Hasil Belajar Siswa Pembahasan

4.2 Pembahasan

Data-data hasil penelitian yang telah disajikan, dibahas secara rinci sebagai berikut.

4.2.2 Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa berupa nilai akhir yang diperoleh dari nilai LDS, nilai tugas, dan nilai posttest. Hasil analisis deskriptif dan statistik menunjukkan bahwa data hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa pembelajaran model Environmental Learning dengan media casebook memberikan efek yang lebih baik terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis lingkungan Environmental Learning efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa Juairiah et al., 2014; Herman et al., 2012. Hasil analisis statistik diperkuat dengan analisis lain meliputi analisis kemampuan berpikir dan ketercapaian indikator pembelajarannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen lebih dominan untuk melakukan evaluasi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini terjadi karena pembelajaran kelas eksperimen melatih siswa untuk mengevaluasi sikapnya terhadap kesehatan lingkungan, misalnya cara pencegahan penyakit influenza, sedangkan pembelajaran kelas kontrol hanya dapat melatih siswa untuk mengingat ingatan yang telah lampau, misalnya penyebab seseorang terkena penyakit influenza. Menurut Anderson Krathwohl 2001 siswa yang sudah sampai pada kategori “mengevaluasi” berarti siswa tersebut mampu mengecek dan mengkritisi. Kemampuan mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk, sedangkan kemampuan mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Persentase kemampuan berpikir terendah kelas eksperimen adalah kategori mengingat. Hal ini berbanding terbalik dengan kelas kontrol yaitu pada kategori mengingat memiliki persentase tertinggi. Hal ini terjadi karena pembelajaran kelas eksperimen tidak lagi melatih siswa mengingat ingatan masa lampau. Siswa kelas eksperimen dianggap sudah memiliki pengetahuan yang cukup terkait materi virus. Pembelajaran kelas eksperimen membantu siswa melakukan evaluasi terhadap sikap yang harus dilakukan agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh virus melalui media casebook. Siswa kelas eksperimen yang sudah sampai pada kategori evaluasi berarti siswa tersebut sudah mencapai kategori sebelumnya yaitu kategori menganalisis. Namun, kategori yang dicapai tidak dibatasi oleh tinggi rendahnya persentase yang diperoleh. Taksonomi kemampuan berpikir memerlukan adanya hierarki yang dimulai dari tujuan instruksional pada jenjang terendah sampai jenjang tertinggi. Dengan kata lain, tujuan pada jenjang yang lebih tinggi tidak dapat dicapai sebelum tercapai tujuan pada jenjang di bawahnya Anderson Krathwohl , 2001. Kemampuan berpikir kelas eksperimen yang didominasi kategori “mengevaluasi” tidak terlepas dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Proses pembelajaran kelas eksperimen yang menyajikan kasus-kasus penyakit akibat virus dapat merangsang siswa untuk berpikir tingkat tinggi dan berpikir kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai LDS dan nilai tugas siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kelas eksperimen melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi dan berpikir kritis. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi, maka hasil belajarnya akan tinggi pula. Penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kemampuan berpikir dengan hasil belajar siswa Rosana, 2014; Nuriadin Perbowo, 2013. Ketercapaian indikator pembelajaran juga dapat memperkuat hasil analisis statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator pembelajaran materi virus yang paling tinggi dicapai oleh siswa kelas eksperimen adalah mengkaji penyakit yang disebabkan oleh virus meliputi penyebaran dan pencegahannya, sedangkan kelas kontrol adalah mengelompokkan virus berdasarkan ciri-cirinya. Hal ini tidak terlepas dengan penggunaan media casebook. Media ini dapat memudahkan siswa memahami cara penularan dan pencegahan penyakit menular yang disebabkan oleh virus, sehingga diharapkan siswa dapat mengaplikasikan pengetahuannya pada kehidupan sehari-hari. Penelitian lain menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dan perilaku siswa yang telah mengikuti pembelajaran dengan menyajikan kasus-kasus Arum Minangwati, 2014; Khairunnisa et al., 2013. Penggunaan model Environmental Learning pada kelas eksperimen dapat merangsang minat dan motivasi yang tinggi karena siswa diminta untuk berpikir terkait sikap yang harus dilakukan terhadap kasus yang disajikan. Hal ini dapat mengubah kebiasaan siswa dalam belajar, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syamsudduha Rapi 2012 bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada siswa yang memiliki kemauan tinggi dalam belajar, serta adanya perubahan kebiasaan siswa dalam memecahkan masalah secara mandiri, sehingga aktivitas belajar berjalan dengan baik. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Ahmar 2012 bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis lingkungan menjadikan siswa antusias dalam aktivitas belajar, hal ini karena proses pembelajaran memberikan konsep yang nyata kepada siswa. Perubahan kebiasaan belajar dan aktivitas belajar yang baik pada kelas eksperimen akan mempengaruhi hasil belajar siswa pada kelas tersebut.

4.2.2 Sikap Peduli Kesehatan Lingkungan