Struktur dan Pembentukan Tulang

11 biologik, tingkat sosial. Struktur tulang serta adanya trauma psikologik pada anak, selama remaja, perubahan hormonal mempercepat pertumbuhan. Menurut WHO 1995, faktor genetik memengang peranan penting pada proses pertumbuhan seseorang terutama tinggi badan. Kecepatan pertumbuhan fisik pada saat remaja adalah kedua tercepat setelah masa bayi pada masa remaja ini sekitar 20 tinggi badan dan 50 berat badan seseorang telah tercapai Khomsan, 2004 salah satu demensi pertumbuhan tulang.

2.2. Struktur dan Pembentukan Tulang

Pembentukan tulang berlangsung terus menerus dan dapat berupa pemanjangan dan penebalan kecepatan pembentukan tulang berubah selama hidup. Pembentukan tulang dipengaruhi oleh hormone, faktor makanan, stres yang dibebankan pada sumsum tulang dan akibat aktivitas sel-sel pembentukan tulang yaitu osteoblast. Osteoblast berespon terhadap berbagai sinyal kimia untuk menghasilkan matrik tulang. Kalsium salah satu komponen yang berperan terhadap pembentukan massa tulang sebagian ion kalsium di tulang tidak mengalami kristalisasi garam nonkristalisasi ini dianggap sebagai kalsium yang dapat dipertukarkan dan dapat dipindahkan dengan cepat antara tulang cairan interstinum dan darah. Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi terjadi secara bersamaan dengan pembentukan tulang penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas adalah sel fagositosis multinuklear besar berasal dari sel-sel monosit yang terdapat pada tulang yang mengeluarkan banyak enzim yang Universitas Sumatera Utara 12 mempermudah menerima tulang memfagositosis pada suatu daerah potongan tulang osteoklast menghilang dan muncul osteoblast. Keseimbangan antara aktivitas osteoblast dan osteoklast menyebabkan tulang terus menerus diperbaharui atau mengalami remordelling. Pada dewasa muda aktivitas osteoblast dan osteoklast biasanya setara, sehingga jumlah total masa tulang konstan pada usia pertengahan osteoklast melebihi osteoblast dan kepadatan tulang mulai kadar hormon estrogen dan immobilisasi. Faktor yang mengontrol aktivitas osteblast di rangsang oleh aktivitas fisik dan stres beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang hormon estrogen, testosterone dan hormon pertumbuhan adalah promotor kuat bagi aktivitas osteoblast dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjatnya hormon estrogen dan testosterone akhirnya menyebabkan tulang-tulang panjang berhenti tumbuh dengan merangsang penutupan lempeng epifisis ujung pertumbuhan tulang defisiensi hormon pertumbuhan juga akan mengganggu pertumbuhan tulang. Vitamin D dalam jumlah yang kecil merangsang klasifikasi tulang secara langsung dengan bekerja pada osteoblast dan secara tidak langsung merangsang penyerapan kalsium dalam usus hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah yang mendorong klasifikasi tulang. Namun vitamin D dalam jumlah yang besar meningkatkan kadar kalsum serum dengan meningkatkan penguraian tulang maka vitamin D dalam jumlah yang besar tanpa diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan akan menyebabkan absorpsi tulang terganggu. Universitas Sumatera Utara 13 Ada faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama di kontrol oleh hormone paratiroid dengan pelepasan hormone paratiroid meningkatkan respon terhadap penurunan kadar kalsium dimana hormone paratiroid meningkatkan aktivitas osteoklast dan merangsang pemecahan tulang untuk membebaskan kalsium ke dalam darah. Proses penyerapan tulang terjadi dalam tiga minggu, sedangkan proses pembentukan tulang membutuhkan waktu sekitar tiga bulan masa hidup bone remordeling unit BRU, enam sampai sembilan bulan lebih lama dari masa hidup osteoblas yaitu tiga bulan dan masa hidup osteoklas dua minggu, sehingga diperlukan persediaan banyak osteoblast yang dibentuk oleh sel mesenkim dan osteoklast Compston 2001; Canalis, 2005.

2.3. Pola Konsumsi kalsium Remaja

Dokumen yang terkait

Hubungan Aktivitas Fisik Terhadap Gangguan Tidur Pada Remaja di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pancur Batu

3 54 92

Konsumsi Energi Dan Aktivitas Fisik Wanita Usia Lanjut Di Kelurahan Helvetia Timur Medan Tahun 2003

0 37 63

Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik Dan Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar Swasta Di Kecamatan Medan Baru Kota Medan

2 83 115

Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Remaja Usia 13-18 Tahun di Indonesia

1 3 74

Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Protein serta Aktivitas Fisik dengan Massa Otot pada Remaja di Perdesaan dan Perkotaan.

0 3 39

Hubungan antara Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food dan Soft Drink pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

0 17 61

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja - Hubungan Pola Konsumsi Kalsium dan Aktivitas Fisik Remaja Usia 15-18 Tahun di Sekolah Menengah Atas Swasta Cahaya Medan 2013

0 0 32

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Pola Konsumsi Kalsium dan Aktivitas Fisik Remaja Usia 15-18 Tahun di Sekolah Menengah Atas Swasta Cahaya Medan 2013

0 1 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL (KHAMAR) PADA REMAJA USIA 15-18 TAHUN

0 0 99

7. Lampiran 7.1. Formulir Kuisioner KUISIONER PERSEPSI DAN POLA KONSUMSI SUSU SAPI DI KALANGAN REMAJA USIA 16-18 TAHUN DI KOTA SURAKARTA. - POLA KONSUMSI DAN PERSEPSI TERHADAP SUSU SAPI DI KALANGAN REMAJA USIA 16 -18 TAHUN DI KOTA SURAKARTA, PROVINSI JAWA

0 0 25