DASAR PATUT DIPIDANANYA PERCOBAAN

diutamakan adalah perbuatan yang tak boleh dilakukan.

III. DASAR PATUT DIPIDANANYA PERCOBAAN

Mengenai dasar pemidanaan terhadap percobaan ini, terdapat beberapa teori sbb: 1. Teori Subyektif Menurut teori ini, dasar patut dipidananya percobaan terletak pada sikap batin atau watak yang berbahaya dari si pembuat. Termasuk penganut teori ini ialah Van Hamel. 2. Teori Obyektif Menurut teori ini, dasar patut dipidananya percobaan terletak pada sifat berbahayanya perbuatan yang dilakukan oleh si pembuat. Teori ini terbagi dua, yaitu : 2.a. Teori obyektif-formil. Yang menitik beratkan sifat berbahayanya perbuatan itu terhadap tata hukum. 2.b. Teori obyektif-materiil. Yang menitik beratkan sifat berbahayanya perbuatan itu terhadap kepentingan benda hukum. Penganut teori ini antara lain Simons. 3. Teori Campuran. Teori ini melihat dasar patut dipidananya percobaan dari dua segi, yaitu : sikap batin pembuat yang berbahaya segi subyektif dan juga sifat berbahayanya perbuatan segi obyektif. Termasuk dalam teori ini ialah pendapat Langemeyer dan Jonkers. Namun karena dalam kenyataanya, pelaksanaan dari teori ini tidak mudah, mereka nampaknya lebih cendrung pada teori subyektif. Prof. Moelyatno dapat dikategorikan sebagai penganut teori campuran. Menurut beliau rumusan delik percobaan dalam pasal 53 KUHP mengandung dua inti yaitu : yang subyektif niat untuk melakukan kejahatan tertentu dan yang obyektif kejahatan tersebut telah mulai dilaksanakan tetapi tidak selesai. Dengan demikian menurut beliau, dalam percobaan tidak mungkin dipilih salah satu diantara teori obyektif dan teori subyektif karena jika demikian berarti menyalahi dua inti dari delik percobaan itu; ukurannya harus mencakup dua criteria tersebut subyektif dan obyektif. Di samping itu beliau mengatakan bahwa baik teori subyektif maupun obyektif, apabila dipakai secara murni akan membawa kepada ketidak adilan.

IV. UNSUR-UNSUR PERCOBAAN