oleh ibunya jika mendapat nilai baik pada mata pelajaran PAI.

Tabel 22

No

. Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah

13

Apakah ibu anda memberikan hukuman jika mendapat nilai buruk pada mata

pelajaran PAI?

1 4 15 10

Kumulatif dalam % 3,33% 13,33% 50% 33,34%

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa setengah dari jumlah siswa SMP Islam Harapan Ibu yaitu sebanyak 15 siswa (50%) kadang-kadang diberikan hukuman oleh ibunya jika mendapat nilai buruk pada mata pelajaran PAI, sebanyak 10 siswa (33,34%) tidak pernah diberikan hukuman oleh ibunya jika mendapat nilai buruk pada mata pelajaran PAI, sebanyak 4 siswa (13,33%) sering diberikan hukuman oleh ibunya jika mendapat nilai buruk pada mata pelajaran PAI, dan sebanyak 1 siswa (3,34%) selalu diberikan hukuman oleh ibunya jika mendapat nilai buruk pada mata pelajaran PAI.


(55)

Tabel 23

No. Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah

14

Apakah ibu anda peduli terhadap

situasi tempat belajar?

2 5 23 0

Kumulatif dalam % 6,66% 16,67% 76,67% 0%

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa siswa SMP Islam Harapan Ibu yaitu sebanyak 23 siswa (76,67%) ibunya kadang-kadang peduli terhadap situasi tempat belajarnya dan sebanyak 5 siswa (16,67%) ibunya sering peduli terhadap situasi tempat belajarnya. Dan sebanyak 2 siswa (6,66%) selalu peduli terhadap situasi tempat belajar anaknya.

Tabel 24

No. Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah

15

Apakah ibu anda tidak peduli pada

jam belajar anaknya?

9 15 5 1


(56)

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa siswa SMP Islam Harapan Ibu yaitu sebanyak 15 siswa (50%) ibunya sering tidak peduli pada jam belajar anaknya, sebanyak 9 siswa (30%) ibunya selalu tidak peduli pada jam belajar anaknya, dan sebanyak 5 siswa (16,67%) ibunya kadang-kadang tidak peduli pada jam belajar anaknya. Dan sebanyak 1 siswa (3,33%) menjawab ibunya tidak pernah peduli pada jam belajar anaknya di rumah.

Tabel 25

No. Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah

16

Apakah ibu anda menanyakan prestasi belajar ke sekolah/wali kelas?

10 9 11 0

Kumulatif dalam % 33,34% 30% 36,67% 0%

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa siswa SMP Islam Harapan Ibu yaitu sebanyak 11 siswa (36,67%) ibunya kadang-kadang menanyakan prestasi belajarnya ke sekolah/wali kelas, sebanyak 9 siswa (30%) ibunya sering menanyakan prestasi belajarnya ke sekolah/wali kelas dan sebanyak 10 siswa (33,34%) ibunya selalu menanyakan prestasi belajarnya ke sekolah/wali kelas. Dan o% yang menjawab ibunya tidak pernah menanyakan prestasinya kegurunya. Ini menunjukkan bahwa betapapun sibuknya seorang ibu tetap meluangkan waktu dan memperhatikan prestasi anaknya.

Tabel 26

No. Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah


(57)

17

Apakah ibu anda menanyakan sejauh mana pelajaran PAI yang telah diajarkan

oleh guru di sekolah?

5 7 14 4

Kumulatif dalam % 16,67% 23,33% 46,67% 13,33%

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa siswa SMP Islam Harapan Ibu yaitu sebanyak 14 siswa (46,67%) ibunya kadang-kadang menanyakan sejauh mana pelajaran PAI yang telah diajarkan oleh guru di sekolah, sebanyak 7 siswa (23,33%) ibunya sering menanyakan sejauh mana pelajaran PAI yang telah diajarkan oleh guru di sekolah, sebanyak 5 siswa (16,67%) ibunya selalu menanyakan sejauh mana pelajaran PAI yang telah diajarkan oleh guru di sekolah dan sebanyak 4 siswa (13,33%) ibunya tidak pernah menanyakan sejauh mana pelajaran PAI yang telah diajarkan oleh guru di sekolah.

Tabel 27

No. Uraian pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak pernah

18

Ketika sedang asyik bermain kemudian lupa waktu belajar, apakah ibu anda

menegur?

16 9 3 2

Kumulatif dalam % 53,33% 30% 10% 6,67%

Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa siswa SMP Islam Harapan Ibu yaitu sebanyak 16 siswa (53,33%) selalu ditegur oleh ibunya ketika sedang asyik


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, cet 1.

Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, cet, ke-1. Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet 2.

Departemen Agama RI, Pendidikan Islam Dan Pendidikan Nasional, Paradigma Baru, Jakarta: Dirjen Kelembagaan RI, 2006.

Abdullah, Dewasa.. A. Dilema Wanita Karir Menuju Keluarga Sakinah. Yogyakarta, Ababil, 1996.

Feaddin, Pengasuh Anak Dalam Keluarga Islam, Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Gender,1999.

Langgulung, Hasan, Pendidikan Dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio-Psikologi Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985.

Havidz, Wardah, Dan Kirnawati, Tatif, Perempuan Dan Pengembangan Study Kebijakan Pemerintah Dan Islam Dalam Program Pengembnagn Perempuan, Jakarta: tnp, 1998.

Muri’ah, Siti, Wanita Karier Dalam Bingkai Islam, Bandung: Angkasa, 2004, cet, ke-1.

Arifin, HM, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet, ke-3.

Surya Barata, Humaidi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo,2002, cet, ke-7. Dahniri, Ibnu Ahmad , Peran Ganda Wanita Modern, Jakarta: CV Pustaka

Al-kautsar, 1991.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004, cet, ke-3.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Grafindo, 2004

_____________, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996, cet, ke-3

Sudjana, Nana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algasindo, 1989, cet 2

Salaim, Peter Dan Salim, Yeni, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English, 1991

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, cet 1 Habey, SF. Kamus Popular, Jakarta: PT Nurani,1983, cet, ke-20


(2)

Mulia, Siti Musdah Dan Marzani Anwar, Keadilan Dan Kesetaraan Gender Perspektif Islam, Jakarta: Departemen Agama, 2001

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penellitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, cet, ke-2

Suryabrata, Sumardi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 1998

Supriadi Dkk, Pendidikan Agama Islam, Jakarta:CV Grafika Karya Utama, 2001, cet, ke-2

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Depdikbud RI, 2006

Undang-undang R.I. nomor: 20 tahun 2003, Tentang System Pendidikan Nasional Tahun 2003, Jakarta: CV Mini Jaya Abadi, 2003, cet 1

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20, Tahun 2003 Winkle, W. S., Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo, cet 4


(3)

Angket Penelitian

Instrument Perhatian Ibu Berkarier

Nama : Kelas : Pekerjaan ibu :

Pendidikan terakhir ibu :

Petunjuk Pengisian Angket

A. Berilah tanda (X) pada salah satu jawaban A, B, C, atau D yang sesuai dengan keadaan anda sebenarnya.

B. Pilihan anda tidak akan mengurangi nilai mata pelajaran PAI dan kerahasiaan jawaban serta nama anda akan tetap terjaga.

C. Angket ini hanya untuk penelitian ilmiah. Karena itu kami mengharapkan jawaban anda jujur dan tidak mengada-ada.

D. Atas kesediaan waktunya kami ucapkan terima kasih.

1. Apakah ibu anda menemani saat belajar di rumah?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

2. Apakah ibu anda menanyakan kegiatan belajar di sekolah?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

3. Apakah ibu anda memberikan bimbingan dalam mengerjakan tugas PAI?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

4. Apakah ibu anda menyediakan ruangan khusus untuk belajar di rumah?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

5. Jika ada masalah di sekolah, apakah anda menceritakannya kepada ibu?


(4)

b. Sering d. Tidak pernah 6. Apakah prestasi belajar anda terganggu karena kesibukan ibu?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

7. Apakah ibu anda melakukan cara-cara khusus belajar untuk mencapai nilai yang di inginkan?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

8. Apakah ibu anda menyediakan perlengkapan belajar?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

9. Apakah ibu anda menyarankan agar mengikuti bimbingan belajar atau les privat?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

10.Ketika mengalami kesulitan belajar, apakah ibu anda mengkonsultasikan hal tersebut kepada guru PAI?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

11.Apakah ibu anda mengikutsertakan anaknya dalam setiap perlombaan keagamaan?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

12.Apakah ibu anda memberikan hadiah jika mendapat nilai baik pada mata pelajaran PAI?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

13.Apakah ibu anda memberikan hukuman jika mendapat nilai buruk pada mata pelajaran PAI?

a. Selalu c. Kadang-kadang


(5)

14.Apakah ibu anda peduli terhadap situasi tempat belajar?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

15.Apakah ibu anda tidak peduli pada jam belajar anaknya?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

16.Apakah ibu anda menanyakan prestasi belajar ke sekolah/wali kelas?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

17.Apakah ibu anda menanyakan sejauh mana pelajaran PAI yang telah diajarkan oleh guru di sekolah?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

18.Ketika sedang asyik bermain kemudian lupa waktu belajar, apakah ibu anda menegur?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

19.Apakah ibu anda mengingatkan untuk rajin belajar?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

20.Apakah ibu anda menyediakan buku-buku pengetahuan tentang PAI atau bahkan perpustakaan mini di rumah?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

21.Apakah ibu anda menegur jika melihat anaknya malas belajar?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

22.Apakah ibu anda menanyakan hasil tes atau ulangan PAI anaknya ketika di rumah?

a. Selalu c. Kadang-kadang


(6)

23.Apakah ibu anda mengawasi jam belajar anaknya?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

24.Apakah ibu anda membicarakan tentang perkembangan belajar PAI ketika berada di rumah?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

25.Ketika pengambilan raport, apakah ibu anda datang ke sekolah?

a. Selalu c. Kadang-kadang


Dokumen yang terkait

Pengaruh sumber belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMP bakti Mulya 400 Pondok Pinang Jakarta Selatan

0 4 89

Pengaruh strategi spiritual teaching terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI (Al-Islam) SMP Muhammadiyah Parakan Tangerang Selatan

17 95 104

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

Pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Fatahillah Pondok Pinang Jakarta Selatan

0 3 16

Perbandingan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Berasrama Dengan Nonasrama Di Smp Kharisma Bangsa Tangerang Selatan

6 45 123

Persepsi Siswa Kelas VIII SMP Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Terhadap Pentingnya Belajar Membaca Al-Qur'an

0 9 121

Pengaruh Metode Outdoor Study terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta

13 96 174

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI Pengaruh Lingkungan Belajar Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gemolong Tahun Aj

0 1 18

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI Pengaruh Lingkungan Belajar Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gemolong Tahun Aj

0 1 12

PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Pengaruh Gaya Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi.

0 1 45