Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah KabupatenKota Di Sumatera Utara, 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah didefenisikan sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah yang menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek- proyek daerah dalam satu tahun aggaran serta menggambarkan juga perkiraan penerimaan tertentu dan sumber-sumber penerimaan daerah yang menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah juga diartikan sebagai sarana atau alat untuk menjalankan otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab serta memberi isi dan arti tanggung jawab Pemerintah Daerah karena APBD itu menggambarkan seluruh kebijaksanaan Pemerintah Daerah. Berbagai definisi dari para ahli dan undang-undang mengenai APBD: Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, “APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara”. Menurut Mamesah 1995:19 APBD adalah “Rencana operasional keuangan daerah, dimana satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi- tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah KabupatenKota Di Sumatera Utara, 2010. satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran dimaksud”. Menurut Halim 2002:24, “APBD merupakan rencana kegiatan pemerintah daerah yang dituangkan dalam bentuk angka dan menunjukkan adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal dan biaya yang merupakan batas maksimal untuk suatu peiode anggaran”. Menurut Mardiasmo 2002:9, “APBD merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah”. Sebagai instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas. Anggaran daerah digunakan sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai,dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja. Menurut Saragih 2003:122 “APBD adalah dasar dari pengelolaan keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu umumnya satu tahun.” Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa APBD adalah: 1. Rencana Operasional daerah yang menggambarkan bahwa adanya aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di mana aktivitas tersebut telah diuraikan secara rinci, 2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut, sedang biaya- Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah KabupatenKota Di Sumatera Utara, 2010. biaya yang ada merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan, 3. Dituangkan dalam bentuk angka, jenis kegiatan dan jenis proyek, 4. Untuk keperluan satu tahun anggaran. Bentuk dan susunan APBD berdasarkan Keputusan Menteri dalam Negeri Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 adalah terdiri atas tiga bagian, yaitu pendapatan, belanja dan pembiayaan. APBD sebagai bagian dari siklus anggaran merupakan tahapan yang paling strategis. Dikatakan strategis karena pada tahapan ini akan terlihat besarnya realisasi penerimaan dan pengeluaran yang telah dicantumkan dalam APBD tahun anggaran berjalan, sehingga dari sisi keuangan daerah dapat dilihat apakah kegiatan yang telah direncanakan pada tahap penyusunan APBD telah dilaksanakan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Pemerintah daerah harus mampu menjawab tuntutan masyarakat melalui berbagai program dan kegiatan APBD dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan jasa publik, seperti pendidikan, kesehatan, kebersihan, ketertiban, dan lain sebagainya. Kebijakan penyusunan APBD tidak saja bertujuan untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi daerah dengan cepat, tetapi perlu dilakukan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan dimasa lalu, baik pada tingkah laku individual para penyelenggara kebijakan maupun mekanisme institusional. Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah KabupatenKota Di Sumatera Utara, 2010. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut diatas, maka beberapa hal yang perlu mendapat perhatian pemerintah daerah dalam menyusun dan melaksanakan APBD adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pendapatan pajak dan retribusi tanpa harus menambah beban masyarakat, tetapi melalui penyederhanaan pungutan, efisiensi biaya administrasi pungutan, memperkecil jumlah tunggakan, dan menegakkan sanksi hukum bagi para penghindar pajak, 2. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan penghematan di bidang belanja daerah sesuai prioritas, 3. Memprioritaskan anggaran untuk membiayai kegiatanproyek pada dinas teknis yang bertanggung jawab melayani masyarakat secara langsung, 4. Menciptakan pemerintahan daerah yang bersih dan berwibawa dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme KKN.

B. Penerimaan Daerah