Apakah yang diartikan dengan sengaja ? KUHP kita tidak memberi definisi. Petunjuk untuk dapat mengetahui
arti kesengajaan, dapat diambil dari M.v.T. Memorie van Toelichting, yang mengartikan “kesengajaan” opzet
sebagai : “menghendaki dan mengetahui” willens en wetens. Pompe : 166. Jadi dapatlah dikatakan, bahwa
sengaja berarti menghendaki dan mengetahui apa yang dilakukan. Orang yang melakukan perbuatan dengan
sengaja menghendaki perbuatan itu dan disamping itu mengetahui atau menyadari tentang apa yang dilakukan
itu. Misal : seorang Ibu, yang sengaja tidak memberi susu kepada anaknya, menghendaki dan sadar akan
perbuatannya.
1. Teori-teori Kesengajaan
Berhubung dengan keadaan batin orang yang berbuat dengan sengaja, yang berisi menghendaki dan
mengetahui itu, maka dalam ilmu pengetahuan hukum pidana dapat disebut dua teori sebagai berikut:
a. Teori kehendak wilstheorie
Inti kesengajaan adalah kehendak untuk mewujudkan unsur-unsur delik dalam rumusan
undang-undang Simons, Zevenbergen b. Teori pengetahuan membayangkan voorstelling-
theorie Sengaja berarti membayangkan akan akibat
timbulnya akibat perbuatannya; orang tak bisa menghendaki akibat, melainkan hanya dapat
membayangkannya. Teori ini menitikberatkan pada apa yang diketahui atau dibayangkan oleh
sipelaku ialah apa yang akan terjadi pada waktu ia akan berbuat. Frank.
Terhadap perbuatan yang dilakukan sipelaku kedua teori itu tak ada perbedaan, kedua-duanya mengakui
bahwa dalam kesengajaan harus ada kehendak untuk berbuat. Dalam praktek penggunaannya, kedua teori
adalah sama. Perbedaannya adalah dalam istilahnya saja.
2. Bentuk Kesengajaan
Dalam hal seseorang melakukan sesuatu dengan sengaja dapat dibedakan 3 bentuk sikap
batin, yang menunjukkan tingkatan atau bentuk dari kesengajaan sebagai berikut :
a. kesengajaan sebagai maksud opzet als oogmerk untuk mencapai suatu tujuan yang dekat; dolus
directus b. kesengajaan dengan sadar kepastian opzet met
zekerheidsbewustzijn atau
noodzakkelijkheidbewustzijn c. kesengajaan dengan sadar kemungkinan dolus
eventualis atau voorwaardelijk-opzet Bentuk kesengajaan ini merupakan bentuk
kesengajaan yang biasa dan sederhana. Perbuatan sipelaku bertujuan untuk menimbulkan akibat yang
dilarang. Kalau akibat ini tidak akan ada, maka ia tidak akan berbuat demikian. Ia menghendaki perbuatan
beserta akibatnya. Misal : A menempeleng B. Amenghendaki sakitnya B
agar B tidak membohong.
Perhatikan : haruslah ditoh:bedakan antara tujuan dan motif. Motif suatu perbuatan adalah alasan yang
mendorong untuk berbuat misalnya cemburu, jengkel dsb.
Dalam hal delik materiil harus dihubungkan faktor kausa yang menghubungkan perbuatan dengan
akibat kausalitas dimana : 1. akibat yang memang dituju sipelaku. Ini dapat
merupakan delik tersendiri atau tidak. 2. akibat yang tidak didinginkan tetapi merupakan
suatu keharusan untuk mencapai tujuan dalam no. 1 tadi, akibat ini pasti timbul atau terjadi.
Contoh 1 :
A hendak membunuh B dengan tembakan pistol. B duduk di balik kaca jendela restoran. Penembakan
terhadap B pasti akan memecahkan kaca pemilik restoran itu.
Terhadap terbunuhnya B kesengajaan merupakan tujuan sedangkan terhadap rusaknya kaca ps. 406
KUHP ada kesengajaan dengan keinsyafan kepastian atau keharusan sebagai syarat tercapainya
tujuan. Dalam hal ini ada keadaan tertentu yang semula
merupakan diperkirakan sipelaku sebagai kemungkinan terjadi kemudian ternyata benar-benar
terjadi merupakan resiko yang harus diemban sipelaku.
Contoh 2 :
A hendak membalas dendam B yang bertempat tinggal di Hoorn. A mengirim kue taart yang beracun
dengan maksud untuk membunuhnya. A tahu bahwa ada kemungkinan istri B, yang tidak berdosa itu juga
akan makan kue tersebut dan meninggal karenanya, meskipun A tahu akan hal terakhir ini namun ia tetap
mengirim kue tersebut, oleh karena itu kesengajaan dianggap tertuju pula pada matinya istri B. Dalam
batin si A, kematian tersebut tidak menjadi persoalan baginya.
Jadi dalam kasus ini : Ada kesengajaan sebagai tujuan terhadap matinya B
dan kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan terhadap kematian istri B Arrest H.R. 9 Maret 1911
Contoh 3 :
Seorang yang melakukan penggelapan, merasa bahwa akhirnya ia akan ketahuan. Ia ingin
menghindarkan diri dari peradilan dunia dan hendak membunuh dirinya dengan merencanakan sustu
kecelakaan lalu – lintas, Ia menabrakkan mobil yang dikendarainya kepada otobis yang berisi penumpang.
Tujuannya agar uang asuransinya yang sangat tinggi 1 ton itu dapat dibayarkan kepada soprnya.
Tetapi ini gagal, ia tidak mati, hanya luka-luka. Beberapa penumpang bis mengalami luka dan
seorang diantaranya luka yang membahayakan jiwa. R.v.J Raad van Justitie Semarang yang diperkuat
oleh Hoogerechtshof dalam tingkat banding menyatakan terdakwa bersalah telah melakukan
penganiayaan berat. Pertimbangannya antara lain sebagai berikut:
Meskipun terdakwa tidak mengharapkan penumpang- penumpang bis mendapat luka-luka, namun akibat ini
ada dalam kesengajaanya, sebab iatetap melakukan perbuatan itu, meskipun ia sadr akan akibat yang
mungkin terjadi. Kasus ini adalah pengalaman Jokers, ketika menjadi Jaksa Tinggi Officier van Justitie pada
R.v.J di Semarang.
3. Dolus Eventualis