39 Adanya varians variabel independen adalah konstan untuk setiap nilai
tertentu variabel independen homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan
uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara statistic mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadinya
heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5 dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolinearitas
Artinya variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui
ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF Variance Inflation Factor melalui program SPSS. Tolerance mengukur
variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance 1 atau nilai VIF
5, maka tidak terjadi multikolinearitas Situmorang, 2008: 104.
3.12 Pengujian Hipotesis
3.12.1 Uji Signifikan Simultan Uji - F
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama sama terhadap
variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah:
40 H0: b1, b2 = 0, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. H0: b1, b2
≠ 0, artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kriteria pengambilan keputusannya adalah: H0 ditolak jika F hitung F tabel pada
α = 5 H0 diterima jika F hitung F tabel pada
α = 5
3.12.2 Uji Signifikan Parsial Uji - t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara parsial individual terhadap variasi variabel
dependen. Kriteria pengujiannya adalah:
H0: b1, b2, b3 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel
dependen. H0: b1, b2, b3
≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel
dependen. Kriteria pengambilan keputusan adalah:
H0 ditolak jika t hitung t tabel pada α = 5
H0 diterima jika t hitung t tabel pada α = 5
41
3.12.3 Koefisien Determinasi
�
�
Koefisien Determinasi �
2
digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika Koefisien Determinasi
�
2
semakin besar mendekati satu menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y dimana 0
�
2
1. Sebaliknya, jika �
2
semakin kecil mendekati nol, maka akan dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah kecil
terhadap variabel terikat. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1
Gambaran Umum Perusahaan Kartu Seluler
Kartu seluler adalah salah satu produk yang sangat dibutuhkan oleh konsumen saat ini. Tanpa adanya kartu seluler maka telepon seluler tidak akan
berfungsi karena keduanya merupakan barang komplementer. Beragamnya produk kartu seluler yang ditawarkan di pasaran merupakan suatu strategi
persaingan bisnis. Produsen kertu seluler berlomba-lomba memberikan suatu inovasi yang baru pada produknya.
PT. Indosat Tbk berdiri pada tahun 1967 sebagai persusahaan modal asing PMA dibidang penyelenggaraan jasa telekomunikasi internasional di
Indonesia dan mulai beroperasi sejak tahun 1969. Pada tahun 1994, Indosat melakukan penjualan saham perdana IPO dengan mencatatkan sahamnya di
Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan Bursa Efek New York New York Stock Exchange – NYSE, menjadikan Indosat sebagai BUMN
pertamanya yang sahamnya tercatat di pasar modal Indonesia dan Amerika Serikat atau dikenal dengan istilah “Dual Listing”.
Memasuki abad ke-21 dan sesuai dengan trend di dunia, Pemerintah Indonesia melakukan deregulasi industri telekomunikasi nasional dengan
membuka peluang terhadap persaingan pasar yang lebih bebas. Berdasarkan UU No.3 Tahun 1989 mengenai Telekomunikasi, secara bertahap hak eksklisivitas