Menyusun Hierarki Menetapkan Prioritas

I-49 hasilperbandingan diberi nilai 1.Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisamembedakan intensitas antar elemen.Hasil perbandingan tersebut diisikanpada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. 5. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 6. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. Memeriksa konsistensi hirarki.Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 .

3.3.2. Menyusun Hierarki

Manusia mempunyai kemampuan untuk mempersepsi benda dan gagasanmengidentifikasikannya, dan mengkomunikasikan apa yang mereka amati. Untukmemperoleh pengetahuan terinci, pikiran kita menyusun realitas yang komplekskedalam bagian yang menjadi nelemen pokoknya, dan kemudian Universitas Sumatera Utara I-50 bagian inikedalam bagian-bagiannya lagi, dan seterusnya secara hierarkis. Jumlah bagian-bagianini berkisar antara lima sampai sembilan.

3.3.3. Menetapkan Prioritas

Langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatupersoalan keputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan yaituelemen-elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria yangditentukan.Untuk perbandingan berpasangan ini, matrik merupakan bentuk yanglebih disukai.Matriks merupakan alat sederhana dan bisa dipakai, dan memberkerangka untuk menguji konsistensi, memperoleh informasi tambahan denganjalan membuat segala perbandingan yang mungkin, dan menganalisis kepekaanprioritas menyeluruh terhadap perubahan dalam pertimbangan. Ancangan matrikini secara unik mencerminkan dwi segi prioritas : mendominasi dan didominasi. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan ini, mulailah padapuncak hierarki untuk memilih criteria C, atau sifat, yang akan digunakan untukmelakukan perbandingan yang pertama. Lalu, dari tingkat tepat dibawahnya,ambil elemen-elemen yang akan dibandingkan: A1, A2, A3, dan sebagainya.Katakan lah ada enam elemen.Susun elemen-elemen ini pada sebuah matriks seperti tabel 3.1 berikut. Universitas Sumatera Utara I-51 Tabel 3.1. Contoh Matriks untuk Perbandingan Berpasangan Elemen A1 A2 ... A6 A1 1 . . . A2 . 1 . . ... . . . . A6 . . . 1 Dalam matriks diatas, bandingkan elemen A1 dalam kolom yang sebelahkiri dengan elemen A1, A2, A3, dan seterusnya yang terdapat di baris atauberkenaan dengan sifat C disudut kiri atas.Lalu ulangi dengan elemen kolom A2dan seterusnya.Untuk mengisi matriks perbandingan berpasangan itu, digunakanbilangan untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen diatas elemenyang lainnya berkenaan dengan sifat tersebut. Tabel 3.2 membuat skala bandingperpasangan.Skala itu mendefenisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai dengan 9 yangditetapkan bagi pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yangsejenisnya di setiap tingkat hierarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkatdiatasnya.Pengalaman telah membuktikan bahwa skala dengan sembilan satuandapat diterima dan mencerminkan derajat sampai mana kita mampu membedakanintensitas tata hubungan antar elemen.Bila memakai skala itu dalam kontekssosial, psikologis atau politis, utarakan lebih dahulu pertimbangan verbalnya, laluditerjemahkan secara numerik ini merupakan ancangan belaka, validitasnya dievaluasi dengan Universitas Sumatera Utara I-52 suatu uji konsistensi dan oleh penerapan dalam kehidupannyata untuk mana jawaban-jawabannya sudah diketahui. Tabel 3.2. Skala Perbandingan Berpasangan Intensitas Pentingnya Defenisi 1 3 5 7 9 2, 4, 6, 8 Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya Elemen yang satu sangat penting ketimbang yang lainnya Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya Nilai-nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan

3.3.4. Kelebihan dan Kelemahan Analytical Hierarchy Process AHP