Sikap Bidan Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini

5.2. Sikap Bidan Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini

Sikap merupakan kecenderungan dan kesediaan untuk bertindak dengan dasar pengetahuan dan pengalaman masa lalu. Sikap adalah cara mengkomunikasikan suasana hati dalam diri sendiri kepada orang lain. Bila merasa optimis dan memperkirakan akan berhasil, hal ini menimbulkan sikap positif. Bila merasa pesimis dan menduga hal-hal yang buruk, hal ini bisa menimbulkan sikap negatif Notoatmojdo, 2003. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas sikap bidan terhadap pelaksanaan kegiatan IMD berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 55,1, dan tidak ada bidan yang memiliki sikap dengan kategori rendah. Bidan diharapkan mempunyai sikap yang positif terhadap pelaksanaan program IMD. Karena dengan mendukung program IMD dapat meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund UNICEF, bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui IMD dan pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi. Edmond 2006 juga mendukung pernyataan UNICEF tersebut yaitu bahwa bayi yang diberi susu formula, memiliki peluang untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya 25 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif, sehingga IMD diyakini mampu mengurangi risiko kematian bayi hingga 22. Universitas Sumatera Utara Meskipun dari hasil penelitian diperoleh sikap bidan tergolong pada kategori sedang, tetapi masih didapati bidan yang setuju jika pelaksanaan inisiasi menyusu dini dapat ditunda dengan alasan ibu masih lemah dan lebih memprioritaskan perawatan ibu. Selanjutnya banyak diantara bidan yang setuju bahwa bayi baru lahir dapat diberi susu formula atau cairan lain dengan alasan ASI belum keluar atau produksi ASI sedikit. Alasan tersebut merupakan alasan paling sering bagi para ibu dalam pemberian susu formula pada bayi, ataupun berhenti menyusui. Anggapan tersebut berbeda dengan Roesli, 2000 yang menyatakan bahwa walaupun banyak para ibu-ibu yang merasa ASI-nya kurang, tetapi hanya sedikit sekali 2-5 yang secara biologis memang produksi ASI-nya kurang. Selebihnya 95-100 ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya. Harus diakui bahwa Tuhan telah menciptakan tubuh manusia yang cerdas. Menurut Roesli 2008, tubuh ibu akan membuat ASI sesuai dengan kebutuhan bayinya. Seorang ibu yang mempunyai bayi kembar dua atau tiga sekalipun dapat menyusui kedua bahkan ketiga bayinya. Jadi semakin sering bayi menghisap maka semakin banyak ASI diproduksi. Hampir 80 dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan ASI dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya, secara penuh tanpa makanan tambahan selama enam bulan pertama. Selain sikap tersebut di atas, beberapa bidan juga setuju jika operasi caesar adalah salah satu penghambat dalam pelaksanaan IMD karena sayatan dan jahitan pada bagian perut dan kondisi ibu yang masih lemah sehingga mereka beranggapan Universitas Sumatera Utara sulit untuk melakukan IMD. Padahal hal tersebut seharusnya tidak menjadi kendala untuk tidak melakukan IMD. Sebab jika ibu dalam keadaan sadar, ibu dapat segera memberi respon pada bayinya. Bayi dapat segera diposisikan sehingga kontak kulit ibu dengan bayi terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan yang tercepat, yaitu segera setelah kondisi ibu atau bayi membaik.

5.3. Tindakan Bidan Dalam Pelaksanaan Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini