Tujuan Kesehatan Reproduksi Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja

34 Universitas Sumatera Utara integral dari sistem tubuh manusia lainnya serta hubungannya secara timbal balik dengan lingkungannya Pangkahila, 2005. Kesehatan reproduksi dapat diartikan pula sebagai suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksi secara sehat dan aman, juga setiap orang berhak dalam mengatur jumlah keluarganya termasuk memperoleh penjelasan yang lengkap tentang cara yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya seperti pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan pelayanan bagi bayi baru lahir, kesehatan remaja dan lain-lain perlu dijamin Azwar, 2001. Pengertian diatas menjelaskan bahwa kesehatan reproduksi diartikan sebagai suatu kondisi yang menjamin fungsi reproduksi, khususnya proses reproduksi, dapat berlangsung dalam keadaan sejahtera fisik, mental maupun sosial dan bukan saja terbebas dari penyakit atau gangguan fungsi alat reproduksi.

2.1.7.2 Tujuan Kesehatan Reproduksi

Para remaja memerlukan tempat yang nyaman untuk memeriksakan diri atau konsultasi dengan para petugas dan orang-orang yang tepat dalam menangani masalah-masalah keremajaan. Adapun tujuan kesehatan reproduksi remaja, yaitu: Tujuan utama kesehatan reproduksi adalah memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensip kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi perempuan sehingga dapat meningkatkan kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya. Tujuan Khusus kesehatan reproduksi adalah : 1. Meningkatkan kemandirian perempuan, khususnya dalam peranan dan fungsi reproduksinya 2. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial perempuan dalam konteks kapan ingin hamil, berapa jumlah anak yang diinginkan, dan jarak antar kehamilan 3. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial laki-laki Universitas Sumatera Utara 35 Universitas Sumatera Utara 4. Menciptakan dukungan laki-laki dalam membuat keputusan, mencari informasi dan pelayanan yang memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksi.

2.1.7.3 Sistem dan Fungsi Reproduksi

Manusia bereproduksi berlangsung secara seksual. Alat reproduksi pada manusia berupa alat kelamin pada dan alat kelamin pada wanita dan pria. 1. Wanita Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ reproduksi bagian luar dan organ reproduksi bagian dalam. Organ reproduksi bagian luar: 1. Vulva, yaitu daerah organ kelamin luar pada wanita yang meliputi labia majora, labia minora, mons pubis, bulbus vestibuli, vestibulum vaginae, glandula vestibularis major dan minor, serta orificium vaginae. 2. Labia majora , yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak yang ditutupi kulit dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis. 3. Mons pubis , yaitu bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan ditutupi oleh rambut ikal yang membentuk pola tertentu. 4. Payudara kelenjar mamae yaitu organ yang berguna untuk menyusui. Organ reproduksi bagian dalam: 1. Labia minora , yaitu merupakan labia sebelah dalam dari labia majora, dan berakhir dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa perkembangan janin yang kemudian mengalami atrofi. Di bagian tengah klitoris terdapat lubang uretra untuk keluarnya air kemih saja. 2. Hymen , yaitu merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya berlubang teratur di tengah, sebagai pemisah dunia luar dengan organ dalam. Hymen akan sobek dan hilang setelah wanita berhubungan seksual coitus atau setelah melahirkan. Universitas Sumatera Utara 36 Universitas Sumatera Utara 3. Vagina , yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot melingkar yang di kanan kirinya terdapat kelenjar Bartolini menghasilkan cairan sebagai pelumas waktu melakukan aktifitas seksual. 4. Uterus rahim, yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer, bagian bawahnya mengecil dan berakhir sebagai leher rahimcerviks uteri. Uterus terdiri dari lapisan otot tebal sebagai tempat pembuahan, berkembangnya janin. Pada dinding sebelah dalam uterus selalu mengelupas setelah menstruasi. 5. Tuba uterina fallopi, yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan uterus, sebagai tempat melintasnya sel telurovum. 6. Ovarium , yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Organ ini berjumlah 2 buah. Fungsi organ: Organ-organ reproduksi tersebut mulai berfungsi saat menstruasi pertama kali pada usia 10-14 tahun dan sangat bervariasi. Pada saat itu, kelenjar hipofisa mulai berpengaruh kemudian ovarium mulai bekerja menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Hormon ini akan mempengaruhi uterus pada dinding sebelah dalam dan terjadilah menstruasi. Setiap bulan pada masa subur, terjadi ovulasi dengan dihasilkannya sel telur ovum untuk dilepaskan menuju uterus lewat tuba uterina. Produksi hormon ini hanya berlangsung hingga masa menopause, kemudian tidak berproduksi lagi. Kelenjar payudara juga dipengaruhi oleh hormon ini sehingga payudara akan membesar.

2. Pria

Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria bagian luar dan alat kelamin pria bagian dalam. Organ reproduksi bagian luar: 1. Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang berubah ukurannya pada saat aktifitas seksual. Bagian dalam penis berisi pembuluh darah, otot dan serabut saraf. Pada bagian tengahnya terdapat saluran air kemih dan juga sebagai cairan sperma yang di sebut uretra. Universitas Sumatera Utara 37 Universitas Sumatera Utara 2. Skrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat, terdapat 2 buah kiri dan kanan, berupa kulit yang mengkerut dan ditumbuhi rambut pubis. Organ reproduksi bagian dalam: 1. Testis, yaitu merupakan isi skrotum, berjumlah 2 buah, terdiri dari saluran kecil-kecil membentuk anyaman, sebagai tempat pembentukan sel spermatozoa. 2. Vas deferens, yaitu merupakan saluran yang membawa sel spermatozoa, berjumlah 2 buah. 3. Kelenjar prostat, yaitu merupakan sebuah kelenjar yang menghasilkan cairan kental yang memberi makan sel-sel spermatozoa serta memproduksi enzim-enzim. 4. Kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan untuk kehidupan sel spermatozoa, secara bersama-sama cairan tersebut menyatu dengan spermatozoa menjadi produk yang disebut semen, yang dikeluarkan setiap kali pria ejakulasi. Fungsi organ: Organ-organ tersebut mulai berfungsi sebagai sistem reproduksi dimulai saat pubertas sekitar usia 11 -14 tahun. Aktifitas yang diatur oleh organ-organ tersebut antara lain: 1. Keluarnya semen atau cairan mani yang pertama kali. Hal ini berlangsung selama kehidupannya. 2. Organ testis yang menghasilkan sel spermatozoa akan bekerja setelah mendapat pengaruh hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel-sel interstisial Leydig dalam testis. Universitas Sumatera Utara 38 Universitas Sumatera Utara

2.1.7.4 Proses Reproduksi 1.

Proses Reproduksi Pada Wanita Organ reproduksi dengan kondisi normal atau baik, dan siklus menstruasi yang teratur setiap bulannya adalah tanda utama kesuburan pada wanita. Organ reproduksi wanita umumnya bersifat internal. Vagina adalah salah satunya. Saluran antara bagian luar, disebut vulva, dengan bagian dalam, disebut cervix atau mulut rahim. Rahim adalah sebuah organ tubuh yang penuh otot-otot berukuran dan berbentuk seperti buah pear. Di sini tempat sel telur dibuahi sel sperma dan kemudian menjadi tempat berkembangnya embryo, yang kemudian berevolusi menjadi janin. Rahim dilengkapi lapisan kaya nutrisi yang disebut endometrium. Tuba falopi memanjang dari atas rahim hingga ke bagian belakang menuju ovarium, tempat terdapatnya dua kantong kecil yang berisi sel telur. Seorang wanita sehat dan memiliki siklus haid yang teratur, memiliki sel telur sebanyak 400.000 buah dan akan mengalami sekitar 400 kali ovulasi sepanjang masa suburnya, sebelum menopause. Memproduksi sel telur matang pada setiap siklus menstruasi, ovarium juga memproduksi hormon wanita yang disebut estrogen dan progesterone. Setiap bulannya hanya satu sel telur, yang matang dalam folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan siklus, sel telur dilepaskan dari folikel dalam sebuah proses yang disebut ovulasi dan kemudian akan ditangkap dalam tuba falopi. Bagian paling luar dan terakhir dari tuba ini lebih memiliki ukuran yang lebih lebar dan memiliki ujung berbentuk seperti jari-jari, yang disebut fimbria, di mana sel telur akan menunggu untuk dibuahi oleh sel sperma. Sel telur kemudian berjalan menuju ke bawah tuba falopi menuju ke rahim. Siklus menstruasi menunjukkan proses kematangan dan pelepasan sel telur, dan persiapan rahim untuk menerima dan mematangkan embrio. Beberapa siklus memerlukan kira kira 28 sampai 32 hari dan dibagi kedalam beberapa fase:  Follicular - Hari ke 1 sampai hari ke 13. Pada hari pertama siklus, menstruasi di mulai dalam rahim dengan melepaskan lapisan dari siklus sebelumnya. Kelenjar pituitary, yang Universitas Sumatera Utara 39 Universitas Sumatera Utara terdapat di dasar otak melepaskan dua macam hormone yaitu follicle- stimulating hormone FSH dan letuinising hormone LH, yang akan menstimulasi ovarium yang akan memicu pertumbuhan follicular. Pertumbuhan folikel menghasilkan hormon estrogen, di mana hal ini akan merubah rahim menjadi licin pada saat ovulasi dan siap untuk menerima kedatangan sel sperma.  Ovulatory - sekitar hari ke 14, tergantung lamanya siklus. Fase ini ditandai dengan meningkatnya hormone LH yang mengakibatkan folikel luruh hingga kemudian sel telur dilepaskan ke dalam ovarium. Fimbria dari tuba falopi menyapu ovarium dan membawa sel telur ke dalam tuba falopi.  Luteal - hari ke 15 sampai sekitar hari ke 28. Fase Luteal dimulai setelah ovulasi. Folikel yang memproduksi sel telur menjadi basah, disebut corpus luteum, memproduksi hormon estrogen dan progesterone yang diperlukan untuk mematangkan dan memberikan nutrisi hingga sel telur yang telah dibuahi dapat dapat tertanam dan tumbuh. Sel telur bertemu dengan sel sperma di dalam tuba falopi, terjadi pembentukan konsepsi sel telur yang telah dibuahi yang kemudian akan bergerak menuju rahim dengan bantuan rambut kecil yang menempel, yang akan menyapu sel telur tersebut. Masuk ke dalam rahim, embrio akan tertanam di dalam rahim hingga 6 hari setelah ovulasi. Selanjutnya Embryo akan memproduksi hormon yang disebut chorionic gonadotropin hCG yang bermanfaat untuk memberikan sinyal atau tanda kepada tubuh bahwa kehamilan telah terjadi. Corpus luteum dapat merasakan kehamilan dan akan meneruskan untuk memproduksi progesterone dan menyiapkan rahim untuk kehamilan. Apabila kehamilan tidak terjadi, sel telur akan berlalu melewati rahim dan sementara itu corpus luteum akan berlangsung pada hari ke 26. Lapisan rahim kemudian akan jatuh dan akan luruh dalam beberapa hari dan periode menstruasi berikutnya dimulai. Universitas Sumatera Utara 40 Universitas Sumatera Utara

2. Proses Reproduksi pada Pria

Sistem reproduksi pada pria terdiri dari 2 jenis, yaitu eksternal dan internal. Sperma diproduksi di bagian tubuh pria yang bernama testis. Sperma yang dihasilkan kemudian akan melalui saluran epididimis untuk penyimpanan dan mendapat nutrisi. Sperma matang akan bergerak menuju vas deferens, yaitu sebuah tempat yang menghubungkan epididimis dengan dengan saluran penghasil semen. Bentuknya berupa dua kantong kelenjar yang berada di belakang kandung kemih yang akan menghubungkan setiap saluran vas deferens menuju ke urethra. Saluran penghasil sperma ini menghasilkan sekitar 90 cairan pada setiap ejakulasi. Saat ejakulasi terjadi, cairan semen akan membentuk seperti gel yang kemudian akan menjadi cair dalam waktu 5 hingga 30 menit. Sperma dapat bertahan hidup selama 48 sampai 72 jam dalam saluran reproduksi wanita guna membuahi sel telur. Hal ini menjadi penyebab mengapa hubungan seksual selama masa ovulasi memiliki kemungkinan terbesar untuk terjadinya konsepsi atau kehamilan. Faktor yang menentukan mampu tidaknya sel sperma seorang pria dapat membuahi sel telur :  Jumlah semen yang dihasilkan, umumnya berjumlah 1,5 sampai 5 ml.  Kepadatan sperma, normalnya berjumlah 20 juta per ml.  Bentuk sperma, 60 berbentuk normal.  Gerak sperma, 50 bergerak cepat, rapat, mengarah ke depan. Jumlah sperma dinilai sangat penting, gerak sperma menjadi lebih penting dalam menentukan kemampuan sperma untuk membuahi sel telur. Seorang pria tetap dikatakan subur apabila memiliki sel sperma berkualitas tinggi kendati jumlahnya hanya sedikit. Tiga 3 macam hormon yang mempengaruhi pertumbuhan sperma :  Follicle Stimulating Hormone FSH  Luteinising Hormone LH  Testosterone FSH dan LH dalah hormon yang sama yang diperlukan untuk mengatur fungsi reproduksi pada wanita. Namun pada pria kedua hormon ini memiliki dua Universitas Sumatera Utara 41 Universitas Sumatera Utara tanggung jawab yang berbeda. FSH bertanggung jawab untuk menstimulasi produksi sperma di dalam testis, sedangkan LH membantu menstimulasi produksi testosterone. Testosterone adalah hormone yang mendorong keinginan seksual dan memproduksi sperma.

2.1.7.5 Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja

Sejak tahun 1994, masalah remaja dibicarakan secara terbuka sebagai salah satu masalah kesehatan reproduksi di konferensi kependudukan di Kairo. Di negara-negara berkembang, salah satu penyebab masalah kesehatan reproduksi seperti angka kematian ibu yang tinggi diduga terkait erat dengan masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja. Antara lain, karena masa transisi dari periode anak-anak ke orang dewasa berlangsung capat di negara-negara berkembang Wiknjosastro, 2006. Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja di Indonesia adalah sebagai berikut Azwar, 2001 ; 1. Informasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Informasi tentang kesehatan reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan baik kepada remaja dan masyarakat luas masih kurang. Hasil jajak pendapat pada remaja menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sangat kurang, hingga timbul anggapan-anggapan yang salah. Pemberian informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja di berbagai tempat juga masih menjadi bahan pertentangan terutama bila diberikan dengan judul pendidikan seks. Penolakan pada umumnya terjadi karena anggapan bahwa pemberian informasi tentang seksualitas malah akan merangsang remaja untuk melakukan hubungan seksual, sementara konsep pemberian informasi yang benar adalah memberikan bekal pada remaja akan pengetahuan tentang hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi, sehingga remaja dapat menjaga kesehatan reproduksinya dengan baik, dan kelak dapat menjalankan fungsi reproduksinya secara bertanggung jawab, Universitas Sumatera Utara 42 Universitas Sumatera Utara pada akhirnya dapat menjalani proses reproduksinya dengan sehat dan selamat serta menghasilkan keturunan yang sehat pula. 2. Masalah Perilaku Arus globalisasi saat ini memberikan kemudahan akan akses terhadap napza, alcohol dan rokok pada remaja. Pada pengguna napza, kontrol diri menjadi sangat kurang, rasa malu menipis, kesadaran memudar, dan semuanya ini memudahkan untuk terjun ke dalam seks bebas dan penuh risiko tertular Penyakit Menular Seksual PMS, terjadinya penularan melalui jarum suntik sangat mudah pada pengguna napza, di samping itu peningkatan status gizi dan kesehatan pada remaja disertai dengan pengaruh hormone seksual yang mulai diproduksi pada masa remaja menyebabkan kematangan organ seksual menjadi lebih cepat, adanya dorongan seksual akibat kumulasi dari informasi yang merangsang organ reproduksi disertai kurangnya pembekalan mental, moral dan tata nilai serta etika, dapat mengakibatkan remaja aktif seksual sebelum tercapai kematangan mental dan sosial, pada keadaan ini remaja dengan masalah perilaku seksual aktif sebelum pernikahan mungkin akan mengalami masa lajang dengan penuh risiko antara lain 1 kehamilan yang tak diinginkan, 2 aborsi yang tidak aman, dan 3 penyakit menular seksual, termasuk HIVAIDS. 3. Masalah Pelayanan Kesehatan Akses remaja terhadap pelayanan kesehatan reproduksi remaja masih kurang, beberapa penyebab adalah kurangnya informasi tentang adanya pelayanan tersebut, adanya keengganan pergi ke tempat pelayanan tersebut karena pelayanan yang tidak “youth friendly”, petugas yang kurang terampil, pelayanan kurang komprehensif, ditambah waktu yang tidak sesuai. 4. Peraturan dan perundangan Perubahan tata nilai, kemajuan Perubahan tata nilai, kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi membawa dampak yang amat besar pada kehidupan remaja, tendensi jumlah remaja seksual aktif semakin meningkat, namun Peraturan dan Universitas Sumatera Utara 43 Universitas Sumatera Utara Perundangan kita tidak memberikan perlindungan bagi remaja seksual aktif ini. Alat dan kontrasepsi pada institusi kesehatan milik pemerintah hanya disediakan bagi pasangan usia subur. Remaja hamil karena perkosaan atau dengan masalah masalah psikososial yang berat tidak dapat menerima layanan terminasi kehamilan karena sesuai Undang-Undang, aborsi hanya dibenarkan atas indikasi medis. Tidak adanya dukungan peraturan yang mengijinkan remaja hamil dan remaja pasca melahirkan untuk tetap bersekolah akan mendatangkan masa depan yang gelap bagi remaja yang bersangkutan.

2.1.7.6 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi