5. Perkembangan
Dalam perkembangan manusia terdapat tugas tugas perkembangan sesuai dengan fase perkembangannya. Menurut Buhler tahun 1930, fase perkembangan
antara lain : a.
Fase pertama 0-1 tahun Fase dimana difokuskan pada melatih fungsi motorik dan mengamati
berbagai objek di luar dirinya. b.
Fase kedua 2-4 tahun Pada fase ini, anak mulai mengenal benda-benda di luar dirinya disertai
dengan pemahaman subyektif yang seolah-olah benda tersebut bisa merasakan keadaan si anak. Sebagai contoh, anak suka melakukan
perbincangan dengan boneka atau hewan. c.
Fase ketiga 5-8 tahun Anak mulai mengenal lingkungan luar dan bersosialisasi dengan masyarakat
karena anak mulai memasuki dunia sekolah. Dalam proses sosialisasi ini, sangat dibutuhkan adanya interaksi sosial.
d. Fase keempat 9-11 tahun
Masa dimana adanya sudut pandang obyektivitas tertinggi. Anak mulai bisa mengeksplor dan lebih memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga anak
cenderung untuk menemukan pribadinya sendiri. e.
Fase kelima 14-19 tahun Akhir dari perkembangan anak, lebih bisa bersikap secara subyektif atas
kesadaran dan mampu mengarahkan pada permasalahan yang lebih konkret Sobur, 2003.
6. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, perkembangan atau kemampuan kognitif adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan sistem
nervous
dan pengalaman-pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Proses
kognitif adalah perubahan dalam pemikiran, kecerdasan dan bahasa anak Santrock, 2010.
Menurut Piaget kognitif mengalami beberapa proses yaitu skema dimana sebuah konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran seseorang yang
commit to user
dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Proses yang kedua adalah asimilasi, suatu proses mental yang terjadi ketika seorang
anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi merupakan suatu proses mental yang terjadi ketika anak
menyesuaikan diri dengan informasi baru. Dan ekuilibrasi adalah mekanisme untuk menjelaskan bagaimana anak bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap
pemikiran selanjutnya. Pergeseran ini terjadi ketika anak mengalami konflik kognitif dalam usahanya memahami dunia Santrock, 2010.
Teori Piaget terdiri dari empat tahap, yaitu: sensorimotor, pra operasional, operasional konkret dan operasional formal. Tahap Sensorimotor berlangsung
sejak kelahiran sampai usia 2 tahun. Dalam tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman indra mereka dengan
gerakan motor mereka. Tahap pra operasional adalah tahapan dimana anak belum mampu
menguasai operasi mental secara logis. Operasi disini dimaksudkan adalah kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik Yusuf, 2014. Tahap ini
bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu : subtahap fungsi simbolis, terjadi kira-kira antara usia dua sampai empat
tahun. Dalam subtahap ini, anak kecil mulai bisa mempresentasikan objek yang tak hadir. Penggunaan bahasa yang mulai berkembang dan kemunculan sikap
bermain. Tahap yang kedua adalah subtahap pemikiran intuitif, dimulai sekitar umur empat sampai tujuh tahun. Pada subtahap ini, anak mulai menggunakan
penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan. Tahap operasional konkret merupakan tahap ketiga, dimulai umur tujuh
tahun sampai sebelas tahun. Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, tetapi
hanya dalam situasi konkret. Kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada tetapi belum bisa memecahkan problem-problem abstrak. Operasi konkret
adalah tindakan mental yang bisa dibalikkan berkaitan dengan objek konkret nyata.
Tahap operasional formal, tahap ini muncul pada usia sebelas tahun hingga masa dewasa nanti. Individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar
commit to user
pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis dan logis Santrock, 2010.
Untuk menilai perkembangan kognitif anak, digunakan instrumen tes kertas dan pensil yang diadopsi dan dikembangkan oleh Bakken berdasarkan teori
Piaget. Dalam instrumen tersebut dijelaskan beberapa tugas sesuai tahapan perkembangan kognitif anak. Tugas yang berhubungan dengan tahap
sensorimotor menilai reaksi sirkuler sekunder, eksplorasi sistematis, dan transisi dari tahap sensorimotor atau tahap pra operasional Crain, 2005. Pemikiran pra
konseptual, penerimaan perspektif dan permanen konsep adalah tugas-tugas yang sebaiknya diberikan kepada anak yang berada pada tahap pra operasional
awal. Tugas konservasi jumlah, kuantitas berkelanjutan, masa, berat dan volume sebaiknya digunakan untuk menilai anak dalam tahap operasional konkret.
Untuk anak pada tahap operasional formal seharusnya diberikan dengan menilai tugas konservasi volume, sistem kombinasi operasi dan kemampuan
menggunakan alasan deduktif Dugan, 2003. Menurut Piaget pertumbuhan mental terdiri dari dua unsur yaitu
perkembangan dan belajar. Perkembangan merupakan perubahan struktur, beda halnya dengan belajar terjadi perubahan isi didalamnya. Proses perkembangan
dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu heriditas, pengalaman, transmisi sosial dan ekuilibrasi.
Heriditas diyakini Piaget berkaitan dengan faktor kematangan internal yang akan berkembang dari tahun ke tahun.
Kematangan mempunyai peranan penting dalam perkembangan intelektual, akan tetapi faktor ini saja tidak mampu menjelaskan segala
sesuatu tentang perkembangan intelektual. Pengalaman dengan heriditas fisik merupakan dasar perkembangan struktur kognitif.
Transmisi sosial digunakan untuk mempresentasikan pengaruh budaya terhadap pola berfikir anak. Penjelasan dari guru, penjelasan orang tua,
informasi dari buku, meniru, merupakan bentuk-bentuk transmisi sosial. Kebudayaan dapat memberikan pengaruh bagi perkembangan
kognitif, seperti dalam berhitung atau membaca. Anak dapat menerima transmisi sosial apabila dalam keadaan mampu menerima informasi
commit to user
dengan catatan anak harus memiliki struktur kognitif yang memungkinkan terlebih dahulu. Faktor keempat adalah ekuilibrasi,
merupakan keadaan dimana setiap individu akan ada proses ekuilibrasi yang mengintegrasikan faktor heriditas, pengalaman dan transmisi
sosial. Adanya ekuilibrasi karena anak secara aktif berinteraksi dengan lingkungan. Hasil dari interaksi itu anak akan berproses apabila
dihadapkan pada situasi yang mungkin tidak dapat menanggapi stimulus. Kontradiksi ini menimbulkan keadaan menjadi tidak
seimbang dan secara aktif anak akan mengubah pola penalarannya untuk dapat mengasimilasikan dan mengakomodasikan stimulus baru
yang disebut ekuilibrasi Syaodih, 2015.
Tabel 2.2 Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif No.
Usia Perkembangan Kognitif
1. 0 - 3 bulan
a. Mampu membedakan apa yang diinginkan ASI,
susu dari botol, atau kempong
pacifier
. b.
Berhenti menangis setelah digendong atau diberi susu.
2. 3
– 6 bulan a.
Memperhatikan dan memilih permainan yang diinginkan.
b. Mengulurkan kedua tangan untuk digendong.
3. 6
– 9 bulan a.
Mengamati benda-benda yang bergerak. b.
Berpaling ke arah sumber suara. c.
Mengamati benda-benda yang kemudian dipegang dan dijatuhkan.
4. 9
– 12 bulan a.
Memahami perintah sederhana. b.
Menunjukkan reaksi saat namanya dipanggil. c.
Mencoba mencari benda yang disembunyikan. d.
Mencoba membuka atau melepas benda yang tertutup.
5. 12
– 18 bulan a. Menyebutkan beberapa nama benda. b.
Menanyakan nama benda yang belum dikenal. c.
Membedakan ukuran benda besar-kecil. d.
Mengenal beberapa warna primer merah, biru, kuning
e. Menyebut nama sendiri dan orang orang yang
dikenalnya. 6.
18 – 24 bulan a. Mempergunakan alat permainan dengan cara
semaunya. b.
Meniru gambar wajah orang. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
c. Memahami konsep angka dan hitungan sederhana.
d. Memahami prinsip milik orang lain.
7. 2
– 3 tahun a.
Menyebut bagian-bagian suatu gambar wajah orang, mobil, binatang dan lainnya
b. Memahami prinsip ukuran besar-kecil, panjang-
pendek. c.
Mengenal kembali bagian-bagian tubuh lima bagian
d. Mengenal tiga macam bentuk geometri, seperti
lingkaran, segitiga dan persegi empat. 8.
3 – 4 tahun
a. Menempatkan benda dalam urutan berdasarkan
ukuran paling kecil-paling besar. b.
Menemukan mengenali bagian yang hilang dari suatu pola gambar wajah orang, mobil dan lainnya
c. Mengekspresikan diri.
d. Memahami perbedaan antara dua hal dari jenis yang
sama misalnya perbedaan antara buah rambutan dan pisang, perbedaan antara ayam dan kucing.
9. 4
– 5 tahun a.
Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, warna, atau ukuran.
b. Menyebutkan beberapa angka dan huruf.
c. Menggunakan benda-benda sebagai permainan
simbolik misalnya kursi sebagai mobil. d.
Mengenal sebab-akibat tentang alam sekitar. 10.
5 – 6 tahun
a. Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsinya
misalnya pensil untuk menulis. b.
Menunjukkan kegiatan yang bersifat eksploratif dan menyelidik.
c. Mencari alternatif dalam memecahkan masalah yang
dihadapi dalam suatu aktivitas. d.
Menyusun perencanaan
kegiatan yang
akan dilakukan bersama teman-teman.
e. Menunjukkan inisiatif dan kreativitas dalam memilih
tema permainan.
Sumber : Ali Nugraha, dkk 2011 dalam Wiyani 2014
Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif antara lain : sosial ekonomi keluarga, pendidikan orangtua, pola interaksi ibu. Faktor sosial
ekonomi merupakan masalah yang sering ditemukan, kemiskinan berhubungan dengan masalah kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Wong menyatakan
bahwa keluarga dengan pendapatan rendah tidak menguntungkan bagi perkembangan anak. Pendidikan orangtua merupakan faktor prediktor yang kuat
terhadap skor tes akademik dan kognitif anak Klebanov and Gunn, 2006. Pola interaksi ibu digambarkan juga berkontribusi banyak dengan perkembangan
commit to user
kognitif anak. Anak yang mendapatkan lebih banyak kasih sayang ibu selama masa kehamilan akan mempunyai kemampuan intelegensi yang lebih baik
Bulut, 2013. Menurut Wiyani 2014 mengatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif anak, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
a. Faktor Internal
1 Faktor hereditas
Manusia yang lahir sudah dibekali potensi yang tidak bisa dipengaruhi oleh lingkungan. Faktor bawaan yang akan menentukan perkembangannya
kelak. 2
Faktor kematangan Organ manusia sudah mencapai tahap mampu menjalankan fungsinya
masing-masing dengan baik. 3
Faktor minat dan bakat Seseorang yang memiliki bakat tertentu akan semakin mudah dan cepat
mempelajarinya. Bakat merupakan sesuatu yang inherent dalam diri seseorang dan lebih ke arah potensial daripada kemampuan kapasitas
Anastasi, 1999. b.
Faktor Eksternal 1
Faktor lingkungan Taraf intelegensi manusia dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan
yang didapat dari lingkungan sekitar. 2
Faktor pembentukan Segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi kognitifnya.
Terdapat dua faktor pembentukan yaitu pembentukan sengaja sekolah formal dan pembentukan tidak sengaja pengaruh alam sekitar Susanto,
2011. 3
Faktor kebebasan Keleluasaan manusia untuk berpikir tanpa ada tekanan dan paksaan. Ini
berarti anak sebaiknya dapat memilih cara tertentu untuk menyelesaikan dan memilih masalah sesuai kebutuhannya.
commit to user
7. Anak Usia Prasekolah