xx beberapa langkah yang perlu diperhitungkan dalam pemberdayaan
masyarakat miskin yaitu : b. Pemberdayaan masyarakat merupakan prasyarat mutlak bagi upaya
penanggulangan masalah kemiskinan, pemberdayaan ini bertujuan menekan perasaan ketidak berdayaan masyarakat miskin bila
berhadapan dengan struktur sosial politis. c. Harus ada upaya-upaya memutus hubungan yang bersifat eksploitatif
terhadap lapisan orang miskin. d. Tanamkan rasa kesamaan dan kesadaran bahwa kemiskinan bukan
merupakan takdir tetapi sebagai penjelmaan konstruksi sosial. e. Merealisasikan
perumusan pembangunan
dengan melibatkan
masyarakat miskin secara penuh. f. Meningkatkan pembangunan sosial dan budaya bagi masyarakat
miskin,selain perubahan struktural yang diperlukan, juga perubahan nilai-nilai budaya.
27
B. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Kata pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris empowerment yang berarti memberi kekuatan, memberi daya, menguasakan, memberi
kekuasaanwewenang kepada.,
28
sehingga sesuatuindividukelompok menjadi kuat dan secara teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan
27
Heru Nugroho, Negara Pasar dan Keadilan Sosial, Pustaka Pelajar, Cet-ke1, Yogyakarta,h.195-197
28
John M. Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2006, h. 211
xx dengan istilah pengembangan.
29
Secara etimologi, tampak bahwa kata pemberdayaan
menunjuk pada
kerja aktif
untuk membuat
individukelompok menjadi lebih berkuasaberwenang baik atas dirinya maupun atas orang lain.
Istilah pemberdayaan lahir sebagai sebuah konsep dari perkembangan alam pikiran dan kebudayaan masyarakat. Berdasarkan
penelitian kepustakaan Pranarka, proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, 1 kecenderungan primer, yaitu pemberdayaan yang
menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu
menjadi lebih berdaya; 2 kecenderungan sekunder, yaitu pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi
individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya.
30
Kata pemberdayaaan juga menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki
kekuatan atau kemampuan dalam a memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan freedom, dalam arti bukan saja
bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; b menjangkau sumber-sumber
produktif yang
memungkinkan mereka
dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
29
Nanih Mchendrawaty,Agus Ahmad Syafe’I h.14
30
Bambang Sutrisno, Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
dalam Akses Peran Serta Masyarakat, Lebih Jauh Memahami Community Development,
Bambang Rudito, dkk, ed, Jakarta: ICSD, 2003 h, 133
xx perlukan; dan c berpartisipasi dalam pembangunan dan keputusan yang
mempengaruhi mereka.
31
Beberapa ahli mengemukakan tentang definisi pemberdayaan 1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang
yang lemah atau tidak beruntung; 2. Pemberdayaan adalah proses yang menjelaskan mana orang cukup
kuat untuk berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian dan lembaga-lembaga yang
mempengaruhi kehidupannya; 3. Pemberdayaan
menekankan upaya
agar orang
memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya;
4. Pemberdayaan adalah suatu cara mengarahkan rakyat, organisasi, dan komunitas agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya
Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Dalam Perspektif
Islam secara
etimologi, pemberdayaan masyarakat berarti membina dan meningkatkan kualitas, dan masyarakat
islam berarti kumpulan masyarakat yang beragama islam, secara
31
Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, Bandung: PT Refika Aditama, 2005, h. 58
xx terminologi, pemberdayaan masyarakat islam berarti mentransformasikan
dan melembagakan semua segi ajaran islam dalam kehidupan, kelompok sosial, dan masyarakat.
Pengertian lain, Sebagaimana di kemukakan oleh Amrullah Ahmad menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat islam adalah sistem
tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah
dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan.
32
Menurut Syahril Harahap, dalam bukunya islam konsep implementasi pemberdayaan, beliau mengemukakan bahwa yang ingin di
kerjakan dengan pengembangan masyarakat melalui dakwah islam adalah menggerakan masyarakat tradisional atau trasisi yang menjadi masyarakat
yang modern, masyarakat yang beroerntasi ke masa depan, dari masyarakat yang pasrah kepada takdir menjadi masyarakat yang stagnan
menjadi masyarakat yang dinamis, dan dari masyarakat yang memiliki perencanaan dalam hidupnya.
Jika hal ini dapat terlaksana, maka masyarakat akan memberikan partisipasi yang maksimal terhadap usaha memerangi kemiskinan yang di
lakukan. Dengan demikian, masyarakat kita akan memiliki kekuatan untuk mengembangkan diri sendiri untuk bangkit.
Islam mengarahkan manusia agar merencanakan kehidupan denan berorientasi masa depan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-
Insyirah ayat 7-8 :
32
Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah Islam Di tengah Reformasi Menuju Indonesia Baru Dalam Memasuki
abad ke-21, Bandung: Makalah pada Sarasehan Nasional SMF Dakwah IAIN 1999, h.9
xx
ﻥ
“Maka apabila kamu telah selesai disesuatu urusan , kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan hanya kepada tuhan-
Mulah hendaknya kamu berharap”QS : Al-Insyirah; 7-8 Oleh karena itu, manusia harus merencanakan peningkatan taraf
hidup dan tidak selalu menyerah pada takdir tuhan.
33
Dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat islam adalah upaya mengembangkan potensi masyarakat secara islam agar mampu
menghadapi situasi sekarang dan situasi yang akan datang dan mampu berusaha untuk menjadi masyarakat yang baik dan dapat melihat serta
memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau
hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya.
34
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
33
Syahril Harahap, Islam Konsep Implementasi Pemberdayaan, yogyakarta: PT. Tiatra Wacana Yogya,1999, Cet.ke-, h.132
34
Ibid., h. 58-60
xl paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered,
participatory, empowering, and sustainabel”.
35
Pemberdayaan masyarakat
memerlukan kepeduliaan
yang diwujudkan dalam kemitraan dan kebersamaan pihak yang sudah maju
dengan pihak yang belum berkembang. Dalam hal ini, pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses perubahan dari ketergantungan
menjadi kemandirian. Pemberdayaan sebagai proses perubahan dalam masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu teknik dari pengembangan masyarakat, yang juga menjadi salah satu strategi
pembangunan sosial. Strategi ini banyak diterapkan di negara-negara berkembang atau negara dunia ketiga. Dari beberapa pengertian tentang
pemberdayaan dapat disarikan bahwa dalam pemberdayaan masyarakat harus terdapat unsur-unsur: 1 keinginan atau kebulatan tekad individu
atau komunitas; 2 nilai-nilai sosial yang dianut; 3 rasa psikologis kontrol atau pengaruh personal dan sebuah perhatian terhadap pengaruh sosial,
kekuatan politik, dan hak-hak hukum yang sebenarnya.
36
Selain itu, harus ada juga kegiatan-kegiatan: 1 penyediaan sumber daya; penyediaan kesempatan; 3 pembekalan pengetahuan dan
keterampilan. Semua itu dapat dikatakan bertujuan “ke dalam” dan “ke luar”. Ke dalam berarti tujuan untuk individu dan keluarga yang
diberdayakan, yaitu meningkatkan kapasitas individu dan komunitas guna
35
Ginandjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan,
Jakarta: Cides, 1996, h. 142
xli menentukan masa depan mereka. Ke luar berarti tujuan untuk cakupan
yang lebih luas, yaitu masyarakat, yaitu dengan berpartisipasinya individu dan keluarga tersebut dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas
sehingga masyarakat mempunyai kemampuan dan kemandirian.
37
Pemberdayaan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui
partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah
melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.
Pemberdayaan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja
sosial. Pekerja sosial
membantu meningkatkan
kesadaran dan
mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. Pemberdayaan masyarakat lokal berorientasi pada “tujuan
proses” pocess goal dan bukan tujuan tugas atau tujuan hasil task or
product goal . Setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk
menentukan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Pemberdayaan kepemimpinan lokal, peningkatan strategi
kemandirian, peningkatan informasi, komunikasi, relasi dan keterlibatan anggota masyarakat merupakan inti dari proses pemberdayaan masyarakat
lokal yang bernuansa buttom-up ini.
36
Lisma Dyawati Fuaida, Manajemen Keuangan Keluarga Miskin, Kasus Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Republika,
dalam Islam yang Berpihak, Arief Subhan dan Yusro Kilun Eds, Jakarta: Dakwah Press, 2007, h. 60
37
Ibid., h. 61
xli Sementara, upaya pembangunan sosial, pada dasarnya merupakan
upaya Pemberdayaan. Bagi seorang pelaku perubahan hal yang dilakukan terhadap klien baik tingkat individu, keluarga, kelompok atau komunitas
adalah upaya memberdayakan mengembangkan klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai kehidupan
yang lebih baik.
38
Payne seperti yang dikutip oleh Isbandi, mengemukakan bahwa proses pemberdayaan empowerment, pada intinya, ditujukan guna:
39
membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan yang terkait dengan diri
mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melekukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan dan rasa
percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya.
Para ahli lain melihat bahwa pengertian pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok atau komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka sendiri.
Terkait dengan isu Pembangunan Sosial dan Pemberdayaan, dalam bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial menurut Isbandi, dikenal dua bentuk
intervensi sosial yang dikembangkan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat, intervensi di level tingkat mikro individu, keluarga dan
kelompok dan makro komunitas dan organisasi. Intervensi di tingkat
38
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas,
Jakarta: LPFEUI, 2001, h. 53.
xli makro, merupakan bentuk intervensi dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial
yang digunakan guna melakukan perubahan dan pemberdayaan pada tingkat komunitas dan organisasi.
40
Pembangunan Masyarakat Desa yang sekarang disebut juga dengan nama Pemberdayaan Masyarakat Desa, menurut Isbandi, pada
dasarnya, serupa dan setara dengan konsep Pemberdayaan Masyarakat community development = CD.
41
Menurut Schlippe, pada mulanya teori tentang pembangunan masyarakat desa ini tidak ada. Perkembangan teori
pembangunan desa itu dimulai dari praktek, yaitu dari kebutuhan yang dirasakan di dalam masyarakat terutama dalam situasi sosial yang dihadapi
di dalam negara-negara yang menghadapi perubahan sosial yang cepat. Sedangkan bila dilihat dari kerangka dasarnya, secara sederhana
akan tergambar bahwa mekanisme pembangunan desa di Indonesia pada dasarnya merupakan suatu proses perpaduan antara 1 kelompok kegiatan
utama, yaitu berbagai kegiatan pemerintahan di satu pihak dan 2 kegiatan partisipasi masyarakat di lain pihak. Kegiatan pemerintah
dilaksanakan melalui program-program sektoral dari berbagai departemen dan lembaga non departemen. Pemerintah sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku berkewajiban memberikan bimbingan, pengarahan, pembinaan dan bantuan dalam batas-batas kemampuan yang
tersedia, disertai pengawasan yang intensif. Di sisi lain kegiatan partisipasi masyarakat tidak jarang banyak didukung atapun digerakkan oleh
39
Ibid., h. 199
40
Ibid., h. 55
41
Ibid., h. 292
xli organisasi non pemerintah, yang pada titik tertentu sangat memerlukan
dukungan dari pemerintah dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Kader pemberdayaan dalam upaya mengembangkan masyarakat di
tingkat lokal, baik organisasi pemerintah maupun non pemerintah, biasanya dibantu oleh tenaga kader indigenous worker. Kader
diharapkan dapat menggantikan peranan petugas pembangunan desa dalam melanjutkan kegiatan-kegiatan pembangunan desa. Kader adalah
orang-orang yang berasal dari masyarakat setempat yang dengan sukarela bersedia ikut serta dalam pelaksanaan berbagai kegiatan dalam program
pembangunan desa. Kader dapat terdiri dari wanita atau pria, tua maupun muda, sudah bekerja ataupun belum bekerja, yang penting mereka merasa
terpanggil, ada kesediaan dan kesadaran untuk ikut bertanggung jawab dalam
usaha-usaha meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
di linkungannya.
Kader dapat melaksanakan kegiatan di bidang pertanian; peternakan; kesehatan; pendidikan; dan lain-lain, setelah memperoleh
latihan secukupnya. Tugas seorang kader pada intinya adalah: 1. Sebagai pelopor dalam melaksanakan kegiatan.
2. Pelaksana dan pemelihara kegiatan program pembangunan desa. 3. Menjaga terjadinya kelangsungan kegiatan.
4. Membantu dan menghubungkan antara warga masyarakat dengan lembaga-lembaga yang bekerja dalam bidang pembangunan desa.
Untuk memperoleh kader pembangunan yang mantap, tekanan utama diberikan pada motivasi calon untuk ikut serta dalam program
xlv sebagai kader. Dalam hal ini ditekankan pada kesadaran diri, merasa
terpanggil untuk berbuat sesuatu untuk masyarakatnya dan mempunyai jiwa suka memberikan bantuan pelayanan terhadap sesapun motivasi
dasar masing-masing individu untuk menjadi kader biasanya juga mempengaruhi kinerjanya dalam memberikan pelayanan terhadap
masyarakat. Misalnya
saja sebagai
suatu contoh
yang agak
mensederhanakan, seorang kader yang terlibat karena kebetulan mempunyai waktu luang dan ingin mengisi waktu luangnya sebelum ia
mendapatkan pekerjaan alasan ekonomi, biasanya mempunyai semangat yang berbeda dengan seorang kader yang mempunai dorongan untuk
menjadi kader karena ingin mendekatkan diri pada Tuhannya alasan religius. Pada kader yang berlandaskan diri pada alasan ekonomis,
biasanya mereka cenderung untuk memilih pekerjaan yang lebih menghasilkan uang atau bila ia sudah mendapat pekerjaan yang tetap maka
ia akan mengundurkan diri untuk menjadi kader. Sedangkan untuk kader yang mempunyai dorongan religius dalam melakukan tindakan, maka
unsur material menjadi nomor dua dalam upaya memberikan bantuan terhadap masyarakat.
Kader yang dipilih dalam suatu masyarakat dapat terdiri dari pemuda yang belum berkeluarga, pamong desa ataupun orang-orang yang
sudah mempunyai pekerjaan tetap. Agar dapat dukungan dari masyarakat dan berhasil dalam kegiatannya, perlu diperhatikan status sosial kader.
Yang menguntungkan adalah bila kader mempunyai prestasi yang baik, mempunyai kepribadian yang baik, dan berasal dari keluarga yang
xlv terpadang di dalam masyarakatnya. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah alangkah baiknya bila kader juga mempunyai akar dalam masyarakatnya, sehingga apa yang dikatakan atau dilakukannya dapat
ditiru atau diikuti oleh anggota kelompoknya. Permasalahan kader pada umumnya adalah, karena kader
merupakan tenaga sukarela yang tidak jarang juga sudah mempunyai pekerjaan yang tetap, maka kalau tugas utamanya menuntut keaktifannya,
mereka akan mengesampingkan atau bahkan mengabaikan tugas mereka sebagai kader. Terkait dengan hal ini, perekrutan kader dari generasi muda
yang masih mempunyai idelisme seringkali lebih menguntungkan dibandingkan memanfaatkan pemuda yang sedang menganggur dan tidak
mempunyai gambaran hidup yang jelas. Dalam kaitannya dengan hal ini, pemberdayaan kemampuan dan
keterampilan capacity building para kader yang merupakan modal social social capital dalam suatu komunitas perlu direncanakan secara
bertahap. Apalagi bila seorang community worker melihat proses pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses yang berkesinambungan
on-going process.
42
Dalam kaitan dengan pernyataan tersebut proses pemberdayaan masyarakat suatu proses yang berkesinambungan harus dilihat dari
kerangka pemberdayaan sebagai suatu proses, dan bukannya dari kerangka pemberdayaan sebagai suatu program. Sebagai suatu program, program
pemberdayaan masyarakat dapat saja berhenti karena batas waktu yang
42
Ibid., h. 302
xlv sudah selesai terminasi karena keterbatasan waktu, atau program tersebut
berhenti karena tidak ada dana lagi yang dapat dimanfaatkan untuk program pemberdayaan tersebut terminasi karena keterbatasan dana.
Pemberdayaan sebagai
Ongoing Process
, adalah
proses pemberdayaan individu yang relatife terus berjalan sepanjang usia individu
tersebut dan bukannya suatu proses yang berhenti pada suatu masa saja empowerment is not an end-state, but a process that all human beings
experience .
Langkah-langkah proses pemberdayaan masyarakat sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima 5 tahapan utama yaitu:
43
1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakaan recall depowering empowering experiences;
2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidak berdayaan discuss reasons for depowerment empowerment;
3. Mengidentifikasikan suatu masalah atapun proyek identify one problem or project
; 4. Mengidentifikan basis daya yang bermakna identify useful power
bases ;
5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplemen tasikannya develop and implement action plans.
Setelah itu siklus berlanjut ke tahapan pertama no.1 dan bergulir kembali. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada skema di bawah ini :
Skema 8.A.1.
Siklus Pemberdayaan
43
Ibid., h. 303-304
xlv Dari siklus di atas maka akan tergambar bahwa proses
pemberdayaan yang terjadi pada tingkat individu, organisasi dan komunitas bukanlah suatu proses yang berhenti pada suatu titik tertentu.
Tetapi lebih merupakan sebagai upaya berkesinambungan untuk meningkatkan daya yang ada. Dalam konteks Kesejahteraan Sosial, upaya
pemberdayaan ini tentunya juga terikat dengan upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat yang ketingkatan yang lebih baik. Tentunya mengkaji
faktor-faktor yang menyebabkan suatu komunitas menjadi kurang berdaya depowerment.
Penulis menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah proses yang berkesinambungan menuju kearah yang lebih baik atau
melakukan pembahasan dan perubahan kepada masyarakat, kepribadian individu dari system sosial.
2. Strategi Pemberdayaan masyarakat