16
saraf adrenergik pada  vascular beds, dan pelepasan epinefrin dari medulla adrenal. Karena pelepasan rennin dari apparatus juxtaglomerular ginjal diaktivasi oleh beta-
adrenergik, maka aktivasi sistem  rennin-angiotensin juga turut ambil bagian dalam mencetuskan respon hipertensi pada LETI.
29
Dalam  suatu  penelitian  tentang  respon  kardiovaskuler  terhadap  LETI, dilakukan  evaluasi  terhadap  respon  laringoskopi  dan  intubasi  trakheal  secara
terpisah.  Dengan  menggunakan  intubasi  nasotrakheal  serat  optik  secara  sadar sehingga stimulus akibat laringoskopi rigid dan suksinilkolin dapat dihindari. Hal ini
hampir  sama  dengan  penelitian  Shribman  et  al
28
, yang  meneliti  tentang  respon
kardiovaskluer  dan  katekolamin  terhadap  laringoskopi  dengan  dan  tanpa  intubasi endotrakheal.  Mereka  mendapati  bahwa  terjadi  peningkatan  tekanan  darah  dan
konsentrasi  katekolamin  yang  bersirkulasi  secara  signifikan  pada  saat  tindakan laringoskopi  dengan  atau  tanpa  intubasi.  Akan  tetapi,  intubasi  berkaitan  dengan
peningkatan laju jantung  yang bermakna, sementara hal ini tidak terjadi jika hanya dilakukan  laringoskopi  saja.  Finfer  et  al
31
,    membandingkan  laringoskopi  langsung dengan  intubasi  menggunakan  serat  optik.  Mereka  mendapatkan  bahwa,  baik
intubasi  dengan  laringoskopi  dan  bronkhoskopi  menghasilkan  kenaikan  tekanan darah  dan  laju  jantung  yang  signifikan.  Sehingga  tampak  bahwa  peningkatan
maksimum  pada  tekanan  darah  terjadi  pada  saat  laringoskopi,  sedangkan  laju jantung akan maksimum meningkat pada saat intubasi endotrakheal.
2.3 Nyeri
Nyeri  dapat  didefenisikan  sebagai  pengalaman  sensori  dan  emosional  yang  tidak menyenangkan  yang  diakibatkan  oleh  adanya  kerusakan  jaringan  yang  jelas,
cenderung  rusak,  atau  sesuatu  yang  tergambarkan  seperti  yang  dialami International  Association  for  the  Study  of  Pain
.
27
Sensasi  nyeri  adalah  suatu fenomena  neuro-biokemikal,  ketika  terjadi  kerusakan  jaringan,  neurokemikal  akan
mengaktifasi  nosiseptor  pada  tempat  yang  rusak.  Nosiseptor  adalah  reseptor  nyeri yang ada diseluruh tubuh, letaknya terutama pada permukaan kulit, kapsula sendi, di
dalam periosteum, serta disekitar dinding pembuluh darah.
28
Universitas Sumatera Utara
17
Antara  stimuli  nyeri  sampai  dirasakan  sebagai  persepsi  nyeri  terdapat  suatu rangkaian  proses  elektrofisiologis  yang  secara  kolektif  disebut  sebagai  nosiseptif.
Ada  empat  proses  yang  terjadi  pada  suatu  nosiseptif  yaitu:  transduksi,  transmisi, modulasi,  dan  persepsi.  Transduksi  merupakan  proses  perubahan  rangsang  nyeri
menjadi  suatu  aktifitas  listrik  yang  akan  diterima  ujung-ujung  saraf.  Rangsang  ini dapat  berupa  stimulasi  fisik,  kimia  ataupun  panas.  Transmisi  adalah  proses
penyaluran  impuls  listrik  yang  dihasilkan  oleh  proses  transduksi  tadi  melalui  saraf sensorik. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A delta dan serabut C sebagai
neuron  pertama  dari  perifer  menuju  kornu  dorsalis  medulla  spinalis.  Pada  kornu dorsalis ini, neuron pertama tersebut akan menyilang garis tengah dan naik melalui
traktus  spinotalamikus  kontralateral    menuju  talamus,  yang  disebut  neuron  kedua. Neuron  kedua  ini  kembali  bersinaps  di  talamus  dengan  neuron  ketiga  yang
memproyeksikan stimulus nyeri melalui kapsula interna dan korona radiata menuju girus  postsentralis  korteks  serebri.  Modulasi  adalah  proses  modifikasi  terhadap
rangsang.  Modifikasi  ini  dapat  terjadi  pada  sepanjang  titik  dari  sejak  transmisi pertama  sampai  ke  korteks  serebri.  Modifikasi  dapat  berupa  augmentasi
peningkatan, ataupun inhibisi penghambatan. Persepsi adalah proses terahir, saat stimulasi  tersebut  mencapai  korteks  sehingga  mencapai  tingkat  kesadaran,
selanjutnya  diterjemahkan  dan  ditindak  lanjuti  berupa  tanggapan  terhadap  nyeri tersebut.
32
Seperti  yang  telah  diketahui  bahwa  tindakan  laringskopi  dan  intubasi endotrakhea  merupakan  salah  satu  prosedur  yang  menyakitkan.  Pengalaman
menyakitkan yang diperlukan sebagian pasien yang akan dianesthesi ini seharusnya tidak  perlu  dialami  pasien  dengan  cara  pemberian  agen-agen  anesthesia  seperti
sedasi, analgesia dan pelumpuh otot.
Universitas Sumatera Utara
18
Gambar 2.3-1.  Pain pathway 2.4
Respon Kardiovaskuler Pada Laringoskoi Dan Intubasi Endotrakhea
Laringoskopi  dan  tindakan  intubasi  endotrakhea  biasanya  membutuhkan  anestesi yang  lebih  dalam  karena  tindakan  ini  akan  menstimulasi  refleks  fisiologis,  antara
lain  pernafasan,  kardiovaskuler,  dan  neurologis.
33,34
Hal-hal  ini  dapat  digolongkan menjadi komplikasi yang disebabkan oleh penekanan struktur saluran nafas dengan
ETcuff  yang  kemudian  akan  merangsang  jalur  refleks.  Baik  sistem  saraf  simpatis maupun parasimpatis berperan terhadap sejumlah respon yang ditimbulkan.
34
Akibat dari  adanya  peningkatan  rangsangan  simpatis  oleh  karena  penekanan  pada  saraf
laringeus  superior dan  saraf  recurren  laringeus  oleh  ujung  laringoskop  maupun
ETT.
35,36,38
Peningkatan  rangsangan  simpatis  ini  akan  menyebabkan  kelenjar suprarenalis  mensekresi  hormon  adrenalin  dan  noradrenalin  sehingga  pada  sistem
kardiovaskuler  akan  terjadi  peningkatan  tekanan  darah,  dan  laju  jantung.  Oleh karena  kerja  hormon  adrenalin  dan  noradrenalin  tersebut  maka  terjadilah
peningkatan  permiabilitas  membran  sel  otot  jantung  terhadap  ion  natrium  dan  ion kalsium,  serta  peningkatan  frekuensi  denyut  jantung  akibat  pengaruhnya  ke  nodus
SA.  Peningkatan  permiabilitas  terhadap  kalsium  akan  meningkatkan  kekuatan
Universitas Sumatera Utara
19
kontraksi  otot  jantung.
25,38,39
Semakin  kuat  dan  lama  rangsangan  yang  ada  maka semakin banyak hormon yang disekresi sehingga tekanan darah dan laju darah akan
semakin meningkat.
39,40
Eferen dari outflow saraf simpatis untuk jantung berasal dari medula  spinalis  yang  terletak  antara  thorakal  1  –  thorakal  4,  sedangkan  untuk
medula  adrenal  terletak  antara  medula  spinalis  thorakal  3  sampai  dengan lumbal.
33,35,41
Outflow  tersebut  akan  dimodulasi  oleh  pusat  supraspinal.  Maka  dari itu, bila terjadi cedera pada medula spinalis, dapat mengubah respon hemodinamik
yang terjadi pada laringoskop dan intubasi endotrakhea.
33,39
Pada  tahun  1940,  Reid  and  Brace  untuk  pertama  kalinya  mendiskripsikan mengenai  respon  hemodinamik  pada  laringoskopi  dan  intubasi  endotrakhea.
Laringoskopi  and  intubasi  endotrakhea  telah  diketahui  sebagai  stimulus  respon simpatoadrenal,  yakni  hipertensi  ,  takikardi,  peningkatan  konsentrasi  katekolamin
dalam  plasma,  infark  miokard,  penurunan  kontraktilitas  miokard,  ventricular arhytmias
,  dan  hipertensi  intrakranial.
42
Hipoksia  dan  hiperbarik  dapat memperburuk respon otonom.
22,34
Besarnya respon akibat tekanan berkaitan dengan durasi laringoskopi, dan diperberat apabila terdapat kesulitan dalam memasang ET.
Perubahan  hemodinamik  yang  bersifat  sementara  ini  tak  akan  menimbulkan  resiko yang  merugikan  bagi  individu  sehat,  tetapi  pada  beberapa  pasien  dapat
mengakibatkan  timbulnya  gagal  ventrikel  kiri,  myocardial  ischemia  and  cerebral hemorrhage
.  Komplikasi  ini  biasanya  terjadi  pada  pasien  dengan  hipertensi, atheroma arteri koroner atau serebral, ischemic heart disease, disfungsi miokard, dan
peningkatan tekanan intraokuler serta intrakranial.
25
Berikut ini adalah berbagai macam respon hemodinamik akibat laringoskopi dan intubasi endotrakhea, antara lain:
34
1. Bradikardi biasanya terjadi pada infan fetus dan anak-anak selama laringoskopi dan intubasi. Hal ini berhubungan dengan respon laringospame. Jarang terlihat pada
orang  dewasa,  reflek  tersebut  akibat  dari  peningkatan  reflek  vagal  pada  nodus sinoatrialis  dan  hampir  sebuah  respon  monosinaptik  terhadap  rangsang  yang
berbahaya pada jalan nafas. 2.  Pada  remaja,  dan  dewasa  respon  yang  paling  umum  pada  intubasi  endotrakhea
adalah  hipertensi  dan  takikardi,  yang  dimediasi  oleh  eferen  simpatis  melalui  saraf
Universitas Sumatera Utara
20
kardioakselerator  dan  ganglion  rantai  simpatis.  Jalur  polisinap  alami  dari  afferen vagal  dan  glossofaringeal  ke  pusat  saraf  simpatis  melalui  batang  otak  dan  medula
spinalis  yang  menghasilkan  respon  otonom  yang  menyeluruh  yang  termasuk pelepasan dari norepinefrin dari saraf terminal adrenergik dan sekresi epinefrin dari
medula adrenal. Beberapa  diantaranya  respon  hipertensi  oleh  karena  intubasi  endotrakhea
juga  dihasilkan  dari  aktivasi  sistem  renin-angiotensin,  dengan  pelepasan  renin  dari apparatus juxtaglomerular ginjal, dan end-organ yang diinervasi oleh saraf terminal
β-adrenergic.
33,43
Respon  neuroendokrin  pada  intubasi  endotrakhea  yaitu  hipertensi  dan takikardi  menyebabkan  terjadinya  berbagai  jenis  komplikasi  pada  pasien  dengan
penyakit  jantung.  Efek  kardiovaskuler  yang  paling  sering  terjadi  yaitu  iskemik miokard  pada  pasien  dengan  insufisiensi  arteri  koroner,  dikarenakan  laju  jantung
heart  rate  dan  tekanan  darah  yang  menjadi  faktor  penentu  utama  dari  kebutuhan oksigen  miokard.
41
Peningkatan  kebutuhan  oksigen  miokard  yang  terjadi  karena adanya  hypertensive-tachycardic  response  ini  harus  diikuti  dengan  peningkatan
aliran  darah  kaya  oksigen  melalui  sirkulasi  arteri  koroner.  Akan  tetapi,  ketika terdapat satu atau lebih oklusi arteri koroner akan mengakibatkan aliran darah arteri
koroner yang relatif tetap, kemampuan untuk meningkatkan suplai aliran darah saat terjadi  episode  peningkatan  kebutuhan  oksigen  ini  menjadi  minimal.
24,44
Peningkatan  kebutuhan  oksigen  miokard  secara  tiba-tiba  dapat  mengakibatkan disfungsi miokardinfark jaringan terbuka.
34
Aktivasi  dari  sistem  saraf  saraf  otonom,  intubasi  endotrakhea  menstimulus aktivitas  sistem  saraf  pusat,  yang  dibuktikan  oleh  aktivitas  elektroensephalografi
EEG,  cerebral  metabolic  rate  CMR,  cerebral  blood  flow  CBF.  Pada  pasien compromised  intacranial  compliance,
peningkatan  CBF  dapat  mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial ICP,  yang akhirnya dapat menyebabkan herniasi
dari isi otak dan severe neurologic compromise.
34
Peningkatan  tekanan  darah  sebagai  respon  sistem  kardiovaskuler  terhadap laringoskopi dan intubasi endotrakhea baik tekanan diastolik maupun sistolik terjadi
pada  5  detik  setelah  laringoskopi  dan  mencapai  puncaknya  dalam  1-2  menit  lalu
Universitas Sumatera Utara
21
akan  kembali  seperti  sebelum  laringoskopi  dalam  5  menit.  Pada  individu  normal rata-rata  peningkatan  tekanan  darah  sistolik  dan  diastolik  lebih  dari  53  dan  34
mmHg.  Laju  jantung  meningkat  rata-rata  23  kalimenit.  Respon  laju  jantung  pada laringoskopi  sangat  bervariasi,  meningkat  pada  50  kasus.  Selama  tindakan
laringoskopi  jarang  terjadi  perubahan  EKG  biasanya  extrasystol  atau  ventricular premature contraction
, lain halnya pada tindakan intubasi endotrakhea.
45,48
Perubahan  hemodinamik  ini  dapat  diredam  dengan  lidocain  atau  fentanil. Obat-obat  hipotensif  seperti  sodium  nitroprussid,  nitroglycerin,  hidralazin,
penghambat beta, dan penghambat kanal kalsium, juga dijumpai efektif mengurangi respon  hipertensi  sesaat  yang  berhubungan  dengan  tindakan  laringoskopi  dan
intubasi trakheal.
47,48,49
Kesulitan  tindakan  laringoskopi  dijumpai  pada  lebih  dari  40  pasien  anak- anak dengan diabetes yang akan dilakukan transplantasi ginjal. Hal ini dapat terjadi
karena  adanya  diabetic  stiff  joint  syndrome,  sebuah  komplikasi  yang  sering  terjadi pada IDDM insulin depentdent diabetic mellitus, yang menyebabkan berkurangnya
mobilitas  sendi  atlanto-occipital.  Pada  pasien-pasien  diabetic  dengan  neuropati autonomi  terjadi  peningkatan  resiko  henti  jantungnafas  dan  hipotensi  intraoperatif
yang  membutuhkan  vassopressor.  Kemungkinan  terjadi  respon  pressor  yang berlebihan terhadap tindakan intubasi trakhea.
50
2.5 Fentanil