Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Pembahasan

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai pengalaman kerja 10 tahun yaitu sebanyak 15 responden 62,5 .. Bila dilihat berdasarkan pengalaman kerja, manajemen nyeri pada pasien fraktur oleh perawat di ruang RB3 dalam kategori baik. Pengalaman seseorang akan mempengaruhi dampak dalam bertindak. Individu yang memiliki pengalaman yang banyak atau lama biasanya memiliki kecenderungan untuk bertindak lebih baik dari pada yang baru. Seseorang yang mempunyai masa kerja lama juga akan mempunyai kemampuan bekerja yang efektif serta lebih memahami dan mengerti uraian tugas dan tanggung jawabnya. Menurut Notoadmojo 2003 pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dan perawat dengan masa kerja lebih lama cenderung mempunyai sikap positif dan tindakan yang lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden pernah mengikuti pelatihanseminar tentang manajemen nyeri yaitu sebanyak 22 responden 91,7 . Bila dilihat berdasarkan pengalaman mengikuti pelatihan seminar manajemen nyeri pada pasien fraktur oleh perawat di ruang RB3 dalam kategori cukup. Menurut Potter Perry 2005, bahwa semakin banyak informasi yang diterima oleh seseorang maka semakin meningkat pula pengetahuan yang dimilikinya.Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Notoadmodjo, 2003. Asumsi peneliti walaupun mayoritas perawat pernah mengikuti pelatihanseminar tentang manajemen nyeri ternyata manajemen nyeri dalam masih dalam kategori cukup hal ini mungkin karena kurangnya kesadaran perawat melakukan tindakan mandiri dalam Universitas Sumatera Utara manajemen nyeri, karena dari ada beberapa manejemn nyeri nonfarmakologi masih dalam kategori kurang. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat melakukan manajemen nyeri pada pasien dengan nyeri fraktur di ruang RB3 dengan cara pemberian analgesiksebanyak 100 . Perawat cenderung memandang obat sebagai satu- satunya metode untukmenghilangkan nyeri. Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian Saekhtaun 2008 yang mengatakan bahwa perawat di ruangan ketika dihadapkan dengan keluhan nyeri selama ini kebanyakan langkah awal yang diambil adalah kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan analgetik, jarang sekali yang menggunakan teknik non farmakologi.Penelitian Fahriani 2012 pada saat melakukan observasi dan wawancara pada beberapa perawat menyatakan bahwa ketika pasien mengeluhkan nyeri langsung diberikan tindakan farmakologi. Penelitian yang dilakukan Suweni 2010 mengatakan bahwa penatalaksanaan nyeri yang dilakukan oleh perawat yaitu dengan pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri setelah pasca operasi seksio caesaria. Asumsi peneliti yang membuat sebagian besar perawat melakukan tindakan farmakologi dalam mengatasi nyeri pada pasien dikarenakan belum adanya kesadaran dari diri perawat untuk melaksanakan tindakan mandiri sebagai perawat untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri . Menurut Simpson 2001 keahlian perawat dalam berbagai strategi penanganan rasa nyeri adalah hal yang sangat penting, tapi tidak semua perawat meyakini atau menggunakan pendekatan non farmakologis untuk menghilangkan rasa nyeri, maka perawat harus mengembangkan keahlian dalam berbagai strategi dalam penanganan rasa nyeri. Universitas Sumatera Utara Data hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat melakukan manajemen nyeri pada pasien dengan nyeri fraktur di ruang RB3 dengan cara relaksasi sebanyak 54,2 .Steer mengungkapkan dikutip dari Mander, 2003 relaksasi adalah metode pengendalian nyeri nonfarmakologi yang paling sering digunakan di Inggris.Penelitian lain yang dilakukan Siregar 2007 yang menunjukkan bahwa kebanyakan metode yang paling banyak diajarkan perawat adalah teknik bernapas dalam.Penelitian yang dilakukan Fahriani 2012 didapatkan hasil bahwa ada pengaruh teknik relaksasi tehadap respon adaptasi nyeri. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Miller dan Perry 1990 dan Lorenti 1991 dalam Brunner and Suddarth 2001 yang menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri. Data hasil penelitianmenunjukkan bahwa perawat melakukan manajemen nyeri pada pasien dengan nyeri fraktur di ruang RB3 dengan cara distraksisebesar 54,2 . Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Saekhatun 2008 didapatkan hasil bahwa kebanyakan perawat mempunyai sikap positif dengan tindakan yang baik dalam manejemen nyeri dengan teknik distraksi pada pasien post operasi.Penelitian lain yang dilakukan Rabiā€™al 2010 didapatkan hasil bahwa teknik distraksi efektif dalam dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien kanker. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai manajemen nyeri pada pasien fraktur di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1. Kesimpulan

Manajemen nyeri harus menggunakan pendekatan yang holistik menyeluruh, hal inikarena nyeri mempengaruhi keseluruhan aspek kehidupan manusia, oleh karena itukita tidak boleh hanya terpaku hanya pada satu pendekatan saja tetapi jugamenggunakan pendekatan-pendekatan yang lain yang mengacu kepada aspek kehidupan manusia yaitu biopsikososialkultural dan spiritual, pendekatan nonfarmakologik dan pendekatan farmakologik tidak akan berjalan efektif bila digunakansendiri-sendiri, keduanya harus dipadukan dan saling mengisi dalam rangkamengatasi penanganan nyeri pasien . Pengetahuan dan keterampilan mengenai penanganan nyeri baik pendekatan nonfarmakologis maupun farmakologis serta tindakan yang lainnya mutlak diperlukan dan dikuasai oleh perawat. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan dapat disimpulkan bahwa manajemen nyeri pada pasien fraktur di ruang RB3 RSUP Haji Adam Malik Medan dalam kategori cukup.Beberapa manajemen nyeri yang masuk dalam kategori baik yaitu manajemen nyeri yaitu dengan cara pemberian analgesik, relaksasi, dan distraksi, manajemen nyeri yang masuk dalam kategori cukup yaitu manajemen nyeri dengan cara imajinasi terimbing , dan manajemen Universitas Sumatera Utara