Masalah Perbandingan Penambahan Petidin 0,1mg/Kgbb Dengan 0,2mg/Kgbb Ke Dalam Bupivacain Hiperbarik 20 Mg Untuk Mencegah Menggigil Pada Anestesi Intratekal

27 dengan monitor standar non invasif. Bila terjadi hipotensi tekanan darah sistolik 90mmHg akan diterapi dengan pemberian Efedrin R ethica 5‐10mg intravena dan pemberian cairan Ringer Laktat 2mlkgBB. • Laju nadi : jumlah pulsasi denyut dan pasang surut arteri yang dirasakan pada suatu arteri permenit. Normalnya sekitar 60 – 90 x per menit. Bila terjadi bradikardi laju nadi50xmenit dimana akan diterapi dengan sulfas atropin R ethica 0,5mg intravena. • Laju nafas : jumlah satu siklus inspirasi dan ekspirasi dalam satu menit. Normalnya sekitar 12‐20 x per menit. Bila terjadi bradipneu10xmenit akan diberi bantuan nafas dengan ventilasi positif dan bila diperlukan akan diterapi dengan naloxon R fahrenheit 0,25mcgkgBBjam intavena. • Kriteria menggigil : mengukur aktifitas otot akibat mekanisme tubuh untuk meningkatan temperatur inti sesuai dengan kriteria dari Crossley Mahajan. Bila terjadi menggigil dengan derajat 3 dan 4 akan diterapi dengan petidin 25mg intravena. • Temperatur : derajat panas tubuh yang dapat diukur melalui kulit, oral, axila, rectal dan membran timpani. Suhu tubuh inti dapat digambarkan dari membran timpani. Temperatur inti diukur menggunakan thermometer membran timpani infra red merk CE dengan sensitifitas + 0,2 C. • Mual disebut juga nausea merupakan sensasi yang timbul sebelum terjadi muntah, ditandai dengan perasaan khusus didaerah lambung dan penolakan makanan. Bila terjadi mual akan diterapi dengan metoklopramide R ethica 10 mg intravena. • Muntah : mengeluarkan cairan yang ada didalam lambung. Bila terjadi muntah akan diterapi dengan metoklopramide R ethica 10 mg intravena.

3.10 Masalah

etika Dalam penelitian ini dilakukan spinal anestesi. Pada anestesi spinal bisa terjadi beberapa kemungkinan : a. Total blok anestesi spinal. Hal ini bisa terjadi ketika spinal anestesi tergantung pada kecepatan memberikan obat spinal anestesi, posisi pasien saat anestesi spinal. Penanganannya adalah dengan menjaga jalan nafas dan memberikan oksigen 100 kalau perlu intubasi, memberikan cairan koloid dan efedrin dan Universitas Sumatera Utara 28 siap dengan obat‐obat darurat misal adrenalin, sulfas atropine dan alat‐alat darurat misalnya set intubasi dan DC‐Shock. b. Terjadi post dural puncture headache PDPH. Hal ini bisa terjadi karena kebocoran cairan serebrospinal ketika spinal puncture dengan menggunakan spinocan nomor besar no 23 G ke atas. Insiden kejadian PDPH Di RS Adam Malik Medan dilakukan dengan spinocan yang sudah cukup baik yaitu nomor 25 G – 27 G sehingga insiden PDPH sudah sangat jarang terjadi. Namun bila terjadi dapat diatasi dengan posisi pasien tetap berbaring terlentang selama minimal 24 jam dan rehidrasi cukup adekuat. c. Pada anestesi spinal juga bisa terjadi hipotensi akibat blok simpatis. Dikatakan hipotensi bila terjadi penurunan tekanan darah sampai 20 dari tekanan darah basal dan masih dapat ditolerir oleh pasien‐pasien dewasa muda yang sehat. Namun untuk mengantisipasi terjadinya hipotensi maka sudah disiapkan cairan kristaloid dan efedrin. Bila terjadi hipotensi segera diberikan efedrin 5 – 10 mg, dan ekstra cairan kristaloid sebanyak 250 ml. Bila perlu ditambah lagi efedrin 10 mg dan ekstra pemberian kristaloid sampai 2 mlkg. d. Bila muncul keluhan menggigil pasien akan diberikan terapi dengan pethidin intravena 25mg e. Timbul mual dan muntah disebabkan karena menurunnya peristaltik saluran cerna pada penggunaan opioid, bila timbul akan diterapi dengan metoklopramid 10mg. f. Bila timbul depresi nafas, pruritus yang tidak bisa diterapi dengan diphenhidramin dan mual muntah yang tidak berhasil diterapi dengan metoklopramide diterapi dengan naloxone 0,25µgkgBBjam. Universitas Sumatera Utara 29

3.11 PROSEDUR

Dokumen yang terkait

Perbandingan Ketamine 0.5 mg/kgBB/IV Dan Propofol 1 mg/kgBB/IV Untuk Mencegah Agitasi Paska Anestesi Sevoflurane Pada Pasien Pediatri Dengan General Anestesia

4 93 98

Perbandingan Propofol 2 Mg/Kgbb-Ketamin 0,5 Mg/Kgbb Intravena Dan Propofol 2 Mg/Kgbb-Fentanil 1µg/Kgbb Intravena Dalam Hal Efek Analgetik Pada Tindakan Kuretase Kasus Kebidanan Dengan Anestesi Total Intravena

0 38 101

Perbandingan Efektifitas Dexamethason 0,2 MG/kgBB I.V Dengan Lidokain 2% 1,5 MG/kgBB I.V Untuk Mencegah Nyeri Tenggorokan Setelah Intubasi Endotrakeal Pada Anestesi Umum

3 38 121

Perbandingan Ketamin 0,5 MG/KGBB Intravena Dengan Ketamin 0,7 MG/KGBB Intravena Dalam Pencegahan Hipotensi Akibat Induksi Propofol 2 MG/KGBB Intravena Pada Anestesi Umum

2 53 97

Perbandingan Tramadol 0.5 Dan 1 Mg/Kgbb Iv Dalam Mencegah Menggigil Dengan Efek Samping Yang Minimal Pada Anestesi Spinal

0 51 87

Perbandingan Penambahan Midazolam 1 Mg Dan Midazolam 2 Mg Pada Bupivakain 15 Mg Hiperbarik Terhadap Lama Kerja Blokade Sensorik Anestesi Spinal

1 38 69

Perbandingan Pemberian Ondansetron 8 mg dengan Tramadol 1 mg kgBB Intravena untuk Mencegah Menggigil Pascaanestesi Umum pada Operasi Mastektomi Radikal atau Modifikasi | Oktavian | Jurnal Anestesi Perioperatif 231 924 1 PB

0 0 9

Perbandingan Penambahan PePerbandingan Penambahan Petidin 0,25 mg kgBB dengan Klonidin 1 µg kgBB pada Bupivakain 0,25% untuk Blok Infraorbital pada Labioplasti Anak terhadap Analgesia Pascaoperasi | Ramadani | Jurnal Anestesi Perioperatif 302 1040 1 PB

0 0 9

Perbandingan Ketamine 0.5 mg/kgBB/IV Dan Propofol 1 mg/kgBB/IV Untuk Mencegah Agitasi Paska Anestesi Sevoflurane Pada Pasien Pediatri Dengan General Anestesia

0 0 16

PERBANDINGAN LAMA ANALGESIA BUPIVAKAIN HIPERBARIK + MORFIN INTRATEKAL DENGAN BUPIVAKAIN HIPERBARIK + NaCl INTRATEKAL PADA PASIEN YANG MENJALANI OPERASI DENGAN ANESTESI SPINAL - Repository UNRAM

0 0 12