BAB IV
SIFAT MELAWAN HUKUM
Rechtswdrig, Unrecht, Wederrechtelijk, Onrechmatig
A. Istilah dan Pengertian
KUHP memakai istilah bermacam-macam :
a. tegas dipakai istilah “melawan hukum”,
wederrechtelijk dalam pasal 167, 168, 335 1, 522;
b. dengan istilah lain misalnya : “tanpa
mempunyai hak untuk itu” pasal 303, 548, 549; “tanpa izin” zonder verlof pasal 496, 510;
“dengan melampaui kewenangannya” pasal 430; “tanpa mengindahkan cara-cara yang ditentukan
oleh peraturan umum” pasal 429. Alasan pembentuk undang-undang itu mencantumkan
unsur sifat melawan hukum itu tegas-tegas dalam sesuatu rumusan delik karena pembentuk undang-
undang khawatir apalagi unsur melawan hukum itu tak dicantumkan dengan tegas, yang berhak atau
berwenang untuk melakukan perbuatan-perbuatan sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang itu,
mungkin dipidana pula. Arti istilah bersifat melawan hukum itu terdapat tiga
pendirian: 1. bertentangan dengan hukum Simons
2. bertentangan dengan hak subyektief recht orang lain Noyon
3. tanpa kewenangan atau tanpa hak, hal ini tidak perlu bertentangan dengan hukum H.R.
Salah satu unsur dari tindak pidana adalah unsur sifat melawan hukum. Unsur ini merupakan
suatu penilaian obyektif terhadap perbuatan, dan bukan terhadap si Pembuat. Bilamana sesuatu
perbuatan itu dikatakan melawan hukum ? Orang akan menjawab : “apabila perbuatan itu masuk dalam
rumusan delik sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang”. Dalam bahasa Jerman ini disebut
“tatbestandsmaszig”. Tasbestand disini dalam arti sempit, ialah unsur seluruhnya dari delik sebagaimana
dirumuskan dalam peraturan pidana. Tasbestand dalam arti sempit ini terdiri atas tasbestand mer male,
ialah masing-masing unsur dari rumusan delik. Pengecualian atas tasbestand mer male,
dapat dikecualikan atas perbuatan yang memenuhi rumusan delik tatbestandsmaszig itu tidak
senantiasa bersifat melawan hukum, sebab mungkin
ada hal yang menghilangkan sifat melawan hukumnya perbuatan tersebut. Misalnya dalam melaksanakan
perintah undang-undang ps. 50 KUHP : 1
regu penembak, yang menembak mati seorang terhukum yang telah dijatuhi
hukuman pidana mati, memenuhi unsur-unsur delik tersebut pasal 338 KUHP. Perbuatan mereka
tidak melawan hukum. 2
Jaksa menahan orang yang sangat dicurigai telah melakukan kejahatan. Ia tidak dapat
dikatakan melakukan kejahatan tersebut pasal 333 KUHP, karena ia melaksanakan undang-undang
terdapat dalam peraturan hukum acara pidana sehingga tidak ada unsur melawan hukum.
Di dalam kedua contoh tersebut hal yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan
terdapat di dalam undang-undang. Namun dalam kasus :
- seorang ayah memukul seorang pemuda yang
memperkosa anak-anaknya
- seorang menembak mati temannya atas
permintaan sendiri, karena ia luka-luka berat dan tidak mungkin hidup terus, apalagi jauh dari dokter,
karena dalam ekspedisi di Kutub Selatan -
seorang bioloog membedah binatang-binatang vivisectie untuk penyelidikan ilmiah.
Maka timbul persoalan ada tidaknya sifat melawan hukumnya perbuatan. Contoh lain yang
mempermasalahkan unsur melawan hukum adalah : -
Putusan PN Sawahlunto 10 Setember 1936 Seorang perempuan Minangkabau hidup bersama
dengan seorang laki-laki dengan siapa ia menurut hukum adat dilarang kawin. Berhubung dengan
pelanggaran adat ini, maka Mamak dari perempuan ini bersama-sama dengan orang lain
mendatangi orang tersebut untuk dimintai pertanggungjawaban dan untuk membawa laki-laki
itu ke Wali Negeri. Oleh karena perempuan itu tidak mau membuka pintu rumahnya pintu
didobrak.
Pengadilan Negeri berpendapat perbuatan Mamak cs melanggar pasal KUHP merusak ketentraman
rumah, dan memidana Mamak 3 bulan penjara dan lain-lainnya masing-masing 2 bulan. Alasan
- Arrest Hoge Raad 20 Pebruari 1933
Seorang dokter hewan di kota Huizen dengan sengaja memasukkan sapi-sapi yang sehat ke
dalam kandang yang berisi sapi-sapi yang sudah sakit mulut dan kuku, sehingga membahayakan
sapi-sapi yang sehat itu. Perbuatan dokter hewan itu tegas-tegas masuk dalam rumusan delik
tesebut dalam pasal 82 undang-undang ternak, ialah dengan sengaja menempatkan ternak dalam
keadaan yang membahayakan mengkhawatirkan. Ketika dituntut, dokter hewan mengemukakan
pada pokoknya, bahwa perbuatan itu dilakukan untuk kepentingan
peternakan. Putusan Mahkamah Agung Belanda : Pasal 82 Undang-
undang ternak tidak dapat diterapkan kepada dokter hewan itu. Pertimbangannya antara lain :
“tidak dapat dikatakan, bahwa seseorang yang melakukan perbuatan yang diancam pidana itu
mesti dipidana, apabila undang-undang sendiri tidak dengan tegas-tegas menyebut adanya
alasan-alasan penghapus pidana, mungkin sekali dapat terjadi, bahwa unsur sifat melawan hukum
tidak dicantumkan di dalam rumusan delik dan meskipun demikian tidak ada pemidanaan, karena
dalam hal ini sifat melawan hukumnya perbuatan ternyata tidak ada, sehingga oleh karenanya pasal
yang bersangkutan tidak berlaku terhadap perbuatan yang secara letterlijk memenuhi
rumusan delik”.
Pembagian Ajaran Sifat Melawan Hukum
Menjawab persoalan tersebut maka hukum pidana membagi ajaran sifat melawan hukum dalam dua
sudut pandang yaitu : 1.
menurut ajaran sifat melawan hukum yang formil
suatu perbuatan itu bersifat melawan hukum, apabila perbuatan diancam pidana dan
dirumuskan sebagai suatu delik dalam undang-
undang; sedang sifat melawan hukumnya perbuatan itu dapat hapus, hanya berdasarkan
suatu ketentuan undang-undang. Jadi menurut ajaran ini melawan hukum sama dengan melawan
atau bertentangan dengan undang-undang hukum tertulis.
Menurut Simons, “Memang boleh diakui, bahwa suatu perbuatan, yang masuk larangan dalam
sesuatu undang-undang itu tidaklah mutlak bersifat melawan hukum, akan tetapi tidak adanya sifat
melawan hukum itu hanyalah bisa diterima, jika di dalam hukum positif terdapat alasan untuk suatu
pengecualian berlakunya ketentuan larangan itu. Alasan untuk menghapuskan sifat melawan hukum
tidak boleh diambil di luar hukum positif dan juga alasan yang disebut dalam undang-undang tidak
boleh diartikan lain daripada secara limitatief. 2.
menurut ajaran sifat melawan hukum yang materiil
Suatu perbuatan itu melawan hukum atau tidak, tidak hanya yang terdapat dalam undang-undang
yang tertulis saja, akan tetapis harus dilihat berlakunya azas-azas hukum yang tidak tertulis.
Sifat melawan hukumnya perbuatan yang nyata- nyata masuk dalam rumusan delik itu dapat hapus
berdasarkan ketentuan undang-undang dan juga berdasarkan aturan-aturan yang tidak tertulis uber
gezetzlich. Jadi menurut ajaran ini melawan hukum sama
dengan bertentangan dengan undang-undang hukum tertulis dan juga bertentangan dengan
hukum yang tidak tertulis termasuk tata susila dan sebagainya sebagaimana para sarjana yang
menganut ajaran sifat melawan hukum yang meteriil ialah :
a Von Liszt : perkosaan atau pembahayaan terhadap kepentingan hukum hanyalah
bersifat melawan hukum materiil materiel rechts widrig, jika perbuatan itu bertentangan
dengan tujuan ketertiban hukum den Zwecken der das Zusammenleben regelnden
Recht sordnung widerspricht; kalau tidak
bertentangan dengan tujuan itu, maka tidak bersifat melawan hukum.
b Zu Dohna mengatakan : Suatu perbuatan itu tidak melawan hukum jika
perbuatan itu merupakan upaya yang haq untuk tujuan yang haq richtiges Mittel zum
techten zwecke. Contohnya ialah seorang yang memukulpemuda yang memperkosa
anak perempuannya. Di sini menurut Zu Dohna perbuatan ayahnya tidak bersifat
melawan hukum. c
M.E. Mayer mengatakan : Perbuatan itu melawan hukum materiil atau
tidak, ditentukan oleh norma kebudayaan kulturnorm. Sifat melawan hukum itu, berarti
bertentangan dengan kulturnorm yang diakui oleh negara. Kalau perbuatan itu sesuai
dengan kulturnorm itu maka sifat melawan hukumnya hapus.
d Zevenbergen
Onrechtmatigheid adalah syarat yang umum, obyektif yang berdiri sendiri, yang biasanya
ada jika suatu perbuatan memenuhi rumusan delik dalam undang-undang, tetapi mengenai
hal itu harus diselidiki untuk tiap-tiap kejadian yang kongkrit, apakah yang diharapkan oleh
ketertiban hukum. Dalam hal ada keraguan mengenai sifat melawan hukum maka tidak
boleh ada penjatuhan pidana. e Van Hattum
Dengan adanya keputusan Hoge Raad tentang dokter hewan Huizen itu, ia katakan :
dengan itu menurut hemat saya mer van Hattum telah diterima ajaran sifat melawan
hukum yang materiil oleh Hoge Raad dan telah dipecahkan persoalan mer azas-azas
yang boleh dikatakan benar dalam ajaran “penentuan hukum” dewasa ini in de
hedendaagse leer Her rechtsvir onbetwist. Persaksian terhadap sifat melawan hukum
yang materiil itu harus dilakukan secara hati-
hati, dan istimewa hakim harus membuka diri pada peristiwa-peristiwa yang kongkrit. Misal
abortus protus ps. 348 KUHP bisa tidak melanggar hukum berdasarkan petunjuk
eugenetisch atau sosial. Eugenetiek adalah ajaran yang mempelajari perbaikan ras
keturunan. Kesimpulan mengenai persoalan melawan hukumnya
perbuatan, bila suatu perbuatan itu memenuhi rumusan delik, maka itu menjadikan tanda indikasi
bahwa perbuatan itu bersifat melawan hukum. Akan tetapi sifat itu hapus apabila diterobos dengan adanya
alat pembenar rechtvaardigingsgrond. Bagi mereka yang menganut ajaran sifat melawan hukum yang
formil alasan pembenar itu hanya boleh diambil dan hukum yang tertulis, sedang penganut ajaran sifat
melawan hukum yang materiil alasan itu boleh diambil dan luar hukum yang tertulis.
Berkaitan dengan hukum tertulis maka hakim dalam perkara kongkrit yang sedang dihadapi harus
mempertimbangkan :
a. Apabila ada persoalan mengenai hukum yang tidak tertulis yang bertentangan dengan hukum
yang tertulis, maka perlu dipertimbangkan betul- betul sampai dimanakah hukum tak tertulis itu
dapat menyisihkan peraturan yang tertulis, yang dibuat dengan sah. Benarkah yang dipandang
adil oleh suatu golongan dalam masyarakat biasa, juga dipandang adil benar oleh seluruh
masyarakat pada umumnya. b. Apabila ada persoalan mengenai hukum yang
tidak tertulis yang bertentangan dengan hukum yang tertulis, maka perlu dipertimbangkan betul-
betul sampai dimanakah hukum tak tertulis itu dapat menghapuskan kekuatan berlakunya
peraturan yang tertulis dsb. c. Sampai dimanakah rasa keadilan dan keyakinan
masyarakat dapat menyisihkan peraturan yang tertulis, yang dibuat dengan sah.
Ini adalah beban yang berat bagi hakim, sebab tiap- tiap keputusan harus memuat alasan yang mendasari
keputusan itu. Maka hakim harus benar-benar mengetahui bagaimanakah keadaan masyarakat
lebih-lebih keadaan masyarakat Indonesia yang dinamis yang bergerak menuju suatu masyarakat
yang dicita-citakan, ialah masyarakat Pancasila mata, pikiran dan perasaan hakim harus tajam untuk dapat
menangkap apa yang sedang terjadi dalam masyarakat, agar supaya putusannya tidak
kedengaran sumbang. Hakim dengan seluruh kepribadiannya harus bertanggung jawab atas
kebenaran keputusannya, baik secara formil maupun secara materiil.
Mengenai pengertian melawan hukum yang materiil itu perlu dibedakan :
- dalam fungsinya yang negatif
Ajaran sifat melawan hukum yang materiil dalam fungsinya yang negatif mengakui kemungkinan
adanya hal-hal yang ada di luar undang-undang melawan hukumnya perbuatan yang memenuhi
rumusan undang-undang, jadi hal tersebut sebagai alasan penghapus sifat melawan hukum.
- dalam fungsinya yang positif
Pengertian sifat melawan hukum yang materiil dalam fungsinya yang positif menganggap sesuatu
perbuatan tetap sebagai sesuatu delik, meskipun tidak nyata diancam dengan pidana dalam
undang-undang, apabila bertentangan dengan hukum atau ukuran-ukuran lain yang ada di luar
undang-undang. Jadi disini diakui hukum yang tak tertulis sebagai sumber hukum yang positif.
Kalau Seminar Hukum Nasional tersebut di atas menganut ajaran sifat melawan hukum yang
materiil tentunya hal tersebut dalam fungsinya yang negatif. Ini adalah konsekwensi dari
diterimanya azas legalitas untuk KUHP. Nasional nanti dan masih berlakunya KUHP yang sekarang
ini dimana juga masih tercantum azas seperti tersebut dalam pasal 1. Suatu negara yang
mengakui azas nullum delictum dalam arti yang sebenarnya tidak mungkin menganut ajaran sifat
melawan hukum yang materiil dalam fungsinya yang positif. Misal A membunuh B dengan alasan
bahwa B telah membunuh C kakak dari A. Memang di daerah yang bersangkutan ada
anggapan bahwa hutang nyawa harus disaur dengan nyawa.
B. Pembuktian Unsur Sifat Melawan Hukum