I-41 Menurut Christopher 2003, p2-9.8, Objective Matrix adalah suatu sistem
pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di suatu perusahaan atau di tiap bagian saja dengan criteria
produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut. Model ini diciptakan oleh Prof. James L. Riggs, seorang ahli produktivitas
dari Amerika Serikat.Matriks ini berasal dari usaha-usaha beliau untuk mengkualifikasikan perawatan yang dilandasi kasih sayang Tender Loving Care
dalam studi produktivitas rumah sakit pada tahun 1975, yaitu suatu skema multi dimensional untuk menyertakan TLC dalam pengukuran kinerja.
Pengukuran produktivitas yang dilakukan dengan menggunakan pengukuran model OMAX, pada dasarnya merupakan perpaduan dari beberapa
ukuran keberhasilan atau kriteria produktivitas yang sudah dibobot sesuai derajat kepentingan masing-masing ukuran atau kriteria itu di dalam perusahaan. Dengan
demikian model ini dapat digunakan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang amat berpengaruh dan yang kurang berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas.
3.2.2. Kelebihan Metode OMAX
Pengukuran produktivitas dapat menjadi suatu hal yang menyulitkan karena adanya beberapa hal yang harus dilibatkan seperti rasio-rasio, indeks,
persentase dan lain-lain.Oleh karena itu tidaklah mengherankan bahwa pengukuran dan peningkatan produktivitas sulit untuk dilakukan karena
banyaknya kriteria yang harus dipertimbangkan dan dilibatkan di dalamnya. Hasil
Universitas Sumatera Utara
I-42 perpaduan beberapa ukuran keberhasilan atau kriteria produktivitas ini kemudian
dinilai ke dalam satu indikator atau indeks yang berguna untuk :
1. Memperlihatkan sasaran atau target peningkatan produktivitas. 2. Alat peringatan dalam pengambilan keputusan bagi peningkatan produktivitas.
3. Mengetahui posisi dalam pencapaian target. Kelebihan model OMAX dibandingkan dengan model pengukuran
produktivitas yang lainnya Christopher, 2003, p2-9.8 yaitu : 1. Model ini memungkinkan menjalankan aktivitas-aktivitas perencanaan,
pengukuran, penilaian dan peningkatan produktivitas sekaligus. 2. Adanya sasaran produktivitas yang jelas dan mudah dimengerti yang akan
memberi motivasi bagi pekerja untuk mencapainya. 3. Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dapat
diidentifikasikan dengan baik dan dapat dikuantifikasikan. 4. Adanya pengertian bobot yang mencerminkan pengaruh masing-masing
faktor terhadap peningkatan produktivitas yang penentuannya memerlukan persetujuan manajemen.
5. Model ini menggabungkan seluruh faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dan dinilai ke dalam satu indikator atau indeks.
6. Bentuk model ini fleksibel, tergantung lingkungan mana diterapkan. Dalam hal ini juga berarti bahwa data-data yang diperlukan dalam model ini mudah
diperoleh di lingkungan perusahaan dimana model ini digunakan.
3.2.3. Perhitungan Produktivitas dengan OMAX
Universitas Sumatera Utara
I-43 Bentuk dan susunan dari pengukuran produktivitas model OMAX berupa
matrix, yang terdiri dari : 1. Kriteria Produktivitas.
Menyatakan kegiatan dan faktor-faktor yang akan diukur produktivitasnya, dinyatakan dengan ratio dari rpoduktivitas yang diukur.
2. Performance nilai pencapaian. Setelah dilakukan pengukuran maka kita dapat mengetahui tingkat
produktivitas perusahaan tersebut. Hasilnya ini yang akan dicantumkan pada baris performance untuk kriteria yang diukur.
3. Butir-butir matrix Terdapat dalam badan matrix yang disusun oleh besaran-besaran pencapaian
mulai dari tingkat 0 hasil yang terjelek smpai dengan tingkat 10 hasil yang terbaik.Pengukuran dimulai dari tingkat normal yaitu tingkat 3.
4. Skor score Hasil dari pengukuran performance yang diubah ke dalam skor yang sesuai.
5. Bobot weight Setiap kriteria yang diukur mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap
tingkat produktivitas perusahaan. Kriteria yang akan diberi bobot berdasarkan derajat kepentingannya. Total dari bobot bisa bernilai 100 atau 100 atau 1.
6. Nilai value
Universitas Sumatera Utara
I-44 Nilai merupakan hasil prkalian dari skor pada kriteria tertentu dengan bobot
kriteria tersebut. 7. Performance indicator
Merupakan jumlah nilai Poin 6 dari semua kriteria pengukuran yang dilakukan.
Adapun langkah – langkah perhitungan dengan metode omax adalah sebagai berikut :
1. Pendefinisian Defining Pada bagian atas matrix terdapat kriteria produktivitas berupa perbandingan
yang merupakan unjuk kerja produktif dari suatu unit kerja serta berpengaruh pada tingkat produktivitas.Satuan untuk tiap-tiap kriteria ditentukan terlebih
dahulu. Pemilihan kriteria tersebut selain karena pengaruhnya juga sebagai faktor yang akan diteliti dan dikembangkan.
2. Pengukuran Quantifying Pada badan matrix ditunjukkan tingkat pencapaian unjuk kerja untuk criteria
produktivitas.Tingkatan tersebut dibagi dalam sepuluh tingkat.Nilai-nilai menunjukkan tingkat dimana matrix pengukuran dimulai. Jika kurang dari hasil
minimum yang dapat diterima dianggap nol. Jika kurang dari hasil minimum yang dapat diterima, dinggap nol. Hasil dari pengukuran untuk setiap unit kerja yang
akan dikembangkan harus disertakan dalam masukan yang dicatat pada baris nilai 0,3 dan 10. Selanjutnya semua masukan yang lain merupakan hasil interpolasi
dari ketiga baris tersebut untuk masing-masing kriteria. Kenaikan level 1 dan 2 dilakukan dengan cara interpolasi
Universitas Sumatera Utara
I-45 ����� 3 − ����� 1
3 − 0
Kenaikan level 4 sampai dengan level 9 dilakukan dengan cara interpoalsi ����� 10 − ����� 3
10 − 3
3. Pencatatan Monitoring Dasar dari matrix adalah perhitungan dari performance indikator indikasi
unjuk kerja.Hasil perbandingan dari ooperasi yang berlangsung ditempatkan di bagian atas matrix, kemudian disesuaikan dengan tingkatan pada badan matrix,
lalu dicatat dalam baris nilai setelah diubah menurut nilai yang ada. Bila ada hasil perbandingan yang terletak di antara 2 dua level, maka dipilih kemungkinan
terjelek. Angka pada baris bobot menunjukkan derajat kepentingan dari masing- masing criteria tersebut dikalikan dengan nilai atasnya lalu dicatat dalam baris
nilai x bobot value, penjumlahan dari value ini adalah performance indikator penunjuk unjuk kerja dari suatu periode tertentu.
Pembagian skala terdiri dari tiga tingkat yaitu : 1. Tingkat 0
Merupakan tingkat rasio terendah yang dicatat pada akhir periode. Dengan kata lain merupakan hasil terjelek atau kemungkinan hasil terjelek yang dicapai tiap
kriteria pada periode tersebut. 2. Tingkat 3
Adalah hasil-hasil yang ingin dicapai dalam kondisi normal selama proses pengukuran berlangsung
3. Tingkat 10
Universitas Sumatera Utara
I-46 Berisi perkiraan realistis hasil terbaik yang mungkin dapat dicapai oleh
perusahaan dalam suatu kurun waaktu tertentu atau dalam suatu periode tertentu
Model ini berupa matrix,sebuah tabel yang butir-butirnya disusun menurut kolom dan baris sehingga dapat dibaca dari atas ke bawah dan dari kiri kekanan.
Sebagaimanayang terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 3.1. Bentuk Matriks Metode OMAX
Untuk menghitung indeks produktivitas dihitung dengan menggunakan rumus ������ ������������� =
���������� �������� ������ �����
Universitas Sumatera Utara
I-47 3.3.
Analytical Hierarchy Process AHP
Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleksdengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dandengan
menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atauprioritas.Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan
logikayang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagaipertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan
kitasecara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telahdibuat Kastowo, Banu. 2008.
3.3.1. Tahapan Analytical Hierarchy Process AHP