Pengertian Modern Modern dan Modernisasi

Giddens menggambarkan kehidupan modern berawal di Eropa abad 17 sebagai sebuah “Juggernaut” panser raksasa. Pada akhir abad ke-20, banyak yang berpendapat, kita bertahan di pembukaan zaman baru, dimana ilmu pengetahuan sosial harus menanggapi dan kita yang melakukan melebihi modernitas itu sendiri. Giddens, 2005: 10 Modernitas dalam bentuk panser raksasa ini sangat dinamis. Kehidupan modern adalah sebuah “dunia yang tak terkendali” dengan langkah, cakupan, dan kedalaman perubahannya yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sistem sebelumnya. Ritzer dan Goodman, 2004: 553 Sedangkan modernitas menurut Giddens terdiri dari tiga ciri dinamis: ciri pertama ruang dan waktu. Dalam masyarakat pramodern, waktu selalu dikaitkan dengan ruang dan pengukuran waktu biasanya tidak tepat. Dengan modernisasi, waktu dibakukan ukurannya dan kaitan antara waktu dan ruang diputus. Dalam hal ini, baik waktu maupun ruang “dikosongkan” dari isinya; tak ada waktu dan ruang khusus yang istimewa; keduanya menjadi bentuknya yang murni. Dengan datangnya modernitas, ruang makin lama dipisahkan dari tempat, berhubungan dengan orang yang berjauhan jarak fisik makin lama makin besar peluangnya. Ciri kedua yakni pemisahan; pemisahan adalah “pelepasan” relasi sosial dari konteks lokal interaksi dan restrukturisasi mereka pada rentang waktu dan ruang yang tidak terbatas. Dalam pemisahan terdapat sistem keahlian, yakni sistem kecakapan teknis atau keahlian profesional yang mengorganisir bidang material dan lingkungan sosial dimana kita hidup sekarang. Sistem ahli adalah mekanisme pemisah karena ia menyokong pemisahan ruang dari waktu dan menyediakan “jaminan” harapan pada ruang dan waktu yang berjarak. Giddens, 2005: 27 Dan ciri ketiga yakni kepercayaan trust, yang sangat penting dalam masyarakat modern dipengaruhi oleh sistem abstrak dan oleh pemisahan ruang dan waktu yang sangat besar. Kepercayaan menjadi perlu bila kita tidak lagi mempunyai informasi lengkap tentang fenomena sosial. Kepercayaan sangat besar perannya tak hanya dalam masyarakat modern pada umumnya, tetapi juga terhadap tanda simbolik dan sistem keahlian yang membantu memisahkan kehidupan dalam dunia modern. Giddens, 2005: 29 Penyebaran itu kemudian dianggap sebagai sesuatu yang biasa sehingga masyarakat dunia dibagai menjadi dua kategori yaitu negara maju, negara yang telah mengalami modernisasi dan negara sedang berkembang, negara yang sedang mengadakan modernisasi. Sebagai suatu proses sosial, modernisasi cenderung tak dapat ditetapkan batasan- batasannya secara mutlak, karena meliputi proses yang sangat luas, dan mencakup berbagai sesi kehidupan dan kepentingan berbeda untuk tiap daerah dan wilayah tertentu. Schoorl, 1980:1 Modernisasi pada hakikatnya adalah suatu proses yang bertujuan akhir mempermudah dan meningkatkan efisiensi pencapaian tujuan manusia. Di Indonesia, makna modernisasi tersebut kurang bisa dipahami,