Definisi Perilaku Konsumen ZMOT Zero Moment of Truth

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Prilaku Konsumen

2.1.1.1 Definisi Perilaku Konsumen

Asosiasi pemasaran Amerika mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi yang dinamis mengenai perasaan, kognisi, perilaku, dan lingkungan di mana individu melakukan pertukaran dalam berbagai aspek di dalam kehidupannya Suryani, 2013:5. Sebuah perusahaan agar dapat sukses dalam persaingan, maka perusahaan harus berusaha dan menciptakan dan mempertahankan pelanggan dengan cara menghasilkan dan menyampaikan produk yang diinginkan konsumen dengan produk yang layak. Oleh karena itu setiap pelaku bisnis harus berupaya untuk memahami perilaku pelanggannya. Perilaku konsumen merupakan proses yang dinamis yang mencakup perilaku konsumen individual, kelompok dan anggota masyarakat yang secara terus menerus mengalami perubahan. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa termasuk proses keputusan yang mendahului atau menyusuli tindakan ini Setiadi, 2010:2.

2.1.1.2 ZMOT Zero Moment of Truth

Proses dalam memenuhi kebutuhan konsumen berbelanja dimulai pada Zero Moment of Truth nol saat kebenaran. Menurut Lecenski 2011: 9 ZMOT adalah momen ketika pembeli menggunakan laptop, handphone atau perangkat 10 kabel lainnya dan mulai mencari dan mempelajari satu produk, atau layanan yang sedang dipikirkan untuk dibeli. Sekarang ini, konsumen sudah tahu banyak hal mengenai produk atau jasa yang akan dibeli sebelum sampai di tempat belanja. Konsumen banyak menemukan panduan online, dari setiap sumber yang memungkinkan, mengenai merk dan produk yang menarik. Menjelalahi, mencari tahu, mengungkapkan dan memimpikan serta menguasai mengenai produk atau jasa yang akan dikonsumsi, dan kemudian siap membeli dengan yakin. Konsumen saling belajar, memberi tahu dan selanjutnya berbagi informasi mengenai produk dengan yang lain. Ini merupakan model mentar baru dari pemasaran. Gambar 2.1 menunjukkan model mental baru dari pemasaran. Sumber : Lecinsky 2011 : 17 Gambar 2.1: Model mental baru pemasaran

1. Stimulus

Stumulus merupakan rangsangan yang diterima konsumen agar dapat tertarik terhadap suatu produk. Stimulus dapat berupa iklan di media masa maupun elektronik. 11

2. The Zero Moment of Truth

Zmot mempengaruhi merk mana yang menjadi daftar belanjaan terlebih dahulu, di mana konsumen berbelanja memilih untuk dibeli dan dengan siapa konsumen berbagi hasilnya. Hal ini merupakan moment baru di mana keputusan dibuat oleh konsumen. Ini adalah moment pembuatan keputusan baru yang terjadi ratusan kali sehari pada handphone, laptop dan alat lainnya. Ini merupakan momen dimana pemasaran terjadi, dimana informasi terjadi, dan dimana konsumen membuat pilihan yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan setiap merk yang ada di dunia.

3. Rak

Konsumen pergi ke toko untuk melihat produk apakah sesuai dengan informasi yang diperoleh atau tidak. Disinilah keputuan pembelian dibuat.

4. Pengalaman

Kepuasan atau ketidak puasan konsumen mengenai produk yang dibeli yang berasal dari ekspektasi yang sesuai atau tidak mengenai produk. Tahap di mana konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah pembelian. Ketika konsumen mendengar produk sekarang ini, reaksi pertama konsumen yang muncul adalah “Izinkan saya mencarinya secara online”. Selanjutnya, konsumen melakukan pencarian terhadap produk, layanan, masalah dan kesempatan. Contoh dari perilaku konsumen pada model mental pemasaran baru, Seorang pelanggan hotel yang sedang menuju kekamar melihat poster lobby yang 12 berisi “Tontonlah pertunjukan musik Jazz di ballroom pada malam hari ini jam 8”. Kebetulan, pelanggan hotel tersebut menyukai musik jazz. Jadi, ini merupakan situasi pemasaran klasik: stimulusnya adalah poster - “tontonlah pertunjukan music jazz” dan respons pelanggan hotel tersebut dalam hal ini jelas untuk datang ke ballroom malam ini pada jam delapan, membeli tiket dan menonton pertunjukan tersebut. Namun, pada model mental baru pemasaran hal ini tidak terjadi. Pelanggan hotel tersebut pergi ke kamar, membuka laptop dan mulai melakukan pencarian informasi. Karena pelanggan hotel ingin tahu “Apa jenis musik jazz yang dia mainkan? Siapa saja pengisi acara tersebut? Berapa biaya? Bagaimana ballroom tersebut? dan ketika pelanggan hotel melakukannya, kemudian membuat keputusan. Momen yang sedikit ini adalah momen yang mengubah peranan buku pemasaran. Ini adalah momen pembuatan keputusan baru. Pada Google, kita sebut hal ini dengan Zero Moment of Truth atau secara sederhananya ZMOT “ZEE-mot”. Zero moment of truth adalah : 1. Seorang ibu yang sibuk di dalam mobil, sedang mencari obat dekongestan di handphonnya selagi dia menunggu menjemput puteranya di sekolah. Ibu tersebut mencari : a. Informasi lebih tentang produk. b. Pengalaman bahwa orang lain juga memiliki produk tersebut. c. Tawaran, potongan harga dan kupon. 13 2. Seorang manajer di kantornya, sedang membandingkan harga laser printer dan biaya catridge tinta sebelum pergi ke toko secara langsung. 3. Seorang mahasiswa di cafe, sedang menscan laptop selagi mencari buku dan kajian teori dari handphonnya.

2.1.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama oleh keadaan dan situasi dimana ia dilahirkan dan tumbuh berkembang. Konsumen yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, tentu akan mempunyai kebutuhan, pendapat, penilaian, sikap serta persepsi yang berbeda yang mempengaruhi masing-masing dari setiap individu dalam berperilaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler dan Amstrong 2008 terdiri dari: 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebubudayaan memiliki pengaruh yang paling luas dalam perilaku konsumen. Kebudayaan adalah seperangkat nilai, persepsi, keinginan, dan perilaku dasar yang dipelajari seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga-lembaga kemasyarakatan penting lainnya. Kebudayaan merupakan faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Perilaku manusia akan sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dimana ia bertempat tinggal dan pengaruh tersebut akan terus ada dan terus berubah mengikuti perkembangan zaman. 2. Faktor Sosial Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti : kelompok 14 acuan, keluarga, peran dan status dalam masyarakat. a. Kelompok Acuan kelompok acuan bertindak sebagai titik perbandingan atau titik referensi langsung berhadapan atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau perilaku seseorang. Kelompok acuan mempengaruhi sikap invidu, mendorong anggotanya untuk berprilaku sama dengan kelompok acuan tersebut. b. Keluarga Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga sendiri biasanya menjadi sumber orientasi dalam perilaku. Anak-anak akan mengikuti perilaku orang tua mereka, bila itu menguntungkan bagi mereka. c. Peran dan status dalam masyarakat Peran adalah kegiatan yang diharapkan dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang disekitarnya. Sedang status adalah pengakuan umum masyarakat sesuai dengan peran yang dijalankan. Setiap individu dengan peran dan status yang disandangnya akan mempengaruhi perilakunya. 3. Faktor Pribadi Keputusan individu dalam melakukan pembelian bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor pribadi berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya. Faktor-faktor tersebut diantaranya : a. Usia dan Tahap Siklus Hidup Individu dalam membeli barang atau jasa biasanya disesuaikan dengan perubahan usia mereka. Pola konsumsi yang terbentuk juga berbeda antara individu-individu yang usianya berbeda. 15 b. Pekerjaan Pekerjaan individu tentunya ikut mempengaruhi perilaku pembelian individu. Penghasilan yang mereka peroleh dari pekerjaannya itulah yang menjadi determinan penting dalam perilaku pembelian mereka. c. Gaya Hidup Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Gaya hidup akan sangat mempengaruhi pola tindakan dan perilaku individu. d. Kepribadian Kepribadian adalah karakteristik psikologi yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. 4. Faktor Psikologi a. Motivasi motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mendorong seseorang untuk mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut. Kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan oleh individu tersebutlah yang mempengaruhi setiap individu dalam berprilaku demi mencapai kepuasan tersebut. b. Persepsi Disamping motivasi mendasari seseorang untuk melakukan keputusan pembelian maka akan dipengaruhi juga oleh persepsinya terhadap apa yang diinginkan. Konsumen akan menampakkan perilakunya setelah melakukan persepsi terhadap keputusan apa yang akan diambil dalam membeli suatu 16 produk. c. Keyakinan dan Sikap Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu, yang didasarkan pada pengetahuan, pendapat, atau kepercayaan yang bisa membawa unsure emosional maupun tidak. Sikap adalah evaluasi, perasaan yang relative konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide. Keyakinan konsumen terhadap suatu produk atau jasa akan mempengaruhi sikap konsumen tersebut dalam perilaku pembelian. 2.1.2 Keputusan Pembelian 2.1.2.1 Pengertian Keputusan Pembelian Menurut Kotler dan Amstrong 2008:181, keputusan pembelian purchase decision konsumen adalah keputusan pembeli tentang merek yang paling disukai. Dalam menentukan keputusan pembelian, konsumen akan dihadapkan pada berbagai alternatif pilihan. Tidak semua konsumen dalam mengambil keputusan memerlukan tingkat pencarian informasi yang sama. Jika dalam pengambilan keputusan memerlukan usaha yang besar, maka konsumen perlu meluangkan waktu untuk melalukan proses keputusan. Sebaliknya untuk pembelian yang sifatnya rutin cenderung merupakan peristiwa yang monoton dan menunjukkan berkurangnya tingkat kesenangan Suhari, 2008:141. 2.1.2.2 Proses Keputusan Pembelian Konsumen Menutut Kotler dan Amstrong 2008:179 proses keputusan konsumen terdiri dari lima tahap, seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.2 berikut. 17 Sumber : Kotler dan Amstrong 2008 : 179 Gambar 2.2: Proses Keputusan Pembelian

1. Pengenalan kebutuhan

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan, ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang rasa lapar, haus, dan seks timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Kemudian rangsangan eksternal contohnya, suatu iklan atau diskusi dengan teman bisa membuat anda berpikir untuk membeli mobil baru.

2. Pencarian informasi

Tahap dimana konsumen ingin mencari informasi lebih banyak, konsumen mungkin hanya memperbesar perhatian atau melakukan pencarian informasi secara aktif. Jumlah pencarian yang dilakukan konsumen bergantung pada kekuatan dorongan internalnya, jumlah informasi yang dibutuhkan, kemudahan memperoleh lebih banyak informasi, nilai yang konsumen tempatkan pada informasi tambahan, dan kepuasan yang konsumen dapat dari pencarian informasi. Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber. Sumber-sumber ini meliputi sumber pribadi keluarga, teman, tetangga, rekan, sumber komersial iklan, wiraniaga, situs web, kemasan, tampilan, sumber publik media massa, organisasi pemeringkat konsumen, pencarian internet, dan sumber pengalaman penanganan, pemeriksaan, Pengenalan kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi alternatif Keputusan pembelian Perilaku pascapembelian 18 pemakaian produk. Pengaruh relatif sumber-sumber informasi ini bervariasi sesuai produk dan pembelinya. Para pembeli mencari informasi dari banyak sumber sebelum membeli.

3. Evaluasi Alternatif

Tahap dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam sekelompok pilihan. Sayangnya, konsumen tidak menggunakan proses evaluasi yang sederhana dan tunggal dalam setiap pembelian. Sebagai gantinya, beberapa proses evaluasi yang digunakan. Konsumen sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui beberapa prosedur evaluasi. Bagaimana cara konsumen mengevaluasi alternatif bergantung pada konsumen pribadi dan situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pemikiran yang logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit melakukan evaluasi atau bahkan tidak mengevaluasi, sebagai gantinya mereka membeli berdasarkan dorongan dan bergantung pada intuisi. kadang-kadang kansumen membuat keputusan sendiri, kadang-kadang mereka meminta nasihat pembelian dari teman, pemandu konsumen, atau wiraniaga.

4. Keputusan Pembelian

Proses dimana konsumen menjatuhkan pilihan terhadap produk mana yang akan dibeli. Ada dua faktor yang bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Jika seseorang yang mempunyai arti penting bagi anda berrpikir bahwa anda seharusnya membeli mobil yang paling murah, maka peluang anda untuk membeli mobil 19 mahal berkurang. Faktor kedua adalah faktor situasional yang diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun, kejadian tak terduga bisa mengubah niat pembelian. Contoh, seorang teman mungkin memberitahu anda bahwa ia pernah kecewa dengan mobil yang anda sukai. Oleh karena itu, preferensi dan niat pembelian tidak selalu menghasilkan pilihan pembelian yang aktual.

5. Perilaku Pascapembelian

Tahap di mana konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah pembelian, berdasarkan kepuasan, atau ketidakpuasan yang dirasa, yang menetukan kepuasan atau ketidakpuasan pembeli terletak pada hubungan antara ekspetasi konsumen dan kinerja anggapan produk. Jika produk tidak memenuhi ekspetasi, konsumen kecewa; jika produk memenuhi ekspetasi, konsumen puas; jika produk melebihi ekspetasi, konsumen sangat puas.

2.1.2.3 Jenis-Jenis Perilaku Keputusan Pembelian

1. Perilaku Pembelian Kompleks Konsumen melakukan perilaku pembelian kompleks complex buying behaviour ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan merasa ada perbedaan yang signifikan antarmerek. Konsumen mungkin sangat terlibat ketika produk itu mahal, beresiko, jarang dibeli, dan sangat memperlihatkan ekspresi diri. Umumnya, konsumen harus mempelajari banyak hal tentang kategori produk. Pembeli akan melewati proses pembelajaran, mula-mula ia mengembangkan 20 keyakinan tentang produk, lalu sikap, dan kemudian membuat pilihan pembelian yang dipikirkan secara matang. 2. Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi Perilaku pembelian pengurangan disonansi dissonance reducing behaviour terjadi ketika konsumen sangat terlibat dalam pembelian yang mahal, jarang dilakukan, atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan antar merek. 3. Perilaku Pembelian Kebiasaan Perilaku pembelian kebiasaaan habitual buying behaviour terjadi dalam keadaan keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan merek. Contohnya, gula. Konsumen hanya mempunyai sedikit keterlibatan dalam kategori produk ini −mereka hanya pergi ke toko dan mengambil satu merek. Jika mereka terus mengambil merek yang sama, hal ini lebih merupakan kebiasaan daripada loyalitas yang kuat terhadap sebuah merek. 4. Perilaku Pembelian Mencari Keragaman Konsumen melakukan perilaku pembelian mencari keragaman variety-seeking buying behaviour dalam situasi yang mempunyai karakter keterlibatan konsumen rendah tetapi anggapan perbedaan merek yang signifikan. Dalam kasus seperti ini, konsumen sering melakukan pertukaran merek.

2.1.3 Kepercayaan

kepercayaan adalah sejumlah keyakinan spesifik terhadap integritas kejujuran pihak yang dipercaya dan kemampuan menepati janji, benevolonece perhatian dan motivasi yang dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang mempercayai, Competency kemampuan pihak yang dipercaya 21 untuk melaksanakan kebutuhan yang mempercayai dan predictability konsistensi perilaku pihak yang dipercaya Ferrinadewi, 2008:147. Dalam transaksi secara online, kepercayaan muncul ketika pihak yang terlibat telah mendapat kepastian dari pihak lainnya, serta mau dan bisa memberikan kewajibannya. Kepercayaan melibatkan kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu karena keyakinan bahwa mitranya akan memberikan apa yang diharapkan dan harapan yang umumnya dimiliki seseorang bahwa kata, janji atau pernyataan orang lain dapat diperlihatkan secara umum dalam suatu hubungan diperlukan adanya kepercayaan. Menurut Sumarwan dalam Sangadji dan Sopiah 2013 “kepercayaan merupakan kekuatan bahwa suatu produk memiliki atribut tertentu. Kepercayaan itu sering disebut perkaitan objek-atribut tertentu object-attribute linkage, yaitu kepercayaan konsumen tentang kemungkinan adanya hubungan antara sebuah objek dengan atributnya yang relevan”. Kepercayaan menjadi dasar sebagai jaminan awal dari suatu hubungan dua orang atau lebih dalam bekerja sama. Kepercayaan itu sendiri dapat tumbuh dengan sendirinya seiring waktu saat berjalannya hubungan tersebut. Keyakinan pihak yang satu terhadap pihak yang lain akan menimbulkan perilaku interaktif yang akan memperkuat hubungan dan membantu mempertahankan hubungan tersebut. Perilaku tersebut akan meningkatkan lamanya hubungan dengan memperkuat komitmen di dalam hubungan. Pada akhirnya, kepercayaan akan menjadi komponen yang bernilai untuk menciptakan hubungan yang sukses. Kepercayaan 22 tersebut juga mengurangsi risiko dalam bermitra dan membangun hubungan jangka panjang serta meningkatkan komitmen dalam berhubungan. Ketika seorang berbelanja online, hal utama yang menjadi pertimbangan seorang pembeli adalah apakah mereka percaya kepada website yang menyediakan online shopping dan penjual online pada website tersebut. Selanjutnya, kepercayaan pembeli terhadap penjual online terkait dengan keandalan penjual online dalam menjamin keamanan bertransaksi dan meyakinkan transaksi akan diproses setelah pembayaran dilakukan oleh pembeli. Keandalan ini terkait dengan keberadaan penjual online. Semakin berkembangnya teknologi, semakin berkembang pula modus penipuan berbasis teknologi pada online shopping. Pada situs-situs online shopping, tidak sedikit penjual online fiktif yang memasarkan produk fiktif juga. Seorang pembeli harus terlebih dahulu untuk mengecek keberadaan penjual online. Biasanya pada situs online shopping, situs akan menampilkan informasi tentang penjual-penjual yang lokasinya sering diakses oleh orang. Pembeli dapat memanfaatkan informasi ini ketika akan membeli online.

2.1.4 Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan pola konsumsi yang merefleksikan pilihan individu dalam hal bagaimana individu menghabiskan uang dan waktunya. Suryani 2013: 56. Menurut Mowen dan Minor 2002:282 gaya hidup didefinisikan bagaimana seseorang hidup. Gaya hidup juga dipergunakan untuk menguraikan tiga tingkat agresi orang yang berbeda: individu, sekelompok kecil orang yang berinteraksi, dan kelompok orang yang lebih besar misalnya segmen pasar. Gaya hidup 23 menunjukkan bagaimana seseorang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Gaya hidup dua orang dengan usia, pendapatan, pendidikan dan bahkan pekerjaan yang sama tidak perlu menjalani kehidupan dengan cara yang sama, setiap orang bisa memiliki opini, minat, dan kegiatan yang berbeda. Sebagai akibatnya, setiap individu tersebut cenderung memperlihatkan pola perilaku yang berbeda, termasuk membeli produk dan merek yang berbeda dan menggunakannya dalam cara yang berbeda dan untuk tujuan yang berbeda. Pola kegiatan, minat dan opini yang luas ini dan perilaku yang muncul disebut sebagai gaya hidup atau lifestyle Boyd, 2000:139. Gaya hidup menunjukkan bagaimana individu menjalankan kehidupannya. Secara sederhana seperti yang dikemukakan Kasali di dalam Amir 2005:53 gaya hidup adalah bagaimana orang menghabiskan waktu dan uangnya. Artinya, pemasar bisa menganalisis gaya hidup seseorang dari bagaimana orang itu beraktifitas yaitu menjalankan tuntutan pekerjaannya, memenuhi hasrat nya untuk melakukan berbagai hobinya, dan tentu saja berbelanja, maupun melakukan olahraga kegemarannya. Bisa dikombinasikan pula dengan melihat minatnya yaitu atas makanan yang dibeli, pakaian yang diidam-idamkannya, pilihan tempat rekreasi dan hiburan. Begitu pula lewat opini mereka, yaitu terhadap apa saja; terhadap diri mereka sendiri, hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari social interest, tentang bisnis maupun produk-produk tertentu. Dalam istilah pemasaran, aktivitas, minat dan opini dikenal dengan istilah AIO Activity, Interest, Opinion . 24 Dari pespektif ekonomi, gaya hidup menunjukkan bagaimana seseorang mengalokasikan pendapatannya, dan memilih produk maupun jasa dan berbagai pilihan lainnya ketika memilih alternatif dalam satu kategori jenis produk yang ada. Apakah yang mempengaruhi gaya hidup dan bagaimana pengaruhnya terhadap konsumsi, Tabel 2.1 dapat menjelaskan mengenai hal tersebut. Tabel 2.1 Gaya Hidup dan Proses Konsumsi Penentu Gaya Hidup Tercermin Pada Dampak Terhadap Perilaku • Demografi • Sub-budaya • Kelas sosial • Motif • Kepribadian • Emosi • Nilai-nilai • Daur hidup keluarga • Budaya • Pengalaman masa lalu • Aktivitas • Minat • Kesukaan ketidaksukaan • Sikap • Konsumsi • Harapan perasaan • Pembelian bagaimana, kapan, apa, dan dengan siapa • Konsumsi dimana, dengan siapa, bagaiamana, dan apa Sumber : Suryani 2013:57 Dalam perspektif pemasaran, konsumen yang memiliki gaya hidup yang sama akan mengelompok dengan sendirinya kedalam suatu kelompok berdasarkan minatnya dalam menggunakan waktu senggang, dan membelanjakan uangnya. Terjadinya perubahan gaya hidup dari generasi ke generasi karena adanya perubahan sosial di masyarakat dan lingkungan ekonomi yang berubah, merupakan peluang bagi pemasar untuk menciptakan produk dan menyesuaikan produknya sesuai dengan gaya hidup pasar yang dituju. Beberapa produk baru diciptakan di era internet. Restoran café yang dilengkapi WiFi, pembelian tiket 25 secara online, belanja online merupakan layanan tambahan yang disediakan karena perubahan gaya hidup konsumen.

2.1.5 Gender

Menurut Baron Byrne 2004, gender merujuk pada segala sesutau yang berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuk atribut, tingkah laku, karakteristik kepribadian dan harapan yang berhubungan dengan jenis kelamin biologis seseorang dalam budaya yang berlaku. Apriani 2008 menyatakan gender adalah sifat yang melekat pada pria dan wanita yang dibentuk oleh faktor sosial maupun budaya sehingga lahirlah anggapan mengenai peran sosial antara pria dan wanita. Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Istilah gender merujuk pada karakteristik dan ciri-ciri sosial yang diasosiasikan pada laki-laki dan perempuan. Karakteristik dan ciri yang diasosiasikan tidak hanya didasarkan pada perbedaan biologis, melainkan juga pada interpretasi sosial dan cultural tentang apa artinya menjadi laki-laki atau perempuan. Istilah gender dikemukakan oleh para ilmuwan sosial dengan maksud untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang mempunyai sifat bawaan ciptaan Tuhan dan bentukan budaya konstruksi sosial. Gender diartikan sebagai konstruksi sosiokultural yang membedakan karakteristik maskulin dan feminim. Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan 26 tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Dari beberapa penjelasan mengenai gender, dapat di ambil kesimpulan bahwa gender ialah sifat yang melekat pada pria maupun wanita yang berasal dari keadaan sosial dan budaya di sekitar mereka yang tampak dari nilai dan tingkah laku mereka.

2.1.6 Belanja Online Online shopping

2.1.6.1 Definisi Belanja Online

Belanja online adalah suatu bentuk perdagangan menggunakan perangkat elektronik yang memungkinkan konsumen untuk membeli barang atau jasa dari penjual melalui internet. Nama lain kegiatan tersebut adalah: e-web-shop, e-shop, e-toko, toko internet, web-shop, web-store, toko online, toko online dan toko virtual sumber: www.lenterakecil.com. Prabowo dan Suwarsi 2013:29 mendefinisikan Online shopping atau biasa juga disebut internet shopping atau internet buying merupakan proses dari pembelian produk atau jasa melalui internet. Untuk sistem pembayarannya, pembeli online dapat menggunakan kartu plastik, transfer antar rekening, ataupun dengan transaksi Cash on Delivery dimana seorang konsumen baru akan membayar setelah produk yang dibeli telah sampai ke tangan konsumen. Berbagai metode pembayaran tersebut dapat dipilih sesuai dengan sistem pembayaran yang ditawarkan masing-masing pihak toko online.

2.1.6.2 Media Belanja Online Di Indonesia

Beberapa media belanja online di Indonesia, yaitu: 27 a. Blog Salah satu media yang menampilkan belanja online antar lain adalah blog. Blog merupakan layanan web gratis dimana palaku usaha daring menggunakan blog sebagai toko online untuk menjual sekaligus mempromosikan barang dan jasa yang ditawarkan kepada calon konsumen. Karena sifatnya yang mudah di kustomisasi oleh penggunanya, maka belanja online melalui media blog cukup riskan karena pembeli cukup sulit mengetahui reputasi dari penjual. Biasanya penjual mengunggah bukti bukti transfer yang dimiliki sebagai bentuk jaminan kepada pelanggan bahwa konsumen dapat mempercayai usaha online tersebut. b. Situs Web Ada banyak situs web yang menyediakan layanan belanja online baik web lokal maupun web internasional. Ada banyak hal yang dapat dilakukan dilayanan belanja online melalui web, diantaranya yang terkenal adalah lelang. Lelang merupakan kegiatan belanja online dimana pembeli menetapkan batas bawah suatu harga yang hendak dilelang, kemudian sang pembeli yang tertarik dapat menawar biasa disebut bidding sesuai kelipatan yang diajukan. Lelang biasanya dibatasi pada periode tertentu sehingga pembeli dengan nominal tertinggi dinyatakan berhak membeli barang yang diinginkan sesuai dengan harga yang diajukan. c. Situs Jejaring Sosial Seiring dengan maraknya pertumbuhan situs jejaring sosial di dunia, media social networking ini juga dilirik oleh pelaku belanja online untuk memasarkan produknya. Penjual akan mengunggah barang yang ditawarkan kemudian 28 disebarkan melalui messaging atau fitur photo sharing. Bentuk penawaran ini merupakan perkembangan dari media katalog yang tadinya disebarkan dalam bentuk media cetak per bulan, kini disebarkan melalui media katalog online yang penawarannya dapat diupdate kapan saja.

2.1.6.3 Keuntungan Dan Kelemahan Belanja Online

Belanja secara online juga memberikan keuntungan serta kerugian bagi konsumen. Beberapa keuntungan belanja online: 1. Pembeli tidak perlu datang langsung ke toko, mall, dan lain sebagainya. Cukup dengan mengakses website lewat internet untuk memilih barang yang dikehendaki 2. Kapan dan di mana saja dapat memilih barang. Dari rumah, kantor, perjalanan, dan lain-lain selama terdapat koneksi internet dalam waktu 24 jam. 3. Pemilik Toko online dapat menekan biaya untuk fisik toko karena cukup memasarkan produknya melalui Internet. 4. Pemasaran produk bisa menjangkau seluruh dunia. beberapa kelemahan belanja online: 1. Kualitas barang terkadang tidak sesuai dengan keinginan. Apa yang ditampilkan di website bisa berbeda dengan yang terima. 2. Rentan aksi penipuan dimana banyak kasus ketika pembeli telah mengirim sejumlah uang yang disepakati, barang yang dibeli tidak dikirim. 3. Resiko barang rusak setelah diterima akibat pengiriman pihak ketiga. Meski bisa diganti memerlukan waktu lagi. 29 4. Rentan aksi pemboboloan rekening karena pembayaran dilakukan melalui Internet. 5. Marak aksi spamming karena setelah pembeli melakukan registrasi, penjual cenderung selalu mengirimkan katalog online melalui e-mail pembeli dan hal ini cukup mengganggu privasi masing-masing pembeli dan penjual.

2.2 Penelitian Terdahulu