35
c. Randomisasi dilakukan dengan cara blok oleh relawan yang dilatih, masing-
masing blok terdiri dari 6 subjek, dengan jumlah kemungkinan kombinasi sekuens sebanyak 20 terlampir. Kemudian dijatuhkan pena di atas angka
random. Angka yang ditunjuk oleh pena tadi merupakan nomor awal untuk menentukan sekuens yang sesuai. Kemudian pilih 3 angka dengan digit 2 ke
bawah dari angka pertama tadi sampai diperoleh jumlah sekuens yang sesuai dengan besarnya sampel. Kemudian sekuens yang diperoleh disusun secara
berurutan sesuai dengan nomer amplop. d.
Obat disiapkan oleh relawan yang melakukan randomisasi peneliti dan pasien tidak mengetahui komposisi obat dalam spuit. Setelah melakukan
randomisasi dan menyiapkan obat, relawan tersebut memberikan kepada relawan II di dalam amplop putih untuk diberikan pada hari pelaksanaan
penelitian.
3.6.2.2 Pelaksanaan Penelitian
a. Setelah pasien tiba di ruang tunggu kamar bedah, pasien diperiksa ulang
terhadap identitas, diagnosa, rencana tindakan pembedahan, akses infus pastikan telah terpasang infus dengan venocath no. 18 dan threeway, dan
pastikan aliran lancar. b.
Kemudian pasien dibawa ke kamar operasi. Pasien diberikan preloading cairan Ringer Laktat 10 mlkgBB.
c. Dilakukan pengukuran tekanan darah, tekanan arteri rerata, denyut jantung,
dan rate pressure product. Kemudian dicatat sebagai data dasar T-0. d.
Kelompok A diberikan klonidin 3µgkgBB dilarutkan dalam 10 ml NaCl 0,9, kelompok B diberikan diltiazem 0.2 mgkgBB dilarutkan dalam 10 ml
NaCl 0,9. Kedua obat diberikan dalam waktu 5 menit, 15 menit sebelum intubasi.
e. 10 menit setelah pemberian premedikasi di atas, diberikan premedikasi
midazolam 0,1 mgkgBBIV pada kedua grup, kemudian diberikan premedikasi fentanil 2 µgkgBBIV pada kedua kelompok. Preoksigenasi 8
Lmenit selama 3 menit. Dilakukan pengukuran tekanan darah, tekanan arteri
Universitas Sumatera Utara
36
rerata, denyut jantung, dan pressure product. Kemudian dicatat sebagai data pre-induksi T-1.
f. Tiga menit setelah premedikasi pasien diinduksi dengan propofol 2
mgkgBBIV dan dilanjutkan dengan pemberian rokuronium 1 mgkgBB. Pasien diberikan oksigenasi dengan oksigen 8 Lmenit selama 2 menit.
g. Intubasi dilakukan dua menit setelah induksi rocuronium dengan lama
intubasi 10-30 detik. Laringoskopi dilakukan dengan menggunakan laringoskop “macintosh” dengan blade yang sesuai. Pipa endotrakheal sesuai
ukuran. Intubasi orotrakheal dilakukan oleh peneliti sendiri. Pemasangan ini tidak boleh lebih dari sekali.
h. Setelah intubasi, dilakukan pengukuran tekanan darah, tekanan arteri rerata,
denyut jantung, dan rate pressure product satu menit setelah intubasi sebagai data segera setelah induksi T-2, setelah diyakini pipa endotrakheal
berada pada posisi yang benar dilakukan pengisian cuff pipa endotrakheal. i.
Ventilasi tetap diberikan untuk mempertahankan kondisi normoventilasi dengan memberikan N
2
O dan oksigen tanpa memberikan gas inhalasi. j.
Selanjutnya pada menit ke-3 dan ke-5 setelah intubasi dilakukan pengukuran tekanan darah, tekanan arteri rerata, denyut jantung, dan rate pressure
product kemudian dicatat sebagai data post induksi T-3 dan T-4 dan selama
pencatatan manipulasi bedah tidak dilakukan.
3.7 Identifikasi Variabel
3.7.1 Variabel Independent
a. Klonidin 3µgkgBB intravena
b. Diltiazem 0.2 mgkgBB intravena
3.7.2 Variabel Dependent
a. Tekanan darah sistolik
b. Tekanan darah diastolik
c. Tekanan arteri rerata
d. Denyut nadi
e. Rate Pressure product
Universitas Sumatera Utara