Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah gerakan luar biasa bukannya
tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas terlihat maupun teraba ekstremitas
yang diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot. 1.4.6 Pemendekan Ekstremitas
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melingkup i satu sama lain 2,5 sampai 5 cm 1-2 inci.
1.4.7 Krepitus Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat. 1.4.8 Pembengkakan lokal dan perubahan warna
Pembengkakan lokal dan perubahan warna pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru
terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
1.5 Proses Penyembuhan Fraktur
Proses penyembuhan fraktur bervariasi sesuai dengan ukuran tulang dan umur pasien. Faktor lainnya adalah tingkat kesehatan pasien secara
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan, atau kebutuhan nutrisi yang cukup. Berdasarkan proses penyembuhan fraktur, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.5.1 Proses Hematom Merupakan proses terjadinya pengeluaran darah hingga terbentuk
hematom bekuan darah pada daerah terjadinya fraktur tersebut, dan yang mengelilingi bagian dasar fragmen. Hematom merupakan bekuan darah
kemudian berubah menjadi bekuan cairan semi padat Discon Wright, 1992.
1.5.2 Proses Proliferasi Pada proses ini, terjadi perubahan pertumbuhan pembuluh darah
menjadi memadat, dan terjadi perbaikan aliran pembuluh darah Pakpahan, 1996.
1.5.3 Proses pembentukan callus Proses pembentukan callus pada orang dewasa antara 6-8 minggu,
sedangkan pada anak-anak 2 minggu. Callus merupakan proses pembentukan tulang baru, dimana callus dapat terbentuk di luar tulang
superiosteal callus dan di dalam tulang endosteal callus. Proses perbaikan tulang terjadi sedemikian rupa, sehingga trabekula yang
dibentuk tidak teratur oleh tulang imatur untuk sementara bersatu dengan ujung-ujung tulang yang patah sehingga membentuk suatu callus tulang
Pakpahan, 1996. 1.5.4 Proses konsolidasi penggabungan
Perkembangan callus secara terus-menerus, dan terjadi pemadatan tulang seperti sebelum terjadi fraktur, konsolidasi terbentuk antara 6-12
Universitas Sumatera Utara
minggu ossificasi dan antara 12-26 minggu matur. Tahap ini disebut dengan penggabungan secara terus-menerus Pakpahan, 1996.
1.5.5 Proses Remodeling Proses remodeling merupakan tahapan terakhir dalam penyembuhan
tulang, dan proses pengembalian bentuk semula. Proses terjadinya remodeling antara 1-2 tahun setelah terjadinya callus dan konsolidasi
Brunner Suddarth, 2001.
1.6 Komplikasi fraktur
1.6.1 Komplikasi awal a. Syok
Pada komplikasi awal dapat terjadi syok hipovolemik atau trumatik, akibat perdarahan baik kehilangan darah ekterna
maupun yang tidak kelihatan dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak Brunner Suddarth 2001.
b.Sindrom Emboli Lemak Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk ke dalam
darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stress
pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah Brunner Suddarth 2001.
c. Sindrom Kompartemen Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat
perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran
Universitas Sumatera Utara
kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat atau gips atau balutan yang menjerat. Bisa juga karena penigkatan
isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah misalnya iskemia, cedera remuk,
penyutikan bahan pengahancur jaringan Brunner Suddarth 2001.
1.6.2 Komplikasi lambat atau lanjutan a. Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan Mal-union atau
Non-union Penyatuan terlambat terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan
kecepatan normal untuk jenis dan tempat fraktur tertentu. Penyatuan terlambat mungkin berhubungan dengan infeksi
sistemik dan distraksi tarikan jauh fragmen tulang. Tidak adanya penyatuan terjadi karena kegagalan penyatuan ujung-
ujung patahan tulang Brunner Suddarth 2001. b.Nekrosis avaskular tulang
Nekrosis avaskular terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan mati. Dapat terjadi setelah fraktur, dislokasi, terapi kortikosteroid
dosis tinggi berkepanjangan, penyakit ginjal kronik, anemia sel sabit dan penyakit lain. Tulang yang mati mengalami kolaps atau
diabsorpsi dan diganti dengan tulang yang baru Brunner Suddarth 2001.
c. Reaksi terhadap alat fiksasi interna
Universitas Sumatera Utara
Alat fiksai interna biasanya diambil setelah penyatuan tulang telah terjadi, namun pada kebanyakan pasien alat tersebut tidak diangkat
sampai menimbulkan gejala. Nyeri dan penurunan fungsi merupakan indikator utama telah terjadinya masalah. Masalah