B. Pertanggungjawaban Pidana
Menurut Barda Nawawi Arief
2
bahwa pertanggungjawaban pidana atau kesalahan schuldguiltmens  rea, yaitu diteruskannya  celaan  yang  objektif  yang  ada  pada
tindak pidana dan secara subjektif kepada seseorang yang memenuhi syarat untuk dapat  dijatuhi  pidana  karena  perbuatannya  itu.  Pentingnya pertanggungjawaban
pidana atau  kesalahan,  yaitu  tidak  seorang  pun  yang melakukan  tindak  pidana dipidana  tanpa  kesalahan.  Kesalahan  terdiri  dari  unsur-unsur  kemampuan
bertanggung jawab, kesengajaan, kealpaan, dan tidak ada alasan pemaaf. “Asas  kesalahan”  Geen  straf  zonder  schuld;  Keine  Strafe  ohne  Schuld;  No
punishment  without  Guilt;  asas Mens  rea atau  “asas  Culpabilitas”  di  dalam KUHP  tidak  ada.  Asas    “tiada  pidana  tanpa  kesalahan”  asas  culpabilitas  ini
merupakan  salah  satu  asas  fundamental.  Oleh  karena  itu  perlu  ditegaskan  secara eksplisit  di  dalam  Konsep RUU  KUHP sebagai  pasangan  dari  asas  legalitas.
Penegasan ini merupakan perwujudan pula dari ide keseimbangan monodualistik.
Konsep  tidak  memandang  kedua  asassyarat  itu  sebagai  syarat  yang  kaku  dan bersifat  absolut.  Konsep  juga  memberikan  kemungkinan  dalam  hal-hal  tertentu
untuk  menerapkan  asas    “strict  liability”,  asas  “vicarious  liability”,  dan  asas “pemberian  maafpengampunan  oleh  hakim”  “rechterlijk  pardon”  atau  “judicial
pardon”.  Asas strict  liability adalah  undang-undang  dapat  menentukan  bahwa seseorang  dapat  dipidana  semata-mata  karena  telah  dipenuhinya  unsur-unsur
tindak  pidana  tersebut  tanpa  memperhatikan  adanya  kesalahan.  Asas  ini  hanya berlaku  terhadap  tindak  pidana  tertentu.  Asas  “vicarious  liability”  adalah  setiap
2
Barda  Nawawi  Arief,  2009, Perkembangan  Sistem  Pemidanaan  di  Indonesia,  Universitas Diponegoro, Semarang, hlm. 49.
orang dapat dipertanggungjawabkan atas tindak pidana yang dilakukan oleh orang lain. Asas ini harus ditentukan oleh undang-undang.
Bab Pertanggungjawaban  Pidana
Konsep  itu  juga  mengatur  masalah “Kekurangmampuan
Bertanggung Jawab”
“verminderde toerekenings-
vatbaarheid”; Diminished Mental Capacity; Diminished Responsibility, masalah “pertanggungjawaban  terhadap  akibat  yang  tidak  ditujutidak  dikehendakitidak
disengaja”  Erfolgshaftung,  dan  masalah  “kesesatan”  ErrorDwalingMistake. Kesemua  itu  juga  tidak  diatur  di  dalam  KUHP.  Masalah pertanggungjawaban
pidana juga berhubungan dengan masalah “subyek tindak pidana”, oleh karena itu di  dalam  Bab Pertanggungjawaban  Pidana ini  ada  pula  ketentuan  tentang  subjek
berupa “korporasi”, yang selama ini juga belum diatur dalam KUHP WvS.
Pertanggungjawaban pidana  harus diperhatikan  bahwa  hukum  pidana  harus digunakan  untuk  mewujdkan  masyarakat  adil  dan  makmur  merata  materiil  dan
spirituil. Hukum pidana tersebut digunakan untuk mencegah atau menanggulangi perbuatan  yang  tidak  dikehendaki.  Selain  itu  penggunaan  sarana  hukum  pidana
dengan  sanksi  yang  negatif  harus  memperhatikan  biaya  dan  kemampuan  daya kerja  dari  insitusi  terkait,  sehingga  jangan  sampai  ada  kelampauan  beban  tugas
overbelasting dalam melaksanakannya.
3
Perbuatan  pidana adalah  perbuatan  yang dilarang  oleh  suatu  aturan  hukum  yang disertai  ancaman  sanksi  berupa  pidana  tertentu,  bagi  barangsiapa yang
3
Moeljatno,  1993, Perbuatan  Pidana  dan  Pertanggungjawaban  dalam  Hukum  Pidana,  Jakarta, Bina Aksara, hlm. 49.
melanggar  larangan  tersebut.
4
Pertanggungjawaban  pidana  atau  kesalahan seseorang dapat dipidana harus memenuhi rumusan sebagai berikut:
a. Kemampuan bertanggungjawab orang yang melakukan perbuatan. b. Hubungan  batin  sikap  psikis  orang  yang  melakukan  perbuatan  dengan
perbuatannya, berupa kesengajaan dolus atau kealpaan culpa. c. Tidak ada alasan yang menghapus pertanggungjawaban pidana atau kesalahan
bagi pembuat.
5
Pertanggungjawaban pidana mengandung asas kesalahan asas culpabilitas, yang didasarkan  pada  keseimbangan  monodualistik  bahwa  asas  kesalahan  yang
didasarkan  pada  nilai  keadilan  harus  disejajarkan  berpasangkan  dengan  asas legalitas  yang  didasarkan  pada  nilai  kepastian.  Walaupun  Konsep  berprinsip
bahwa  pertanggungjawaban  pidana  berdasarkan  kesalahan,  namun  dalam beberapa  hal  tidak  menuntup  kemungkinan  adanya  pertanggungjawaban
pengganti  vicarious  liability  dan  pertanggungjawaban  yang  ketat strict liability.  Masalah  kesesatan  error baik  kesesatan  mengenai  hukumnya  sesuai
dengan  konsep  merupakan  salah  satu  alasan  pemaaf  sehingga  pelaku  tidak dipidana kecuali kesesatan itu patut dipersalahkan kepadanya.
6
Kesalahan  tersebut  terdiri  dari  dua jenis  yaitu  kesengajaan  opzetdan  kelalaian culpa, sesuai teori hukum pidana Indonesia, kesengajaan terdiri dari tiga macam,
yaitu:
4
R. Soesilo,  1999, KUHP  Serta Komentar-komentarnyanya  Lengkap dengan  Pasal  Demi  Pasal, Politeia, Bogor
5
Sudarto, 1997, Hukum Pidana, Yayasan Sudarto, Fakultas Hukum UNDIP, Semarang.
6
Barda  Nawawi  Arief,  2001, Masalah  Penegakan  Hukum  dan  Kebijakan  Penanggulangan Kejahatan, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm. 23.