Model Environmental Learning Tinjauan Pustaka

8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Model Environmental Learning

Biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan ilmu-ilmu alam lainnya. Belajar Biologi berarti berupaya mengenal makhluk hidup dan proses kehidupannya di lingkungan sehingga memerlukan pendekatan dan model yang memberi ciri dan dasar kerja dalam pengembangan konsep. Pembelajaran berbasis lingkungan adalah suatu model pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, sasaran belajar, dan sarana belajar. Manfaat dari pembelajaran dengan lingkungan yaitu apa yang diperoleh dari hasil pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat mengubah perilaku terhadap kesehatan lingkungan. Perubahan perilaku ini dapat dilakukan oleh siswa sendiri dan peran serta guru atau pendidik di sekolah. Pembelajaran berbasis lingkungan dikenal sebagai Environmental Learning. Menurut Ballantyne Packer 2005, Environmental Learning dapat membantu siswa bertanggung jawab terhadap lingkungan dan dapat menumbuhkan sikap peduli terhadap alam secara berkelanjutan. Penelitian Juairiah et al. 2014 menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis lingkungan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran berbasis lingkungan sebagai media pembelajaran merupakan suatu proses pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa, sehingga siswa termotivasi dalam belajar secara aktif, kreatif, inovatif, mandiri, bertanggungjawab untuk dirinya dan tetap menjaga kelestarian lingkungannya. Environmental Learning adalah suatu model yang dikembangkan agar siswa memiliki pengalaman yang lebih terkait lingkungan, dan pengalaman yang diperoleh diharapkan mampu menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan. Pembelajaran biologi yang mengutamakan pengalaman belajar pada siswa akan lebih bermakna bagi siswa, karena pengalaman yang diperoleh akan dikonstruksi oleh siswa sendiri menjadi pengetahuan baru. Menurut Syukri 2013, pembelajaran berbasis lingkungan mengandung unsur-unsur antara lain: empirik. kepedulian, estetik, dan sosial. Penjelasan keempat unsur tersebut sebagai berikut: 1 unsur empirik, yakni memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara langsung. Di sini peserta didik dapat mengamati, memahami, menganalisis, dan menginterpretasi segenap fenomena dan sumber daya yang ia temukan di lingkungan itu, 2 unsur kepedulian, yaitu dengan memberikan sentuhan tertentu yang mampu membangkitkan kesadaran bahwa lingkungan merupakan suatu hal yang kompleks. Dalam hal ini, peserta didik digiring agar memahami bahwa segenap unsur yang ada di lingkungan itu saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Keberadaan unsur yang satu akan berpengaruh terhadap unsur yang lainnya, 3 unsur estetik, yaitu memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang keberadaan sumber daya kenikamatan. Peserta didik diberikan pemahaman bahwa adanya sumber-sumber daya yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan non-fisik yang dibutuhkan manusia, seperti pemandangan alam, tatanan lingkungan yang asri yang menyejukkan rasa serta memberikan ketentraman, dan lain-lain. Hal ini sekaligus menanamkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap sumber daya lingkungan tersebut, dan 4 unsur sosial, dalam hal ini materi yang diberikan mencakup kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat. Peserta didik hendaknya diberikan kesempatan untuk mengamati kehidupan sosial suatu masyarakat, bagaimana suatu masyarakat berinteraksi dengan sesama dan lingkungannya, bagaimana budaya-budaya lokal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan tumbuh dan terpelihara di masyarakat serta dampak yang dihasilkannya. Dari uraian di atas, dapat diartikan bahwa pembelajaran berbasis lingkungan adalah sistem belajar yang diberikan guru di sekolah dengan mengintegrasikan unsur lingkungan pada setiap pelajaran di sekolah tanpa mengurangi makna pembelajaran tersebut. Menurut Hill 2007 prinsip model Environmental Learning yaitu: 1 harus melibatkan siswa secara aktif, 2 harus dilaksanakan secara berkelanjutan, 3 harus dilaksanakan dengan menghubungkan semua komponen lingkungan secara menyeluruh, 4 mudah dilaksanakan, dan 5 harus dilaksanakan selaras dengan kondisi sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, Environmental Learning perlu dilakukan agar siswa aktif dalam menjaga lingkungan dan peka terhadap kesehatan lingkungan. Menurut Scott Gough 2008 model Environmental Learning terdiri dari sembilan langkah yang dikelompokkan menjadi tiga fase, yaitu penerimaan, pengakuan, dan respon. Fase pertama adalah penerimaan yang terdiri atas tiga langkah, antara lain kesempatan, minat, dan kemampuan. Fase ini memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar dan mengenali keadaan lingkungan sekitarnya. Pengenalan keadaan lingkungan berfungsi untuk menumbuhkan minat dan memotivasi siswa untuk menerapkan hasil belajarnya pada kehidupan sehari-hari. Siswa yang sudah memiliki motivasi mampu untuk belajar memecahkan permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya. Fase kedua adalah pengakuan yang terdiri dari tiga langkah yaitu penyadaran, penghargaan, dan pengetahuan. Fase ini bertujuan untuk menanamkan kesadaran dan merangsang siswa untuk peka dan peduli terhadap lingkungan. Munculnya sikap peduli terhadap lingkungan akan membuat siswa menghargai dan selalu menjaga lingkungan sekitarnya. Siswa yang menghargai dan menjaga lingkungan sekitarnya berarti telah memiliki pengetahuan yang lebih baik terhadap lingkungan. Fase ketiga adalah respon yang terdiri dari tiga langkah yaitu empati, tindakan, dan evaluasi. Fase ini memungkinkan siswa untuk benar-benar empati terhadap lingkungan sehingga memudahkan siswa untuk melakukan tindakan yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Tindakan yang dilakukan oleh siswa kemudian menjadi bahan evaluasi untuk tindakan selanjutnya.

2.1.2 Hasil Belajar