Rie tersenyu
m.”iya,dengan persetujuan dari pemerintah local,seorang wanita bias menjadi
kepala keluarga selama 3 tahun.Hal itu ada dalam peraturan yang dibuat oleh asosiasi sekalipun jarang terjadi. hal.501-502
2. Kinzaemon IX adalah ayah Rie yang sangat arogan,otoriter dan tidak pernah memikirkan
perasaan anaknya.
Rie juga menyadari kala u ia harus belajar banyak dari ayahnya yang arogan dan otoriter,juga dari kin,si kepala pegawai itu. hal 6.
3. Hana adalah ibunya Rie
Rie membuka pintu geser dengan kedua tangannya,menunduk sambil menatap wajah ibunya yang halus.sebuah wajah yang tidak memperlihakan beragam masalah yang ada
dibaliknya.Padahal,seorang istri pembuat sake bertanggung jawab pada urusan makanan,pakaian,kesehatan,dan kesejahteraan seluruh pekerja pembuat sake. hal.7
4. Jihei okamoto adalah suami Rie
Jihei,Suami pilihan keluarganya,yang tidak lebih dari sekedar pemabuk yang tidak memilki naluri bisnis.Bahkan,ia memaksa rie mengasuh anak-anak dari geisha yang
dihamilinya.hal.62-63 5.
Toichi adalah adik laki-laki Rie yang sudah meninggal
Awalnya,ketika adik laki-laki Rie meningal dunia,sang ayah juga kehilangan seluruh harapan dan impiannya.hal.3
6. Onatsu adalah pembantu di rumah keluarga omura.
“oh,disitu kau rupanya”,sambut seorang pembantu bertubuh sintal y
ang murah senyum.Pipi tembamnya,yang seperti apel,sudah lebih dulu ada sebelum Negara ini lahir.O-natsu
namanya.ia mengulurkan secangkir the untuk menghangatkan Rie.hal.6
2.2.5 Sudut pandang point of View
Universitas Sumatera Utara
Sudut pandang atau point of view, menyarankan pada cara sebuah cerita dikisahkan. Menurut Abrams dalam Nurgiantoro 1994: 248 sudut pandang pada hakikatnya merupakan
strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dalam ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang milik
pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun, kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita.
Nurgiantoro 1994: 256 mengemukakan pembedaan sudut pandang yang dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca, yaitu sebagai berikut :
1. Sudut Pandang Personal
ketiga: “Dia” Pengisahan cerita dengan mempergunakan sudut pandang personal
ketiga, gaya “dia”, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampikan tokoh-tokoh
cerita dengan menyebutkan nama atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus- menerus disebut dan sebagai
dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.
2. Sudut Pandang Personal
Pertama: “Aku” Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang personal pertama, gaya
“dia”, narrator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa
dan tindakan yang diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang lain atau tokoh lain kepada pembaca. Kita, pembaca, menerima apa
yang diceritakan oleh si “aku”, maka kita hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang yang dilihat dan dirasakan tokoh si “aku” tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3. Sudut Pandang Campuran
Penggunaan sudut pandang yang bersifat campuran itu di dalam sebuah novel, mungkin berupa penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan teknik “dia”
mahatahu dan “dia” sebagai pengamat, persona pertama dengan teknik “aku” sebagai tokoh utama dan “aku” tambahan atau sebagai saksi, bahkan dapat berupa campuran
antara persona pertama dan ketiga, antara “aku” dan “dia” sekaligus. Sebuah novel yang bersudut pandang persona ketiga, sering memanfaatkan teknik “dia” mahatahu
dan terbatas, atau sebagai observer secara bergantian. Terhadap sejumlah tokoh tertentu, narator bersifat mahatahu. Namun, terhadap sejumlah tokoh yang lain,
biasanya tokoh-tokoh tambahan, termasuk deskripsi latar, narator berlaku sebagai pengamat, bersifat objektif, dan tak melukiskan lebih dari yang dapat dijangkau oleh
indra. Kapan dan seberapa banyak frekuensi penggunaan kedua teknik tersebut tentu saja berdasarkan kebutuhan. Artinya, pengarang akan mempertimbangkan sifat dan
masalah yang sedang digarap disamping juga efek yang ingin dicapai. Teknik observer biasanya dipergunakan untuk melengkapi teknik mahatahu, dan ia akan
memberikan kesan teliti. Dalam novel “the scent of sake”karya Joyce lebra ini pengarang termasuk dalam
Sudut pandang orang ketiga, ialah pengarang menampilkan tokoh dengan menggunakan orang ketiga, seperti ia, dia, atau nama orang,Pengarang mengangkat cerita sejrah jepang
kedalam novelnya,lalu mengemas cerita tersebut lebih menarik agar lebih mudah dipahami pembaca.
2.3 Konsep Feminisme