2.4.7 Dukungan Sosial dan Keluarga Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan perlindungan. Walaupun klien tetap merasakan nyeri, tetapi akan
mengurangi rasa kesepian dan ketakutan Potter Perry, 2005.
2.5 Pengukuran Nyeri
2.5.1 Skala Numerik Nyeri Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah divalidasi. Berat
ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik dari 0 hingga
10, di bawah ini, nol 0 merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh 10, suatu nyeri yang sangat hebat Brunner
Suddarth, 2001.
Skala Numerik Nyeri
2.5.2 Visual analog scale Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka.
Bisa bebas mengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang
Potter Perry, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Visual Analog Scale VAS
Tidak ada rasa nyeri Sangat nyeri
Pasien diminta menunjukkan posisi nyeri pada garis antara kedua nilai ekstrem. Bila anda menunjuk tengah garis, menunjukkan nyeri yang
moderatesedang Brunner Suddarth, 2001. 2.5.3 Skala Wajah Wong dan Barker
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda, menampilkan wajah bahagia hingga wajah sedih, digunakan untuk
mengekspresikan rasa nyeri. Skala ini biasanya dipergunakan mulai anak usia 3 tiga tahun Potter Perry, 2005.
Skala wajah untuk nyeri
Pengukuran nyeri yang dipakai untuk mengukur skala nyeri pada penelitian ini adalah skala numerik nyeri. Skala ini merupakan skala yang
paling umum digunakan untuk mengukur skala nyeri. Nilai 1-4 menggambarkan nyeri ringan, 5-6 menggambarkan nyeri sedang, dan 7-0
nyeri berat Brunner Suddarth, 2001.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Respon Tubuh Terhadap Nyeri
2.6.1 Respon fisik Respon fisik timbul karena pada saat impuls nyeri ditransmisikan
oleh medulla spinalis menuju batang otak dan thalamus, sistem saraf otonom terstimulasi, sehingga menimbulkan respon yang serupa dengan
respon tubuh terhadap stres. Pada nyeri skala ringan sampai moderat serta nyeri superfisial,tubuh bereaksi membangkitkan General Adaptation
Syndrome Reaksi Fight or Flight, dengan merangsang sistem saraf simpatis sedangkan pada nyeri yang berat dan tidak dapat ditoleransi serta
nyeri yang berasal dari organ viseral, akan mengakibatkan stimulasi terhadap saraf parasimpatis Tamsuri,2007.
2.6.2 Respon perilaku Respon perilaku yang timbul pada klien yang mengalami nyeri
dapat bermacam-macam. Meinhart dan Mc. Caffery 1983
menggambarkan fase perilaku terhadap nyeri yaitu: antisipasi, sensasi, dan pasca nyeri Mc. Caffery dalam Tamsuri, 2007.
Fase antisipasi merupakan fase yang paling penting dan merupakan fase yang memungkinkan individu untuk memahami nyeri. Individu
belajar untuk mengendalikan emosi kecemasan sebelum nyeri muncul, karena kecemasan dapat menyebabkan peringatan sensasi nyeri yang
terjadi pada klien dan atau tindakan ulang yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi nyeri menjadi kurang efektif.
Pada saat terjadi nyeri, banyak perilaku yang diungkapkan oleh seorang individu yang mengalami nyeri seperti menangis, meringis,
Universitas Sumatera Utara
meringkukkan badan, menjerit, dan bahkan berlari-lari. Pada fase paska nyeri, individu bisa saja mengalami trauma psikologis, takut, depresi, serta
dapat juga menjadi menggigil. 2.5.6 Respon Psikologis
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi individu. Individu
mengartikan nyeri sebagai suatu yang negatif cenderung memiliki suasana hati sedih, berduka, ketidakberdayaan, dan dapat berbalik menjadi rasa
marah dan frustasi. Sebaliknya pada induvidu yang memiliki persepsi nyeri sebagai pengalaman positif akan menerima nyeri yang dialaminya
Tamsuri, 2007.
2. 7 Manajemen nyeri