Dinamika Paham Ekonomi Indonesia

l

BAB III DINAMIKA UTANG LUAR NEGERI INDONESIA

A. Dinamika Paham Ekonomi Indonesia

setelah presiden soekarno lengser, kelompok mafia berkeley merapat dan mengabdi selama 32 tahun kepada rezim otoriter soeharto. Banyak anggotanya yang menduduki posisi kunci dalam bidang ekonom dan menjadi seluruh strategi dan kebijakan yang dirumuskan oleh IMF, dan bank dunia dan USAID. Mafia berkeley sekaligus berfungsi sebagai alat untuk memonitor agar kebijakan ekonomi indonesia sejalan dan searah dengan kebijakan umum ekonomi yang digariskan oleh washington. Garis kebijakan ini kemudian hari dikenal dengan “washington konsensus”, yang terdiri dari: a. Kebijakan anggaran yang ketat dan penghapusan subsidi. Kebijakan anggaran konservatif, selain untuk mengendalikan stabilitas makro dan menekan inflasi, sebetulnya juga dimaksudkan agar tersedia surplus anggaran untuk membayar utang kepada kreditor dan lembaga keuangan internasional. Bahkan penghapusan subsidi untuk rakyat banyak seperti untuk pendidikan, kesehatan, perumahan, UKM, dipaksakan untuk dihapus agar tersedia surplus anggaran untuk membayar cicilan utang luar negeri. b. Liberalisasi keuangan li Liberalisasi keuangan, selain bermanfaat untuk memperlancar sirkulasi dan transaksi global keuangan, juga dimaksudkan untuk menjamin agar modal dan diveden dapat keluar dari negara berkembang setiap saat. Kebijakan ini dimaksudkan juga untuk mempermudah integrasi pasar keuangan nasional ke dalam sistem global. c. Lliberalisasi industri dan perdagangan Dimaksudkan untuk memudahkan negara-negara maju untuk mengekspor barang- barang produksinya kenegara berkembang. Sementara negara-negara maju sendiri melakukan perlindungan terhadap sektor industri dan pertaniannya melalui mekanisme kuota, ekspor restrant, subsidi dan hambatan non tarif. d. Vripatisasi Penjualanm aset-aset milik negara dimaksudkan agar peraan negara di dalam ekonomi berkurang sampai sekecil mungkin, untuk digantikan oleh suwasta terutama suwasta asing. Dalam prakteknya progra penjualan aset-aset tersebut dilakukan dengan hargA SANGANT MURAH ander-valued sehingga sering terjadi program privatisasi identik dengan rampokisasi piratization. Sekilas program wasington konsensus tersebut sangant wajar dan netral, namun demikian dibalik program tersebut tersembunyi kepentingan-kepentingan negara maju yang merupakan kreditor utama utang luar negeri indonesia atau negara dunia ketiga lainnya. Demikian juga dalam prakteknya, kebijakan konsensus wasington sering dipaksakan sekaligus kepada negara berkembang tanpa tahapan, fleksibilitas dan persiapan untuk memperkokoh kekuatan ekonomi di dalam negeri. lii Menurut, joseph E. Stiglitz, ada satu hal yang saya anggap paling menggusarkan saat saya pindah jabatan dari ketua dewan penasehat ekonomi presiden menjadi kepala ekonom bank dunia, yaitu sikap IMF dan departemen keuangan Amerika Serikat. Di luar negeri mereka seringkali mendesakkan kebijakan yang sama sekali bertentangan dengan apa yang kami perjuangkan di dalam negeri. Di dalam negeri kami perjuang menentang privatisasi jaminan sosial, dan di luar negeri kita menggencarkannya. 40 Pada negara yang berhasil menentang konsensus wasington seperti cina misalnya, walaupun melakuan liberalisasi, tetapi proses liberalisasi tersebut dilakukan secara bertahap dan dipersiapkan dengan terlebih dahulu memperkuat kekuatan produktif di dalam negeri. Cina misalnya menolak melakukan liberalisasi sektor keuangan karena terlebih dahulu mempreoritaskan penguatan sektor riil terutama industri, pertanian dan ekspor. Bahkan ketika cadangan devisanya mencapai US 1Trilyun, cina masih belum bersedia melakukan liberalisasi sektor keuangan dan penentuan nilai tukarnya. Pada pertengahan tahun 1960-an GNP perkapita indonesia, malaysia, Thailan, Taiwan, Cina nyaris sama, yaitu kurang dari US 1000 perkapita. Setelah itu lebih dari 40 tahun, GNP perkapita negara-negara tersebut pada tahun 2004, mencapai: indonesia sekitar US 1000, Malaysia US 4. 520, Korea Selatan US 14.000, Tailan US 2.490, Taiwan US 14.590, Cina US 1.500 Current Price, Atlas Method. Bahkan cina memiliki potensi untuk terus tinggi 8-10 pertahun dalam waktu 40 Joseph E. Stiglitz, Dekade Keserakahan Era 90-an dan Awal Mula Petaka Ekonomi Dunia, Penerjemah Aan Suheni, Tangerang: Marjin Kiri, 2006, h. 242. liii yang lama, dan diperkirakan akan menjadi kekuatan ekonomi, politik dan militer terbesar di Asia dalam satu dekade mendatang. 41

B. Utang sebagai Sumber Devisa Pemerintah