xxi
2. Utang dalam Pengertian Fiqh
Utang artinya pinjaman yang harus dikembalikan berupa uang atau uang yang dipinjam pinjaman yang harus dibayar kembali. Sedangkan utang-piutang,
maksudnya adalah utang kita kepada orang lain, dan utang orang lain kepada kita.
10
Menurut Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM dalam literatur hukum Islam, utang lazim dikenal dengan sebutan dayn; sedangkan utang-piutang
disebut dengan istilah mudayanah. Dayn, diambil dari akar kata dana-yadinu- daynan-wa-dinan
, yang secara literal antara lain berarti: mengutangi, memberi pinjaman, berutang atau meminjam. Bersamaan dengan itu, kata dana juga
digunakan untuk arti menjadi rendah-hina dzalla, menundukkan, merendahkan, melayani, membalas, memperbudak dan durhaka di samping juga memiliki makna
berbuat baik, menjadi mulia, dan taat. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa utang, memiliki dampak positif di satu
pihak, dan dampak negatif di sisi lain. Banyak orangpihakbangsa dan negara menjadi bermartabat dan terhormat atau dihormati justru berkat utang luar negerinya
untuk kemudian membangun dirikeluargamasyarakatbangsa dan negaranya yang kemudian sukses. tetapi, pada saat yang bersamaan, juga tidak sedikit orang
10
H. sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Bandung: SINAR BARU ALGENSINDO, Bandung, h. 306
xxii keluarga pihak bangsa dan negara menjadi rendah, hina atau dihinakan karena tidak
sukses dalam mengelola dana utangnya.
11
Utang dayn, kalau boleh diilustrasikan, memang laksana senjata tajam yang bisa memberikan multi manfaat bagi orang pihak yang mau dan mampu
menggunakannya secara benar dan tepat tetapi senjata tajam, sekaligus juga bisa menjadi pembunuhpemusnah bagi orangpihak yang tidak mau dan atau tidak
mampu untuk menggunakannya dengan benar dan tepat. Buktinya, seperti baru ditegaskan, banyak orangpihaklembaga bahkan bangsa dan negara menjadi maju
dan terhormat atas kebijakan utang luar negerinya untuk membangun bangsa dan negaranya tetapi dalam saat yang bersamaan, tidak sedikit untuk tidak mengatakan
lebih banyak lagi negara yang justru menjadi rendah, hina atau malahan dihinakan atas kebijakan utang luar negerinya yang ceroboh, tidak proporsional dan tidak
profesional. Masih dalam konteks utang-piutang memuat sistem Qur’ani, ada istilah lain
yang lebih khas, meskipun penggunaannya sampai kini masih belum memasyarakat apalagi merakyat secara luas. Istilah yang dimaksudkan ialah QARDHAN HASANAN,
yang dijadikan judul tulisan dalam kolom ini. Qardhan hasanan terdiri atas kata qardhan
dan hasanan. Qardhan, yang diambil dari kata qaradha – yaqridhu – qardhan
, arti asalnya: memotong, memakan, menggigit dan mengerip. Dalam dunia transaksi ekonomi, qardhan biasa digunakan untuk arti utang atau pinjaman.
11
unduh pada hari rabu161217:17Wib
xxiii Sedangkan hasanan, artinya baik atau bagus jayyid. Jadi, secara sederhana, qardhan
hasanan artinya utang piutang utang-piutang yang baik.
Dalam al-Qur’an, kata qardhan hasanan diulang sebanyak 6 kali dalam lima surat dan 6 ayat. Masing-masing adalah surat al-Baqarah 2: 245,
? A
1BC DEF G
H 1BC
CJ, C 5K
L ML
N OPQ R
NM B CS C
J 5
TPU VBC
WX 0G H
6YZ,0 H LGR 2
[,
artinya “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik menafkahkan hartanya di jalan Allah, Maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan rezki dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.QS. Al-Baqarah:
245 Dan terdapat ayat Al-Qur’an yang lain diantaranya: al-Ma’idah 5: 12, al-Hadid 57:
11 dan 18; at-Taghabun 64: 17, dan al-Muzzammil 73: 20. Yang menarik, kata qardhan hasanan
utang-piutang yang baik, ini dalam al-Qur’an tidak selamanya digunakan dalam konteks ekonomi khususnya keuangan; akan tetapi, lebih dari itu,
dalam perspektif kehidupan yang lebih luas lagi. Al-Qur’an, sebagai sumber utama dan pertama agama Islam, selalu dan
selamanya mengarahkan manusia supaya menuju ke arah kehidupan yang baik hayatan thayyibatan; sebaliknya, Islam al-Qur’an tidak akan pernah memberikan
sinyal apapun yang menuju ke arah atau titik kehidupan yang sebaliknya kehidupan yang buruk. Termasuk tentunya dalam hal utang-piutang. Anehnya, tidak ada satu
xxiv katapun dalam al-Qur’an yang menyebutkan utang buruk alias qardhan hasanan,
karena al-Qur’an memang sama sekali tidak menghendaki utang-piutang yang berakibat buruk itu. Kosa kata qardhan hasanan, ini mengingatkan kita pada
kehidupan lebih makro yang juga disimbolkan Al-Qur’an dengan kehidupan yang baik hayatan thayyibatan dalam surat an-Nahl 16: 97
? P\ 8
C] 9O
? _ \ PU
` abc d
e? ML5 g
5 9 5
g L
5h 0iR k
HFA l 5 2 m
d [
:?K L n o C
bCPU 9
8 H
Artinya “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. QS.
An-Nahl: 97 Tanpa pernah mengemukakan lawan katanya yakni kehidupan yang buruk hayatan
khabitsatan . Dengan demikian, maka cukup alasan kiranya jika di tengah-tengah
percaturan dunia global yang antara lain diwarnai dengan transaksi “Utang-Piutang Mudayanah
yang serba buruk, ini kita mencari terobosan baru, untuk mengonsep utang-piutang mudayanah yang baik, yang oleh Al-Qur’an diistilahkan dengan
qardhan hasanan .
Sedangkan dalam Sunnah Rasulullah saw. terdapat dalam Hadits Ibnu Majah:
xxv
Artinya: ”Dari Ibnu Mas’ud:”Sesungguhnya Nabi saw. bersabda: Seorang muslim yang mempiutangi seorang muslim dua kali, seolah-olah ia telah bersedekah
kepadanya satu kali”
.HR. Ibnu Majah
Dalam Utang Piutang Harus Sesuai Rukun yang Ada:
12
a. Ada yang berhutang peminjam piutang debitor
b. Ada yang memberi hutang kreditor
c. Ada ucapan kesepakatan atau ijab qabul qobul
d. Ada barang atau uang yang akan dihutangkan
Utang piutang dapat memberikan banyak manfaat kepada kedua belah pihak. Utang piutang merupakan perbuatan saling tolong menolong antara umat manusia
yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT selama tolong-menolong dalam kebajikan. Utang piutang dapat mengurangi kesulitan orang lain yang sedang dirudung masalah
serta dapat memperkuat tali persaudaraan kedua belah pihak.
3. Tinjauan Fiqh Siyasah terhadap Utang Luar Negeri