Teori Utilitarian Teori Pemidanaan

utilitarian 33 sebagai berikut: a. Tujuan pidana adalah pencegahan; b. Pencegahan bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, yaitu kesejahteraan masyarakat; c. Hanya orang yang dapat dipersalahkan yang dapat dipidana; d. Pidana harus ditetapkan berdasarkan tujuannya sebagai alat pencegahan kejahatan; e. Pidana berorientasi ke depan; pidana dapat mengandung unsur pencelaan, tetapi baik unsur pencelaan maupun unsur pembalasan tidak dapat diterima jika tidak dapat membantu pencegahan kejahatan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat.

3. Teori Integratif

Beranjak dari ketidakpuasan prinsip-prinsip retributif maupun utilitarian, maka teori integratif berusaha menggabungkan kedua prinsip teori tersebut, sehingga seringkali teori ini disebut aliran integratif. Penulis yang pertama kali menganjurkan teori ini adalah Pellegrono Rossi 1787- 1848. 34 Sekalipun ia menganggap pembalasan sebagai asas dari pidana dan bahwa berat pidana tidak boleh melampaui suatu pembalasan yang adil, namun dia berpendirian, bahwa pidana mempunyai berbagai pengaruh antara lain perbaikan suatu yang rusak dalam masyarakat dan prevensi general. Teori ini menganjurkan adanya kemungkinan untuk mengadakan artikulasi 33 Ibid., hlm. 16, 18, 19. 34 Ibid., hlm. 19. terhadap teori pemidanaan yang mengintegrasikan beberapa fungsi sekaligus, yaitu bersifat retributif dan sekaligus juga mempunyai sifat utilitarian, misalnya pencegahan dan rehabilitasi, yang kesemuanya harus dilihat sebagai sasaran-sasaran yang harus dicapai oleh suatu rencana pemidanaan. Jadi dalam hal ini, pidana dan pemidanaan terdiri dari proses kegiatan terhadap pelaku tindak pidana, yang dengan suatu cara tertentu diharapkan untuk dapat mengasimilasikan kembali narapidana ke dalam masyarakat. Seiring dengan itu masyarakat menuntut agar individu tersebut diperlakukan dengan suatu yang juga dapat memuaskan permintaan atau kebutuhan pembalasan. Lebih lanjut hal tersebut diharapkan dapat menunjang tujuan yang bermanfaat, yang dalam hal ini harus ditentukan secara kasuistis. Hal inilah yang sering menimbulkan anggapan pidana sebagi seni punishment as an art. 35 Sehubungan dengan teori-teori tujuan pemidanaan di atas, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat ahli hukum mengenal tujuan pidana. Menurut Richard D. Schwart dan Jerome H. Skolnick, 36 sanksi pidana dimaksudkan untuk: a. Mencegah terjadinya pengulangan tindak pidana; b. Mencegah orang melakukan perbuatan yang sama seperti yang dilakukan terpidana; c. Menyediakan saluran untuk mewujudkan motif-motif balas dendam. Di samping mengemukakan adanya empat teori mengenai dasar pembenaran pidana teori retribution, deterrence, incapatitation, dan rehabilitation, John Kaplan menyebutkan pula adanya dasar pembenaran pidana yang lain, yaitu: 35 Ibid., hlm. 58. 36 Ibid., hlm. 20-21. a. Untuk menghindari balas dendam; b. Adanya pengaruh yang bersifat mendidik; dan c. Mempunyal fungsi memelihara perdamaian. G. Peter Hoefnagels berpendapat, bahwa tujuan pidana adalah untuk: a. Penyelesalan konflik; b. Mempengaruhi para pelanggar dan orang-orang lain ke arah perbuatan yang kurang lebih sesuai dengan hukum. Sejalan dengan pendapat di atas, secara tegas H.L. Packer 37 menyatakan, bahwa ada dua dan hanya dua tujuan akhir yang hendak dicapai dari pemidanaan, yaitu memberikan pembalasan berupa penderitaan terhadap pelaku kejahatan dan untuk pencegahan kejahatan. Memang mungkin dibedakan sejumlah tujuan spesifik, tetapi pada akhirnya semua itu hanyalah cara-cara pertengahan yang termasuk ke dalam salah satu tujuan tersebut. 37 Ibid., hlm. 17.