7 Manajemen nyeri TINJAUAN PUSTAKA

meringkukkan badan, menjerit, dan bahkan berlari-lari. Pada fase paska nyeri, individu bisa saja mengalami trauma psikologis, takut, depresi, serta dapat juga menjadi menggigil. 2.5.6 Respon Psikologis Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi individu. Individu mengartikan nyeri sebagai suatu yang negatif cenderung memiliki suasana hati sedih, berduka, ketidakberdayaan, dan dapat berbalik menjadi rasa marah dan frustasi. Sebaliknya pada induvidu yang memiliki persepsi nyeri sebagai pengalaman positif akan menerima nyeri yang dialaminya Tamsuri, 2007.

2. 7 Manajemen nyeri

Terdapat berbagai tindakan yang dapat dilakukan seorang perawat untuk mengurangi rasa nyeri yang diderita. Tindakan-tindakan tersebut mencakup tindakan nonfarmakologis dan tindakan farmakologis. Dalam beberapa kasus nyeri yang sifatnya ringan, tindakan non-farmakologis adalah intervensi yang paling utama, sedangkan tindakan farmakologis dipersiapkan untuk mengantisipasi perkembangan nyeri. Pada kasus nyeri sedang sampai berat, tindakan non-farmakologis menjadi suatu pelengkap yang efektif untuk mengatasi nyeri disamping tindakan farmakologis yang utama Prasetyo, 2010. 2.7.1 Manajemen nyeri secara farmakologis Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi farmakologis dilakukan dalam kolaborasi dengan dokter atau pemberi Universitas Sumatera Utara keperawatan lainnya dan pasien Brunner Suddarth, 2001. Beberapa agens farmakologi digunakan untuk menangani nyeri. Semua agen tersebut memerlukan resep dokter. Keputusan perawat, dalam penggunaan obat- obatan dan penatalaksanaan klien yang menerima terapi farmakologi, membantu dalam upaya memastikan penanganan nyeri yang mungkin dilakukan Potter Perry, 2005. a. Analgesik Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis meliputi penggunaan opioid narkotik, nonopioidNSAIDs Nonsteroid Anti-Inflamasi Drugs, dan adjuvan, serta ko-analgesik. Analgesik opioid narkotik terdiri dari berbagai derivate dari opium seperti morfin dan kodein. Narkotik dapat menyebabkan penurunan nyeri dan memberi efek euphoria kegembiraan karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiate ada beberapa reseptor opiate seperti mu, delta, dan alppa dan mengaktifkan penekanan nyeri endogen pada susunan syaraf pusat. Narkotik tidak hanya menekan rangsang nyeri, tetapi juga menekan pusat pernapasan dan batuk di medulla batang otak. dampak lain dari narkotik adalah sedasi dan peningkatan toleransi obat sehingga kebutuhan dosis obat akan meningkat Tamsuri,2007.Untuk nyeri yang sedang sampai berat menggunakan analgesik opioid atau narkotik AHCPR, 1992 dalam Potter Perry, 2005. Analgesik narkotik yang diberikan secara oral atau injeksi, bekerja pada pusat otak yang lebih tinggi dan medulla spinalis melalui ikatan dengan Universitas Sumatera Utara reseptor opioid untuk memodifikasi persepsi nyeri dan reaksi terhadap nyeri. Analgesik non-opioid analgesik non-narkotik atau sering disebut juga Nonsteroid Anti-InflammatoryDrugs, NSAIDs seperti aspirin, asetaminofen, dan ibu profen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti-inflamasi dan anti-demam anti-piretik. Obat-obat golongan ini menyebabkan penurunan nyeri yang bekerja pada ujung- ujung syaraf perifer di daerah yang mengalami cedera, dengan menurunkan kadar mediator peradangan yang dibangkitkan oleh sel-sel yang mengalami cedera Tamsuri, 2007. Terapi pada nyeri postoperasi ringan sampai sedang menggunakan NSAIDs. Mekanisme kerja pasti NSAIDs tidak diketahui, NSAIDs diyakini bekerja menghambat sintesis prostaglandin dan menghambat respons selular selama inflamasi. Kebanyakan NSAIDs bekerja pada reseptor saraf perifer untuk mengurangi transmisi dan resepsi stimulus nyeri. NSAIDs tidak menyebabkan sedasi atau depresi pernapasan juga tidak mengganggu fungsi berkemih atau defekasi. Sehingga agens NSAIDs dapat menjadi efektif sebagai analgesik yang manjur bagi beberapa klien atau pemberian analgesik melalui oral dapat semanjur pemberian injeksi untuk mengatasi nyeri McKenry Salerno, 1995 dalam Potter Perry, 2005. b. Analgesik Dikontrol-Pasien ADP Sistem pemberian obat, yang disebut ADP, merupakan metode yang aman untuk penatalaksanaan nyeri kanker, nyeri pascaoperasi, Universitas Sumatera Utara dan nyeri traumatik. Kebanyakan klien lebih menyukai metode pemberian injeksi berkala. Hal ini merupakan sistem pemberian obat yang memungkinkan klien mendapatkan medikasi nyeri ketika mereka menginginkan obat tersebut tanpa risiko overdosis. Tujuan metode ini ialah mempertahankan kadar plasma analgesik yang konstan, sehingga masalah pemberian dosis sesuai kebutuhan dihindari. ADP sistemik biasanya termasuk pemberian obat intravena, tetapi metode ini juga dapat diberikan melalui subkutan. ADP merupakan pompa infuse yang dapat dibawa biasanya diatur komputer, yang berisi ruang untuk tempat spuit atau merupakan alat khusus dirancang seperti pengatur dosis yang menggunakan jam tangan yang diperlengkapi pengaturan dini pemberian obat dalam dosis kecil. Analgesik yang dipilih ialah morfin. Untuk menerima dosis, klien menekan tombol yang menempel pada alat ADP Potter Perry, 2005. c. Analgesik Epidural Analgesik epidural merupakan suatu bentuk anastesia lokal dan terapi yang efektif untuk menangani nyeri pascaoperasi akut, nyeri persalinan, dan melahirkan, dan nyeri kronik, khususnya yang berhubungan dengan kanker McNair,1990 dalam Potter Perry, 2005 . Analgesik ini memungkinkan pengontrolan atau pengurangan nyeri yang berat tanpa efek sedative dari narkotik parenteral atau oral yang lebih serius. Analgesia epidural berlangsung dalam jangka waktu pendek atau panjang, tergantung pada kondisi klien dan harapan hidup. Terapi jangka pendek digunakan untuk mengatai nyei akibat bedah Universitas Sumatera Utara intratorak, bedah abdomen, dan bedah orthopedi. Terapi jangka panjang digunakan untuk nyeri yang tidak dapat dikendalikan, pada bagian tubuh bawah, khususnya bila bagian tubuh itu bilateral DuPen William,1992 dalam Potter Perry, 2005. Tabel 2.1Analgesik dan Indikasi terapi Potter Perry, 2005 Kategori Obat Indikasi ANALGESIK NON-NARKOTIK Asetaminofen Tylenol Asam asetilsalisilat aspirin NSAID Ibuprofen Motrin, Nuprin Naproksen Naprosyn Indometasin Indocin Tolmetin Tolectin Piroksikam Feldene Ketorolak Toradol ANALGESIK NARKOTIK Meperidin Demerol Metilmorfin Kodein Morfin sulfat Fentanil Sublimaze Butofanol Stadol Hidromorfon HCL Dilaudid ADJUVAN Amitriptilin Elavil Hidroksin Vistaril Klorpromazin Thorazine Diazepam Valium Nyeri pasca operasi ringan Demam Dismenore Nyeri kepala vascular Artritis rheumatoid Cedera atletik jaringan lunak Gout Nyeri pasca operasi Nyeri traumatik berat Nyeri kanker Infark moikard Cemas Depresi Mual Muntah Universitas Sumatera Utara 2.7.2 Manajemen nyeri secara Non-farmakologis Intervensi nyeri dengan cara non farmakologis memiliki resiko yang sangat rendah. Pada nyeri yang sangat hebat, mengkombinasikan tehnik nonfarmakologis dengan obat-obatan mungkin cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri Brunner Suddarth, 2001. Tindakan nonfarmakologi mencakup intervensi perilaku-kognitif dan penggunaan agen-agens fisik. Tujuan intervensi perilaku-kognitif adalah mengubah persepsi klien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan memberi rasa pengendalian yang lebih besar sedangkan agen-agens fisik bertujuan memberi rasa nyaman, memperbaiki disfungsi fisik, mengubah respons fisiologis, dan mengurangi rasa takut yang terkait dengan imobilisasiPotter Perry, 2005. Berikut ini beberapa teknik manajemen nyeri secara non- farmakologi : a. Relaksasi Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri Prasetyo, 2010. Menurut Potter Perry 2005, teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri. Teknik relaksasi dapat digunakan saat indvidu dalam kondisi sehat atau sakit. Teknik relaksasi tersebut merupakan upaya pencegahan untuk membantu tubuh segar kembali. Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan beberapa kali agar mencapai hasil yang optimal, klien yang Universitas Sumatera Utara telah mengetahui teknik ini mungkin hanya perlu diinstruksikan menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan atau mencegah meningkatnya nyeri. Berbagai metode relaksasi digunakan untuk menurunkan kecemasan dan ketegangan otot sehingga didapatkan penurunan denyut jantung, penurunan respirasi, serta penurunan ketegangan otot. Prasetyo, 2010. Contoh tindakan relaksasi yang dapat dilakukan untuk menurunkan nyeri adalah napas dalam dan relaksasi otot , dan juga aromaterapi. Steward 1996 dalam Rabi’al 2009 menjelaskan teknik relaksasi sebagai berikut : 1 Nafas dalam - Diharapkan pasien menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara. - Kemudian perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan betapa nyamannya hal tersebut - Selanjutnya pasien bernapas beberapa kali dengan irama normal - Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan- pelan dan membiarkan hanya kaki dan telapak tangan yang kendor. Perawat meminta pasien untuk mengkonsentrasikan pikiran pasien pada kaki yang terasa ringan dan hangat. Universitas Sumatera Utara - Setelah itu mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan perut, punggung, dan kelompok otot-otot yang lain. 2 Relaksasi progresif Latihan relaksasi progresif meliputi kombinasi latihan pernapasan yang terkontrol dan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot. Klien mulai latihan bernapas dengan perlahan dan menggunakan difragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Saat klien melakukan pola pernapasan yang teratur, perawat mengarahkan klien untuk melokalisasi setiap daerah yang mengalami ketegangan otot, berpikir bagaimana rasanya, menegangkan otot sepenuhnya, dan kemudian merelaksasikan otot-otot tersebut. Kegiatan ini menciptakan sensasi melepaskan ketidaknyamanan dan stress. Secara bertahap, klien dapat merelaksasi otot tanpa harus terlebih dahulu menegangkan otot-otot tersebut. Saat klien mencapai relaksasi penuh, maka persepsi nyeri berkurang dan rasa cemas terhadap pengalaman nyeri menjadi minimalPotter Perry, 2005. Berikut ini cara latihan progresif menurut Steward 1996 dalam Rabi’al 2009 : - Kontraksikan masing-masing otot dalam 10 kali hitungan kemudian lemaskan Universitas Sumatera Utara - Lakukan latihan diruangan yang tenang dengan posisi duduk atau sambil berbaring nyaman - Bawalah seseorang yang berlaku sebagai “pelatih” yang memberikan perintah untuk mengkontraksikan otot, menghitung sampai 10 kali dan memerintah untuk melemaskan otot 3 Aromaterapi Aromaterapi adalah metode yang menggunakan minyak atsiri untuk meningkatkan kesehatan fisik dan emosi. Minyak atsiri adalah minyak alami yang diambil dari tananman aromatik. Menurut roulier 1990 minyak atsiri yang bersifat analgetik menghilangkan rasa sakit adalah chamomile frankincense, cengkih, wintergreen, lavender, dan mint Koensoemardiyah, 2009. Berdasarkan penelitian di UniversitasWarwick di Inggris,bau yangdihasilkan akan berikatan dengan gugus steroid di dalam kelenjar keringat,yangdisebutosmon,yang mempunyai potensisebagaipenenangkimiaalami.Responbauyangdihasilkanakan merangsangkerjaselneurokimiaotak.Sebagaicontoh,bauyangmenye nangkanakanmenstimulasithalamusuntukmengeluarkanenkefalinya ngberfungsisebagaipenghilangrasasakitalamidanmenghasilkanperas aansejahteraPrimadiati,2002.Enkefalinsepertihalnya endorphin merupakanzatkimiawiendogendiproduksiolehtubuhyangberstrukt urserupadenganopioidBrunner sudarth,2002. Universitas Sumatera Utara Menurut Guyton 1990 enkefalin dianggap dapat menimbulkan hambatan presinaptik dan hambatan post sinaptik pada serabut-serabut nyeri tipe C dan tipe delta A dimana mereka bersinaps di kornu dorsalis. Proses tersebut mencapai inhibisi dengan penghambatan saluran kalsium. Selanjutnya, penghambatan tampaknya berlangsung lama karena setelah mengaktivasi sistem analgesia, maka analgesia seringkali berlangsung selama bermenit-menit bahkan berjam-jam. b Imajinasi terbimbing Imajinasi terbimbing adalah upaya untuk menciptakan kesan dalam pikiran klien, kemudian berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap dapat menurunkan persepsi klien terhadap nyeri. Tindakan ini membutuhkan konsentrasi yang cukup, upaya kondisi lingkungan klien mendukung untuk tindakan ini. Kegaduhan, kebisingan, bau menyengat atau cahaya yang sangat terang perlu dipertimbangkan agar tidak mengganggu klien untuk berkonsentrasi Prasetyo, 2010. Perawat melatih klien dalam membangun kesan dan berkonsentrasi pada pengalaman sensori. Mula-mula perawat meminta klien untuk memikirkan pemandangan yang menyenangkan atau pengalaman yang meningkatkan penggunaan semua indra. Klien kemudian menjelaskan kesan tersebut dan perawat mencatatnya sehingga catatan tersebut dapat digunakan pada latihan berikutnya Potter Perry, 2005. Dengan mata terpejam, pasien diinstruksikan untuk membayangkan bahwa setiap napas yang diekshalasi secara lambat ketegangan otot dan ketidaknyamanan dikeluarkan, menyebabkan Universitas Sumatera Utara tubuh rileks dan nyaman dan setiap kali napas dihembuskan pasien diinstruksikan untuk membayangkan bahwa udara yang dihembuskan membawa pergi nyeri dan ketegangan. Imajinasi terbimbing dipraktikkan oleh pasien selama sekitar 5 menit, tiga kali sehari. Selain itu imajinasi terbimbing dapat berfungsi hanya pada beberapa orang Brunner Suddarth, 2001. Berikut merupakan contoh bagian latihan imajinasi terbimbing : “ bayangkan diri Anda sekarang berbaring di atas rumput yang hijau, segar, di atas bukit yang indah. Udara sejuk, Anda melihat sekitar Anda bunga sedang bermekaran. Anda melihat ke atas langit cerah, biru, sinar matahari yang redup tidak menyilaukan. Semerbak wangi bunga meneyelimuti, sungguh suasana yang sangat indah” Prasetyo, 2010. b. Distraksi Distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal- hal lain di luar nyeri, yang dengan demikian diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Stimulus yang menyenangkan dari luar dapat merangsang sekresi endorphin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu stimulasi otak akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri Tamsuri, 2007. Universitas Sumatera Utara Adapun distraksi ini meliputi : 1 Distraksi visual, misalnya : menonton TV, melihat pemandangan. Menonton acara-acara yang humor atau acara yang disukai oleh klien akan menjadi teknik distraksi yang dapat membantu mengalihkan perhatian klien akan nyeri yang ia alami Prasetyo, 2010. 2 Distraksi auditory, misalnya : mendengarkan suara musik yang disukai Prasetyo, 2010.Musik terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah, dan mengubah persepsi waktu. Musik menghasilkan perubahan status kesadaran melalui bunyi, kesunyian, ruang dan waktu. Musik yang dapat memberikan efek terapeutik harus didengarkan minimal 15 menit. Di keadaan perawatan akut, mendengarkan musik dapat memberikan hasil yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri postoperasi Guzetta, 1989 dalam Potter Perry, 2005. c. Stimulasi kutaneus Stimulasi kutaneus merupakan stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri. Masase, kompres dingin dan panas, dan stimulasi saraf elektrik transkutan TENS merupakan langkah-langkah sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. Salah satu pemikiran adalah bahwa cara ini menyebabkan pelepasan endorfin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri. Teori gate kontol Universitas Sumatera Utara mengatakan bahwa stimulus kutaneus mengaktifkan transmisi serabut saraf sensorik A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-A berdiameter kecil. Gerbang sinaps menutup transmisi impuls nyeri Potter Perry, 2005. Berikut ini beberapa contoh stimulus kutaneus : 1 Masase Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot. Brunner Suddarth, 2001.Slow-stroke back massage adalah tindakan masase punggung dengan usapan yang perlahan selama 3- 10 menit sebanyak 60 kali usapan permenit Potter Perry, 2005. Masase punggung ini dapat menyebabkan timbulnya mekanisme penutupan terhadap impuls nyeri saat melakukan gosokan penggung pasien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta-A dan serabut C, maka akan membuka sistem pertahanan disepanjang urat saraf dan klien mempersepsikan nyeri.Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen yaitu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Potter Perry, 2005. 2 Kompres panas dan dingin Universitas Sumatera Utara Kompres panas dan dingin dapat menghilangkan nyeri dan meningkatkan proses penyembuhan. Ceccio, 1990 dalam Potter Perry, 2005. Kompres panas dan dingin pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan. Kompres panas atau dingin menghasilkan perubahan fisiologis suhu jaringan, ukuran pembuluh darah, tekanan darah kapiler, area permukaan kapiler untuk pertukaran cairan dan elektrolit, dan metabolisme jaringan Kozier, 2009. Kompres dingin adalah suatu teknik dari stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri dan merupakan langkah sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. Kompres dingin dapat menghilangkan nyeri dan meningkatkan proses penyembuhan yang mengalami kerusakan. Kompres dingin dapat dilakukan di dekat lokasi nyeri atau di sisi tubuh yang berlawanan tetapi berhubungan dengan lokasi nyeri, hal ini memakan waktu 5 sampai 10 menit. Pengompresan di dekat lokasi aktual nyeri cenderung memberi hasil yang terbaik. Seorang klien dengan merasakan sensasi dingin, terbakar, dan sakit serta baal. Apabila klien merasa baal, maka es harus diangkat Potter Perry, 2005. Menurut Tamsuri 2007pada aplikasi dingin, selain memberikan efek menurunkan sensasi nyeri, aplikasi dingin juga memeberikan efek fisiologis seperti : menurunkan respon inflamasi jaringan, menurunkan aliran darah,dan mengurangi edema. Universitas Sumatera Utara Menurut kozier 2009 efek fisiologis dari kompres panas yaitu vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler, meningkatkan metabolisme seluler, dan meredakan nyeri dengan merelaksasikan otot. Kompres panas dan dingin pada tubuh dapat berbentuk kering dan basah. Kompres panas kering dapat digunakan secara lokal, untuk konduksi panas, dengan menggunakan botol air panas, bantalan pemanas elektrik, bantalan akutermia, atau kemasan pemanas disposibel. Kompres panas basah dapat diberikan, melalui konduksi, dengan cara kompres kasa, kemasan pemanas, berendam, atau mandi Kozier, 2009. 3 Stimulasi saraf elektrik transkutan TENS TENS Transkutaneus Electrical Nerve Stimulation adalah suatu alat yang menggunakan aliran listrik, baik dengan frekuensi rendah maupun tinggi, yang dihubungkan dengan beberapa elektroda pada kutaneus. TENS merupakan prosedur non-invasif, merupakan metode yang aman untuk mengurangi nyeri baik akut maupaun kronis Tamsuri, 2007. Terdapat penelitian yang menyatakan adanya keefektifan penggunaan TENS dalam penanganan nyeri post operasi AHCPR, 1992. Teknik ini terbukti pula efektif dalam pengontrolan nyeri pada low back pain kronis, nyeri phantom, nyeri menstruasi, dan yang lainnya Tamsuri, 2007. d. Akupresur Universitas Sumatera Utara Berdasarkan teori obat Asia, yang mengatakan bahwa sutatu kekuatan kehidupan, dalam bentuk energi, bersirkulasi di seluruh tubuh dalam siklus yang didefinisikan dengan benar, akupresur memungkinkan alur energi yang terkongesti untuk meningkatkan kondisi yang lebih sehat.Perawat ahli terapi mempelajari alur energi atau meridian tubuh dan memberi tekanan pada titik- titik tertentu di sepanjang alur Potter Perry, 2005. Stimulasi pada titik akupuntur mengaktifkan tiga pusat yaitu spinal cord, midbrain dan pituitari untuk melepaskan neurokimia seperti endorphin, serotonin dan norepinehrin yang mampu memblok pesan nyeri. Selain endorphin, stimulasi pada titik akupuntur juga terjadi pelepasan adrenocorticotropin hormone ACTH dari pituitari. ACTH menstimulasi adrenal untuk memproduksi kortisol Pearl, 1999. Dibawah ini adalah teori terkait mekanisme kerja akupresur . 1Teori neurotransmitter. Akupuntur mempengaruhi area otak, menstimulilasi sekresi beta-endorphin dan enkepalin pada otak dan spinal cord. Pelepasan neurotransmitter mempengaruhi sistem imun dan sistem antinoceptive. 2 Teori sistem syaraf otonom. Akupuntur menstimulasi pelepasan norepinephrin, acetylcholine dan beberapa tipe opoid, menormalkan sistem syaraf otonom dan mengurangi nyeri. 3 Teori gate control. Akupuntur mengaktifkan reseptor antinoceptive yang menghambat transmisi sinyal nociceptive pada dorsal horn. Universitas Sumatera Utara 4 Teori vascular-interstisial akupuntur memanipulasi sistem elektris tubuh dengan menciptakan atau meningkatkan transpor sirkuit tertutup pada jaringan. Hal ini memfasilitasi penyembuhan yang diikuti oleh transfer material dan energi elektris diantara jaringan yang normal dan jaringan yang terluka. 5 Teori kimia darah. Akupuntur mempengaruhi konsentrasi trigliserida, kolesterol dan phospholipid dalam darah, oleh karena itu akupuntur bisa menaikkan dan menurunkan komponen darah di perifer, dengan cara demikian akupuntur mengatur tubuh menuju homeostasis National Institute of Health, 1997. Teknik akupresur dilakukan dengan berbagai cara yang aman, tidak melukai kulit atau menyebabkan pecahnya pembuluh darah, yaitu menggunakan beberapa alternatif cara berikut : menggunakan jari jempol, menggunakan beberapa jari tangan yang disatukan, hanya jari telunjuk saja, atau dengan telapak tangan, membuat gerakan cubitan halus, tetapi tidak sampai memar, menepuk-nepuk atau memukul- mukul ringan, dan menggosok dengan jari jempol atau telapak tangan Oka, 2008. e. Hipnosis Hipnoterapi adalah terapi yang dilakukan terhadap klien yang berada dalam kondisi hipnosis. Kata hipnosis berasal dari bahasa yunani, yaitu hypnos yang berarti “tidur”. Seseorang yang berada dalam Universitas Sumatera Utara kondisi hipnosis akan menampilkan kecenderungan yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang tidak dalam kondisi hipnosis. Dalam kondisi hipnosis, seseorang cenderung lebih mudah menerima saran atau sugesti hiper-sugestion. Dengan sugesti penyembuhan hypno-therapeutic, hipnoterapis bisa memodifikasi perilaku klien, dari emosional, sikap, hingga berbagai macam kondisi, seperti kebiasaan buruk, kecemasan, stres yang berhubungan dengan penyakit akut maupun kronis, manajemen rasa sakit dan nyeri, serta pengembangan pribadi manusia Hakim, 2010 Hipnosis dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif. Suatu pendekatan kesehatan holistik, hipnosis-diri menggunakan sugesti-diri dan kesan tentang perasaan yang rileks dan damai. Individu memasuki keadaan rileks dengan menggunakan berbagai ide pikiran dan kemudian kondisi-kondisi yang menghasilkan respon tertentu bagi mereka Edelman dan mandel dalam Potter Perry, 2005. Hipnosis-diri sama seperti dengan melamun . Konsentrasi yang intensif mengurangi ketakutan dan stress karena individu berkonsentrasi hanya pada satu pikiran. Potter Perry, 2005. Universitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi manajemen nyeri yang dilakukan oleh perawat pada pasien dengan nyeri fraktur. Manajemen nyeri adalah suatu tindakan untuk menurunkan atau menghilangkan nyeri sampai ke tingkat yang dapat ditoleransi oleh pasien.Adapun manajemen nyeri yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah manajemen nyeri secara farmakologi, yaitu dengan pemberian analgesikdan non farmakologi, yaitu dengan teknikrelaksasi, imajinasi terbimbing, distraksi, stimulasi kutaneus, akupresur, dan hipnosis diri. Skema 3.1. Kerangka konseptual identifikasi manajemen nyeri pada pasien fraktur

2. Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini adalah manajemen nyeri,yaitu tindakan yang dilakukan perawat untuk menurunkan ataupun menghilangkan nyeri pada pasien dengan nyeri fraktur. Manajemen nyeri tersebut terbagi menjadi beberapa subvariabel yaitu 1 memberikan obat analgesik,2 relaksasi: mengajarkan teknik nafas dalam dan relaksasi otot,3imajinasi terbimbing: menciptakan kesan yang indah dalam pikiran pasien,4distraksi: mengalihkan perhatian pasien Manajemen nyeri fraktur Nyeri fraktur Universitas Sumatera Utara