PENUTUP PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PENGEDARAN DAN PENJUALAN BARANG HASIL PELANGGARAN HAK CIPTA (Studi Putusan No. 128/Pid/2013/PT.TK.)

Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai suatu pelanggaran hak cipta apabila perbuatan tersebut melanggar hak eksklusif dari pencipta atau pemegang hak cipta. Perbuatan yang ‘tidak’ dianggap sebagai pelanggaran hak cipta hal-hal sebagai berikut: 1 a. Pengumuman danatau perbanyakan Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan menurut sifatnya yang asli; b. Pengumuman danatau perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan danatau diperbanyak oleh atau atas nama pemerintah, kecuali jika hak cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan perundang-undangan maupun dengan pernyataan pada ciptaan itu sendiri atau ketika ciptaan itu diumumkan danatau diperbanyak; atau c. Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, lembaga penyiaran dan surat kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap. Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan: a. Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta; Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan; b. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan: 1 pembelaan di dalam atau di luar pengadilan; 2 ceramah yang semata2 untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; 3 pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentua tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta. c. Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika perbanyakan tersebut bersifat komersial; d. Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apapun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan dan pusat dokumentasi yang bersifat non komersial semata-mata untuk keperluan aktifitasnya; e. Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya arsitektur, seperti ciptaan bangunan; f. Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri. 1 Ardimoviz, http:hitamandbiru.com201207pelanggaran-hak-cipta.html diakses pada tanggal 10 Juni 2015 pukul 10.30 Wib.

B. Pertanggungjawaban Pidana

Menurut Barda Nawawi Arief 2 bahwa pertanggungjawaban pidana atau kesalahan schuldguiltmens rea, yaitu diteruskannya celaan yang objektif yang ada pada tindak pidana dan secara subjektif kepada seseorang yang memenuhi syarat untuk dapat dijatuhi pidana karena perbuatannya itu. Pentingnya pertanggungjawaban pidana atau kesalahan, yaitu tidak seorang pun yang melakukan tindak pidana dipidana tanpa kesalahan. Kesalahan terdiri dari unsur-unsur kemampuan bertanggung jawab, kesengajaan, kealpaan, dan tidak ada alasan pemaaf. “Asas kesalahan” Geen straf zonder schuld; Keine Strafe ohne Schuld; No punishment without Guilt; asas Mens rea atau “asas Culpabilitas” di dalam KUHP tidak ada. Asas “tiada pidana tanpa kesalahan” asas culpabilitas ini merupakan salah satu asas fundamental. Oleh karena itu perlu ditegaskan secara eksplisit di dalam Konsep RUU KUHP sebagai pasangan dari asas legalitas. Penegasan ini merupakan perwujudan pula dari ide keseimbangan monodualistik. Konsep tidak memandang kedua asassyarat itu sebagai syarat yang kaku dan bersifat absolut. Konsep juga memberikan kemungkinan dalam hal-hal tertentu untuk menerapkan asas “strict liability”, asas “vicarious liability”, dan asas “pemberian maafpengampunan oleh hakim” “rechterlijk pardon” atau “judicial pardon”. Asas strict liability adalah undang-undang dapat menentukan bahwa seseorang dapat dipidana semata-mata karena telah dipenuhinya unsur-unsur tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan adanya kesalahan. Asas ini hanya berlaku terhadap tindak pidana tertentu. Asas “vicarious liability” adalah setiap 2 Barda Nawawi Arief, 2009, Perkembangan Sistem Pemidanaan di Indonesia, Universitas Diponegoro, Semarang, hlm. 49.