Persepsi Kerentanan Yang Dirasakan Perceived Susceptibility Terhadap

67 Menurut Rosenstock dalam Glanz 1990 bahwa kombinasi dari persepsi keseriusan perceived seriousness dan persepsi kerentanan perceived susceptibility membentuk persepsi ancaman perceived threat yang menentukan seseorang untuk melakukan perilaku kesehatan. Dari pernyataan Rosesnstock diatas, persepsi keseriusan dan kerentanan yang dirasakan membentuk persepsi ancaman, sedangkan diketahui pada penelitian ini persepsi keseriusan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku pencarian pengobatan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa persepsi kerentanan lebih dominan untuk membentuk persepsi ancaman yang dirasakan mahasiswa sehingga mempengaruhi mereka untuk melakukan pencarian pengobatan ketika mengalami sakit atau gangguan kesehatan. Pada penelitian Ulvah 2011 tentang faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pencarian pengobatan pada mahasiswa di lingkungan Fakultas Kesehatan dan Non Kesehatan Universitas Jember menyatakan bahwa hanya variabel bidang ilmu dipelajari yang berpengaruh terhadap pencarian pengobatan mahasiswa. Informasipengetahuan mengenai konsep sakit, penyakit dan perilaku sakit lebih banyak diterima oleh mahasiswa fakultas kesehatan dibandingkan mahasiswa non kesehatan, sehingga mempengaruhi perilaku pencarian pengobatannya. Responden pada penelitian ini memiliki pengetahuan untuk mengenali gejala-gejala sakit atau gangguan kesehatan seperti yang dijelaskan pada pembahasan persepsi keseriusan sebelumnya. Mata kuliah anatomi fisiologi dan patologi memberikan pengetahuan mengenai organ-organ tubuh dan penyakit apa saja yang dapat menyerangnya, sehingga responden pada penelitian ini sudah cukup tahu mengenai gejala-gejala sakit atau gangguan kesehatan. Gejala-gejala 68 sakit dan gangguan kesehatan bisa saja gejala awal dari penyakit yang lebih berat, tentu saja mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai kesehatan akan merasa rentan dengan kondisi yang dialaminya sehingga perlu melakukan sebuah tindakan pengobatan. Walaupun gangguan kesehatan yang sedang dialami individu tidak dirasa serius persepsi keseriusan tetapi ia merasa khawatir akan kemungkinan untuk bertambah parah di kemudian hari karena gejala gangguan kesehatan yang dialaminya mungkin saja gejala dari penyakit yang berbahaya persepsi kerentanan, sehingga individu tersebut segara melakukan tindakan pencarian pengobatan. Menurut Yep 1993, logis bahwa ketika orang percaya bahwa mereka berada pada keadaan risiko penyakit, mereka akan lebih cenderung untuk mencegah hal itu terjadi. Sayangnya, sebaliknya juga terjadi. Ketika orang percaya bahwa mereka tidak berisiko atau memiliki kerentanan risiko rendah, cenderung mengakibatkan perilaku tidak sehat.

6.4 Persepsi Manfaat Yang Dirasakan Perceived Benefits Terhadap

Perilaku Pencarian Pengobatan Pada Mahasiswa Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan pada tabel 5.8 dapat disimpulkan bahwa manfaat yang dirasakan perceived benefits tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilakumahasiwa dalam melakukan tindakan pertama pencarian pengobatan apabila mengalami gangguan kesehatan karena memiliki p value sebesar 0,055 atau lebih besar dari nilai α, yaitu 0,05. 69 Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang persepsinya bermanfaat terhadap tindakan pengobatan, tidak memiliki kontribusi yang signifikan terhadap penentuan keputusan perilaku pencarian pengobatan mereka. begitu pula sebaliknya. Menurut Hochbaum 1958, ketika penerimaan keseriusan dan kerentanan membentuk dorongan untuk perilaku seseorang tetapi tidak cukup untuk menentukan tindakan apa yang akan diambil. Maka Keseimbangan antara manfaat dan biaya mungkin kemungkinan menyarankan seseorang untuk bertindak. Persepsi manfaat dari satu tindakan pencarian pengobatan apakah benar-benar dibutuhkan menjadi kuncinya. Walaupun responden persepsinya dengan melakukan pencarian pengobatan itu bermanfaat, tetapi ia merasa gejala sakitnya itu dapat sembuh walau tanpa pengobatan, maka responden tidak akan merasa butuh untuk mencari pengobatan. Responden akan memperhitungkan manfaat-manfaat dari tindakan yang diambilnya, jika dirasa dengan dibiarkan memiliki banyak keuntungan maka kecil kemungkinan untuk responden mencari pengobatan. Berdasarkan hasil per program studi, jumlah responden yang merasakan manfaat lalu melakukan pencarian pengobatan didapatkan yaitu kesehatan masyarakat sebanyak 42,9, farmasi sebanyak 44,4, keperawatan sebanyak 61,5, dan kedokteran sebanyak 31,8. Dari kuesioner juga diketahui, responden yang merasa dengan tidak diobati dibiarkan atau istirahat} dapat langsung sembuh sembuh sebesar 88,3, langsung sembuh dengan minum obat warung 44,5, langsung sembuh dengan minum obat apotek 63,5, langsung sembuh dengan jamu atau obat herbal 27, langsung sembuh dengan pergi ke pelayanan kesehatan 80,9. Dari data diatas dapat diambil kesimpulan walaupun sebagian