E.   PENYERTAAN   DENGAN   KEALPAAN   CULPOSE DEELNEMING
Misal : 1. A memberi gunting kepada B yang katanya untuk
menggunting kain, tetapi ternyata digunakan oleh B untuk mencuri atau untuk membunuh.
2. Pada waktu B akan memasuki rumah C dengan maksud   mencuri,   ia   berkelakuan   seolah-olah
pura-pura kehilangan kunci rumah A yang pada waktu itu lewat dan sama sekali tidak tahu bahwa
B   berdiri   dimuka   rumah   orang   lain   dan   telah merencanakan   untuk   mencuri,   menolong   B
membuka kaca jendela sehingga B dapat masuk ke rumah C.
Dalam   contoh-contoh   diatas,   menurut   Vos,   A  tidak dapat dipidana karena adanya untuk “membujuk” atau
“membantu” menurut hukum pidana positif harus ada unsur sengaja. Unsur ini harus juga dipenuhi untuk :
-   Doenplegen      menyuruh   lakukan   dianalogikan dengan “membujuk”
-   Medeplegen      turut   serta   dianalogikan   dengan “membantu”.
Terhadap kasus serupa itu Karni juga berpendapat A tidak dapat dipidana karena adanya unsur “sengaja”
didalam   pasal   56   merupakan   anasir   subyektif   dari
pembantuan, artinya kesengajaan si pembantu harus diarahkan pada kejahatan yang bersangkutan.
F. PENYERTAAN MUTLAK PERLU NOODZAKELIJKE DEELNEMING  NECESSARY COMPLICITY.
Misal : 1. Pasal 149 : Menyuap membujuk seseorang untuk
tidak menjalankan haknya untuk memilih; 2. Pasal   238  :   membujuk  orang  untuk  masuk  dinas
militer Negara asing; 3. pasal 297 : bigamy
4. pasal 284 : perzinahan; 5. pasal 287 : melakukan hubungan kelamin dengan
anak perempuan di bawah umur 15 tahun; 6. Pasal 345 : menolong orang lain untuk bunuh diri.
Dalam   contoh-contoh   diatas,   delik   baru   terjadi   kalau ada orang lain kawan berbuat yang mau harus ada,
apabila   kawan   berbuat   itu   tidak   ada   maka   delik   itu tidak   dapat   dilakukan.   Inilah   yang   dimaksud   dengan
penyertaan   yang   tidak   dapat   dihindarkan   atau penyertaan yang harus dilakukan.
Mr.   Karni   menyebutnya   dengan   “istilah”   bekerja bersama-sama   yang   diharuskan   oleh   penegasan
delik . jadi istilah beliau  dimasukkan dalam pengertian “noodzakelijke   medeplegen”   turut   serta   yang
diharuskan,   karena   yang   dimaksud   dengan   istilah “bekerja  berbuat bersama-sama” oleh beliau adalah
sama dengan istilah “turut serta” medeplegen.
Dalam   pasal-pasal   diatas   ada   yang   menetapkan bahwa dipidana hanya si pelaku, tetapi ada juga yang
menetapkan bahwa kawan pelakunya dapat dipidana. Mengenai   pasal   287,   Kami   mempersoalkan
bagaimana   apabila   justru   yang   membujuk   terjadinya delik itu adalah anak perempuan yang belum berumur
15 tahun itu ? terhadap hal ini, kami menyatakan tidak keberatan untuk memidana anak gadis tersebut.
G.   TINDAKAN-TINDAKAN   SESUDAH   TERJADINYA TINDAK PIDANA SEBAGAI DELIK YANG BERDIRI