Pengertian Pemberdayaan Upaya pemberdayaan masyarakat miskin melalui Program Penanggulangan Kamiskinan Di Perkotaan (P2KP) : studi kasus di BKM Bimas Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang

xx beberapa langkah yang perlu diperhitungkan dalam pemberdayaan masyarakat miskin yaitu : b. Pemberdayaan masyarakat merupakan prasyarat mutlak bagi upaya penanggulangan masalah kemiskinan, pemberdayaan ini bertujuan menekan perasaan ketidak berdayaan masyarakat miskin bila berhadapan dengan struktur sosial politis. c. Harus ada upaya-upaya memutus hubungan yang bersifat eksploitatif terhadap lapisan orang miskin. d. Tanamkan rasa kesamaan dan kesadaran bahwa kemiskinan bukan merupakan takdir tetapi sebagai penjelmaan konstruksi sosial. e. Merealisasikan perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat miskin secara penuh. f. Meningkatkan pembangunan sosial dan budaya bagi masyarakat miskin,selain perubahan struktural yang diperlukan, juga perubahan nilai-nilai budaya. 27

B. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Kata pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris empowerment yang berarti memberi kekuatan, memberi daya, menguasakan, memberi kekuasaanwewenang kepada., 28 sehingga sesuatuindividukelompok menjadi kuat dan secara teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan 27 Heru Nugroho, Negara Pasar dan Keadilan Sosial, Pustaka Pelajar, Cet-ke1, Yogyakarta,h.195-197 28 John M. Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2006, h. 211 xx dengan istilah pengembangan. 29 Secara etimologi, tampak bahwa kata pemberdayaan menunjuk pada kerja aktif untuk membuat individukelompok menjadi lebih berkuasaberwenang baik atas dirinya maupun atas orang lain. Istilah pemberdayaan lahir sebagai sebuah konsep dari perkembangan alam pikiran dan kebudayaan masyarakat. Berdasarkan penelitian kepustakaan Pranarka, proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, 1 kecenderungan primer, yaitu pemberdayaan yang menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya; 2 kecenderungan sekunder, yaitu pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya. 30 Kata pemberdayaaan juga menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam a memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan freedom, dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; b menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka 29 Nanih Mchendrawaty,Agus Ahmad Syafe’I h.14 30 Bambang Sutrisno, Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Ekonomi Kerakyatan dalam Akses Peran Serta Masyarakat, Lebih Jauh Memahami Community Development, Bambang Rudito, dkk, ed, Jakarta: ICSD, 2003 h, 133 xx perlukan; dan c berpartisipasi dalam pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi mereka. 31 Beberapa ahli mengemukakan tentang definisi pemberdayaan 1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung; 2. Pemberdayaan adalah proses yang menjelaskan mana orang cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian dan lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya; 3. Pemberdayaan menekankan upaya agar orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya; 4. Pemberdayaan adalah suatu cara mengarahkan rakyat, organisasi, dan komunitas agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Dalam Perspektif Islam secara etimologi, pemberdayaan masyarakat berarti membina dan meningkatkan kualitas, dan masyarakat islam berarti kumpulan masyarakat yang beragama islam, secara 31 Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, Bandung: PT Refika Aditama, 2005, h. 58 xx terminologi, pemberdayaan masyarakat islam berarti mentransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran islam dalam kehidupan, kelompok sosial, dan masyarakat. Pengertian lain, Sebagaimana di kemukakan oleh Amrullah Ahmad menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat islam adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan. 32 Menurut Syahril Harahap, dalam bukunya islam konsep implementasi pemberdayaan, beliau mengemukakan bahwa yang ingin di kerjakan dengan pengembangan masyarakat melalui dakwah islam adalah menggerakan masyarakat tradisional atau trasisi yang menjadi masyarakat yang modern, masyarakat yang beroerntasi ke masa depan, dari masyarakat yang pasrah kepada takdir menjadi masyarakat yang stagnan menjadi masyarakat yang dinamis, dan dari masyarakat yang memiliki perencanaan dalam hidupnya. Jika hal ini dapat terlaksana, maka masyarakat akan memberikan partisipasi yang maksimal terhadap usaha memerangi kemiskinan yang di lakukan. Dengan demikian, masyarakat kita akan memiliki kekuatan untuk mengembangkan diri sendiri untuk bangkit. Islam mengarahkan manusia agar merencanakan kehidupan denan berorientasi masa depan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al- Insyirah ayat 7-8 : 32 Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah Islam Di tengah Reformasi Menuju Indonesia Baru Dalam Memasuki abad ke-21, Bandung: Makalah pada Sarasehan Nasional SMF Dakwah IAIN 1999, h.9 xx ﻥ “Maka apabila kamu telah selesai disesuatu urusan , kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan hanya kepada tuhan- Mulah hendaknya kamu berharap”QS : Al-Insyirah; 7-8 Oleh karena itu, manusia harus merencanakan peningkatan taraf hidup dan tidak selalu menyerah pada takdir tuhan. 33 Dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat islam adalah upaya mengembangkan potensi masyarakat secara islam agar mampu menghadapi situasi sekarang dan situasi yang akan datang dan mampu berusaha untuk menjadi masyarakat yang baik dan dapat melihat serta memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. 34 Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan 33 Syahril Harahap, Islam Konsep Implementasi Pemberdayaan, yogyakarta: PT. Tiatra Wacana Yogya,1999, Cet.ke-, h.132 34 Ibid., h. 58-60 xl paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered, participatory, empowering, and sustainabel”. 35 Pemberdayaan masyarakat memerlukan kepeduliaan yang diwujudkan dalam kemitraan dan kebersamaan pihak yang sudah maju dengan pihak yang belum berkembang. Dalam hal ini, pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses perubahan dari ketergantungan menjadi kemandirian. Pemberdayaan sebagai proses perubahan dalam masyarakat Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu teknik dari pengembangan masyarakat, yang juga menjadi salah satu strategi pembangunan sosial. Strategi ini banyak diterapkan di negara-negara berkembang atau negara dunia ketiga. Dari beberapa pengertian tentang pemberdayaan dapat disarikan bahwa dalam pemberdayaan masyarakat harus terdapat unsur-unsur: 1 keinginan atau kebulatan tekad individu atau komunitas; 2 nilai-nilai sosial yang dianut; 3 rasa psikologis kontrol atau pengaruh personal dan sebuah perhatian terhadap pengaruh sosial, kekuatan politik, dan hak-hak hukum yang sebenarnya. 36 Selain itu, harus ada juga kegiatan-kegiatan: 1 penyediaan sumber daya; penyediaan kesempatan; 3 pembekalan pengetahuan dan keterampilan. Semua itu dapat dikatakan bertujuan “ke dalam” dan “ke luar”. Ke dalam berarti tujuan untuk individu dan keluarga yang diberdayakan, yaitu meningkatkan kapasitas individu dan komunitas guna 35 Ginandjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, Jakarta: Cides, 1996, h. 142 xli menentukan masa depan mereka. Ke luar berarti tujuan untuk cakupan yang lebih luas, yaitu masyarakat, yaitu dengan berpartisipasinya individu dan keluarga tersebut dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas sehingga masyarakat mempunyai kemampuan dan kemandirian. 37 Pemberdayaan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan. Pemberdayaan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. Pemberdayaan masyarakat lokal berorientasi pada “tujuan proses” pocess goal dan bukan tujuan tugas atau tujuan hasil task or product goal . Setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk menentukan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Pemberdayaan kepemimpinan lokal, peningkatan strategi kemandirian, peningkatan informasi, komunikasi, relasi dan keterlibatan anggota masyarakat merupakan inti dari proses pemberdayaan masyarakat lokal yang bernuansa buttom-up ini. 36 Lisma Dyawati Fuaida, Manajemen Keuangan Keluarga Miskin, Kasus Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Republika, dalam Islam yang Berpihak, Arief Subhan dan Yusro Kilun Eds, Jakarta: Dakwah Press, 2007, h. 60 37 Ibid., h. 61 xli Sementara, upaya pembangunan sosial, pada dasarnya merupakan upaya Pemberdayaan. Bagi seorang pelaku perubahan hal yang dilakukan terhadap klien baik tingkat individu, keluarga, kelompok atau komunitas adalah upaya memberdayakan mengembangkan klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai kehidupan yang lebih baik. 38 Payne seperti yang dikutip oleh Isbandi, mengemukakan bahwa proses pemberdayaan empowerment, pada intinya, ditujukan guna: 39 membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melekukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya. Para ahli lain melihat bahwa pengertian pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Terkait dengan isu Pembangunan Sosial dan Pemberdayaan, dalam bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial menurut Isbandi, dikenal dua bentuk intervensi sosial yang dikembangkan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat, intervensi di level tingkat mikro individu, keluarga dan kelompok dan makro komunitas dan organisasi. Intervensi di tingkat 38 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: LPFEUI, 2001, h. 53. xli makro, merupakan bentuk intervensi dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial yang digunakan guna melakukan perubahan dan pemberdayaan pada tingkat komunitas dan organisasi. 40 Pembangunan Masyarakat Desa yang sekarang disebut juga dengan nama Pemberdayaan Masyarakat Desa, menurut Isbandi, pada dasarnya, serupa dan setara dengan konsep Pemberdayaan Masyarakat community development = CD. 41 Menurut Schlippe, pada mulanya teori tentang pembangunan masyarakat desa ini tidak ada. Perkembangan teori pembangunan desa itu dimulai dari praktek, yaitu dari kebutuhan yang dirasakan di dalam masyarakat terutama dalam situasi sosial yang dihadapi di dalam negara-negara yang menghadapi perubahan sosial yang cepat. Sedangkan bila dilihat dari kerangka dasarnya, secara sederhana akan tergambar bahwa mekanisme pembangunan desa di Indonesia pada dasarnya merupakan suatu proses perpaduan antara 1 kelompok kegiatan utama, yaitu berbagai kegiatan pemerintahan di satu pihak dan 2 kegiatan partisipasi masyarakat di lain pihak. Kegiatan pemerintah dilaksanakan melalui program-program sektoral dari berbagai departemen dan lembaga non departemen. Pemerintah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku berkewajiban memberikan bimbingan, pengarahan, pembinaan dan bantuan dalam batas-batas kemampuan yang tersedia, disertai pengawasan yang intensif. Di sisi lain kegiatan partisipasi masyarakat tidak jarang banyak didukung atapun digerakkan oleh 39 Ibid., h. 199 40 Ibid., h. 55 41 Ibid., h. 292 xli organisasi non pemerintah, yang pada titik tertentu sangat memerlukan dukungan dari pemerintah dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Kader pemberdayaan dalam upaya mengembangkan masyarakat di tingkat lokal, baik organisasi pemerintah maupun non pemerintah, biasanya dibantu oleh tenaga kader indigenous worker. Kader diharapkan dapat menggantikan peranan petugas pembangunan desa dalam melanjutkan kegiatan-kegiatan pembangunan desa. Kader adalah orang-orang yang berasal dari masyarakat setempat yang dengan sukarela bersedia ikut serta dalam pelaksanaan berbagai kegiatan dalam program pembangunan desa. Kader dapat terdiri dari wanita atau pria, tua maupun muda, sudah bekerja ataupun belum bekerja, yang penting mereka merasa terpanggil, ada kesediaan dan kesadaran untuk ikut bertanggung jawab dalam usaha-usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat di linkungannya. Kader dapat melaksanakan kegiatan di bidang pertanian; peternakan; kesehatan; pendidikan; dan lain-lain, setelah memperoleh latihan secukupnya. Tugas seorang kader pada intinya adalah: 1. Sebagai pelopor dalam melaksanakan kegiatan. 2. Pelaksana dan pemelihara kegiatan program pembangunan desa. 3. Menjaga terjadinya kelangsungan kegiatan. 4. Membantu dan menghubungkan antara warga masyarakat dengan lembaga-lembaga yang bekerja dalam bidang pembangunan desa. Untuk memperoleh kader pembangunan yang mantap, tekanan utama diberikan pada motivasi calon untuk ikut serta dalam program xlv sebagai kader. Dalam hal ini ditekankan pada kesadaran diri, merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu untuk masyarakatnya dan mempunyai jiwa suka memberikan bantuan pelayanan terhadap sesapun motivasi dasar masing-masing individu untuk menjadi kader biasanya juga mempengaruhi kinerjanya dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Misalnya saja sebagai suatu contoh yang agak mensederhanakan, seorang kader yang terlibat karena kebetulan mempunyai waktu luang dan ingin mengisi waktu luangnya sebelum ia mendapatkan pekerjaan alasan ekonomi, biasanya mempunyai semangat yang berbeda dengan seorang kader yang mempunai dorongan untuk menjadi kader karena ingin mendekatkan diri pada Tuhannya alasan religius. Pada kader yang berlandaskan diri pada alasan ekonomis, biasanya mereka cenderung untuk memilih pekerjaan yang lebih menghasilkan uang atau bila ia sudah mendapat pekerjaan yang tetap maka ia akan mengundurkan diri untuk menjadi kader. Sedangkan untuk kader yang mempunyai dorongan religius dalam melakukan tindakan, maka unsur material menjadi nomor dua dalam upaya memberikan bantuan terhadap masyarakat. Kader yang dipilih dalam suatu masyarakat dapat terdiri dari pemuda yang belum berkeluarga, pamong desa ataupun orang-orang yang sudah mempunyai pekerjaan tetap. Agar dapat dukungan dari masyarakat dan berhasil dalam kegiatannya, perlu diperhatikan status sosial kader. Yang menguntungkan adalah bila kader mempunyai prestasi yang baik, mempunyai kepribadian yang baik, dan berasal dari keluarga yang xlv terpadang di dalam masyarakatnya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah alangkah baiknya bila kader juga mempunyai akar dalam masyarakatnya, sehingga apa yang dikatakan atau dilakukannya dapat ditiru atau diikuti oleh anggota kelompoknya. Permasalahan kader pada umumnya adalah, karena kader merupakan tenaga sukarela yang tidak jarang juga sudah mempunyai pekerjaan yang tetap, maka kalau tugas utamanya menuntut keaktifannya, mereka akan mengesampingkan atau bahkan mengabaikan tugas mereka sebagai kader. Terkait dengan hal ini, perekrutan kader dari generasi muda yang masih mempunyai idelisme seringkali lebih menguntungkan dibandingkan memanfaatkan pemuda yang sedang menganggur dan tidak mempunyai gambaran hidup yang jelas. Dalam kaitannya dengan hal ini, pemberdayaan kemampuan dan keterampilan capacity building para kader yang merupakan modal social social capital dalam suatu komunitas perlu direncanakan secara bertahap. Apalagi bila seorang community worker melihat proses pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses yang berkesinambungan on-going process. 42 Dalam kaitan dengan pernyataan tersebut proses pemberdayaan masyarakat suatu proses yang berkesinambungan harus dilihat dari kerangka pemberdayaan sebagai suatu proses, dan bukannya dari kerangka pemberdayaan sebagai suatu program. Sebagai suatu program, program pemberdayaan masyarakat dapat saja berhenti karena batas waktu yang 42 Ibid., h. 302 xlv sudah selesai terminasi karena keterbatasan waktu, atau program tersebut berhenti karena tidak ada dana lagi yang dapat dimanfaatkan untuk program pemberdayaan tersebut terminasi karena keterbatasan dana. Pemberdayaan sebagai Ongoing Process , adalah proses pemberdayaan individu yang relatife terus berjalan sepanjang usia individu tersebut dan bukannya suatu proses yang berhenti pada suatu masa saja empowerment is not an end-state, but a process that all human beings experience . Langkah-langkah proses pemberdayaan masyarakat sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima 5 tahapan utama yaitu: 43 1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakaan recall depowering empowering experiences; 2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidak berdayaan discuss reasons for depowerment empowerment; 3. Mengidentifikasikan suatu masalah atapun proyek identify one problem or project ; 4. Mengidentifikan basis daya yang bermakna identify useful power bases ; 5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplemen tasikannya develop and implement action plans. Setelah itu siklus berlanjut ke tahapan pertama no.1 dan bergulir kembali. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada skema di bawah ini : Skema 8.A.1. Siklus Pemberdayaan 43 Ibid., h. 303-304 xlv Dari siklus di atas maka akan tergambar bahwa proses pemberdayaan yang terjadi pada tingkat individu, organisasi dan komunitas bukanlah suatu proses yang berhenti pada suatu titik tertentu. Tetapi lebih merupakan sebagai upaya berkesinambungan untuk meningkatkan daya yang ada. Dalam konteks Kesejahteraan Sosial, upaya pemberdayaan ini tentunya juga terikat dengan upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat yang ketingkatan yang lebih baik. Tentunya mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan suatu komunitas menjadi kurang berdaya depowerment. Penulis menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah proses yang berkesinambungan menuju kearah yang lebih baik atau melakukan pembahasan dan perubahan kepada masyarakat, kepribadian individu dari system sosial.

2. Strategi Pemberdayaan masyarakat

Dokumen yang terkait

Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Study Pada Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor Medan)

1 70 94

Pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Kota Matsum I, Kecamatan Medan Area, Kota Medan).

1 47 70

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) (Studi Pada Kelurahan Rambung, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi ).

3 59 97

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Lubuk Pakam I-II Kecamatan Lubuk Pakam

14 111 222

Respon Masyarakat Terhadap Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

1 39 127

Strategi pemberdayaan masyarakat melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di kel.Semper Barat Jakarta Utara

2 18 105

Peran pekerja sosial masyarakat kelompok usaha bersama dalam pemberdayaan keluarga miskin di Desa Labak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

0 3 108

Peran lembaga rumah pemberdayaan masyarakat melalui Program Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM) di Pamulang Permai I Tangerang Selatan

1 11 100

Kemiskinan di perkotaan : studi kasus peningkatan ekonomi masyarakat miskin kota di Bogor

2 9 108

Upaya pemberdayaan masyarakat miskin melalui Program Penanggulangan Kamiskinan Di Perkotaan (P2KP) : studi kasus di BKM Bimas Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang

6 69 112