Peran Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

kepercayaan, pengakuan dan penghargaan. Untuk itu bidan dituntut untuk selalu meningkatkan kwalitas pelayanan Meilani, 2009. Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan bidan harus sesuai dengan standard praktek kebidanan. Standard praktek kebidanan mengacu pada kerangka kerja yang telah ditetapkan Meilani, 2009 yang meliputi: 1 KEPMENKES No 369MenkesSKIII2007, 2 KEPMENKES RI No 900MENKESSKII2002, 3 Standard pelayanan kebidanan, 4 Kode etik profesi bidan.

2.4. Peran Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

Bidan sebagai salah satu tenaga praktisi dalam pertolongan persalinan mempunyai peranan yang sangat besar dalam keberhasilan praktek inisiasi menyusu dini IMD. Hal ini didukung oleh Ikatan Bidan Indonesia IBI yang menetapkan standarisasi pelayanan pertolongan persalinan yaitu melaksanakan inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif. Anggota IBI tidak boleh mempromosikan susu formula untuk bayi usia kurang dari 6 bulan. Di tempat praktek tidak boleh ada gambar promosi maupun kaleng susu formula. Karena dengan inisiasi menyusu dini diharapkan angka kematian bayi akibat penyakit infeksi jauh berkurang, angka bayi kurang gizi juga berkurang, dan lahirlah generasi yang tumbuh sehat dan cerdas Anonim, 2007. Peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini meliputi Linkages, 2007: 1. Sebelum persalinan tahap persiapan dan informasi a. Memberikan informasi kepada ibu yang akan bersalin dan keluarga tentang penatalaksanaan inisiasi menyusu dini. Universitas Sumatera Utara b. Mengkaji kebersihan diri ibu yang akan bersalin. Bila perlu menganjurkan ibu untuk membersihkan diri atau mandi terlebih dahulu. c. Mempersiapkan alat tambahan untuk pelaksanaan inisiasi menyusu dini yaitu 3 buah kain pernel yang lembut dan kering serta sebuah topi yang kering. d. Menganjurkan agar ibu mendapat dukungan dan pendampingan selama proses persalinan dari suami atau keluarga. e. Membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu dalam menghadapi proses persalinan. f. Memberikan suasana yang layak dan nyaman untuk persalinan . g. Mempersiapkan ibu dengan mengurangi rasa nyeri persalinan dengan mobilisasi dan relaksasi. h. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman untuk melahirkan. 2. Proses persalinan tahap pelaksanaan a. Membuka pakaian ibu di bagian perut dan dada. b. Meletakkan kain pernel yang lembut dan kering di atas perut ibu. c. Setelah bayi lahir, letakkan bayi di atas perut ibu. d. Keringkan bayi dari kepala hingga kaki dengan kain lembut dan kering kecuali kedua tangannya, karena bau ketuban yang menempel pada tangan bayi akan memandu bayi untuk menemukan payudara ibu. e. Melakukan penjepitan, pemotongan dan pengikatan tali pusat. f. Melakukan kontak kulit dengan menengkurapkan bayi di dada ibu tanpa dibatasi alat. Universitas Sumatera Utara g. Menutupi tubuh ibu dan bayi dengan selimut agar bayi tidak kedinginan, kemudian jika perlu memakaikan topi di kepala bayi. h. Menganjurkan ibu untuk memberikan sentuhan lembut pada punggung bayi. i. Menganjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu dan bayi. j. Memberikan dukungan secara sabar dan tidak tergesa-gesa kepada ibu. k. Membantu menunjukkan pada ibu perilaku pre-feeding menyusu awal yang positif yaitu istirahat dalam keadaan siaga, memasukkan tangan ke mulut, menghisap dan mengeluarkan air liur, bergerak ke arah payudara dengan kaki menekan perut, menjilat-jilat kulit ibu, menghentakkan kepala, menoleh ke kanan dan ke kiri, menyentuh puting susu ibu dengan tangannya, menemukan puting susu, menghisap dan mulai meminum air susu ibu. l. Membiarkan bayi menyusu awaldini sampai bayi selesai menyusu pada ibunya dan selama ibu menginginkannya. m. Bidan melanjutkan asuhan persalinan.

2.5. Kerangka konsep