Estimasi Besar Sampel Cara kerja

23

3.4. Kriteria inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria

Inklusi: 1. Bersedia ikut dalam penelitian. 2. Usia 17‐70 tahun. 3. PS ASA 1‐2. 4. Temperatur ruang operasi 23‐25 C. 5. Tinggi blok Th 4‐10.

b. Kriteria

Ekslusi: 1. Pasien dengan mastoidistis akut maupun kronis. 2. Pasien dengan irigasi TURP. 3. Pasien dengan riwayat cedera kepala 4. Pasien dengan blok total spinal. 5. Pasien dengan operasi lebih dari 2 jam. 6. Temperatur axila tubuh pre operasi 36 C 38 C. 7. Pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap pethidin

3.5. Estimasi Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan rumus uji hipotesis terhadap 2 proporsi : 19 n 1 = n 2 = Zα √2 PQ + Zβ √P 1 Q 1 + P 2 Q 2 2 P 1 – P 2 2 n 1 =n 2 ={1,96 √2x0,267x0,733 +0,842√0,167x0,833+0,367x0,633} 2 0,167 – 0,367 2 n 1= n 2 =76 Keterangan : Z α = Kesalahan tipe I = 5, hipotesis dua arah Æ1,96 Z1 ‐β = Kesalahan tipe II=20, maka Æ0,842 P1 = Power pethidin 0,2mgkgBB 16,7 Æ 0,167 Universitas Sumatera Utara 24 P2 = Power pethidin 0,1mgkgBB 36,7 Æ0,367 P = ½ P 1 + P 2 = ½ 0,167+ 0,367 = 0,267 n = Besar sampel untuk tiap kelompok Æ 76 orang Total sampel 2 kelompok = 152 orang + 10 = 167 orang

3.6. Cara kerja

a. Setelah mendapat informed consent dan disetujui komite etik semua sampel yang akan menjalani operasi dimasukkan dalam kriteria inklusi dan eksklusi. b. Sampel dibagi secara random menjadi 2 kelompok. c. Randomisasi dilaksanakan dengan cara : Dengan memakai tabel angka random, pena dijatuhkan diatas tabel angka random, angka yang terkena merupakan urutan pertama untuk memulai urutan nomor sampel. Pilih 2 angka dengan digit ke‐26 ke kanan membentuk pola berurut dari angka pertama tadi sampai diperoleh sesuai besar sampel yang telah ditentukan. Sesuaikan sekuens pada angka yang terpilih, kemudian susun sekuens tersebut sesuai dengan nomer amplop sekuens terlampir . Kelompok A mendapat pethidin 0,1 mgkgBB dan kelompok B mendapat pethidin 0,2mgkgBB. Obat disiapkan oleh relawan yang membuat randomisasi peneliti dan pasien tidak mengetahui komposisi obat dalam spuit. d. Kedua kelompok menjalani prosedur persiapan operasi elektif. e. Pada hari operasi diruang premedikasi pasien dinilai tekanan darah, nadi, nafas, temperatur membran timpani. f. Kedua kelompok diberikan infus preload cairan ringer lactat sebanyak 15 mlkgbb cairan sebelum dilakukan tindakan anestesi spinal dan selama operasi berlangsung pada suhu ruangan. Setelah selesai pasien dinilai kembali tekanan darah, nadi, nafas, dan temperatur membran timpani. g. Setelah itu pasien dimiringkan posisi lateral dekubitus untuk dilakukan spinal anestesi dengan bupivacain 0,5 hiperbarik 20mg dimana pada pasien yang dimasukkan ke dalam kelompok A akan ditambahkan pethidin 0,1mgkgBB kedalam bupivacain 0,5 hiperbarik 20mg dan kelompok B ditambahkan pethidin 0,2mgkgBB yang dilakukan oleh relawan dimana penambahan pethidin menggunakan syringe dispossible 1cc terumo dengan menjaga sterilitas obat dan spuit yang digunakan, setelah itu diposisikan supine kembali dan diberikan Universitas Sumatera Utara 25 oksigen 3 Lmenit nasal prong. Tindakan anestesi spinal dilakukan oleh PPDS anestesi semester 2 keatas. Untuk menilai tinggi blok dilakukan oleh relawan. h. Dilakukan pencatatan dan pengamatan pada pasien: kriteria menggigil dan temperatur membran timpani setiap 15 menit setelah tindakan anestesi spinal sampai tindakan pembedahan selesai. Skor menggigil Crossley Mahajan 4 = Skor MENGGIGIL Tidak ada menggigil 1 Piloereksi atau peripheral vasokonstriksi 2 Aktifitas otot hanya pada satu grup otot 3 Aktifitas otot lebih dari satu grup otot 4 Seluruh tubuh menggigil Efek samping yang timbul 21 i. Kedua hasil kriteria menggigil, mual, muntah, dan temperatur pada pra dan selama operasi dibandingkan secara statistik. j. Penelitian dihentikan bila subjek menolak berpartisipasi, terjadi blok total spinal, kegawatan jalan nafas, jantung, paru dan otak yang mengancam jiwa.

3.7 Identifikasi variabel

Dokumen yang terkait

Perbandingan Ketamine 0.5 mg/kgBB/IV Dan Propofol 1 mg/kgBB/IV Untuk Mencegah Agitasi Paska Anestesi Sevoflurane Pada Pasien Pediatri Dengan General Anestesia

4 93 98

Perbandingan Propofol 2 Mg/Kgbb-Ketamin 0,5 Mg/Kgbb Intravena Dan Propofol 2 Mg/Kgbb-Fentanil 1µg/Kgbb Intravena Dalam Hal Efek Analgetik Pada Tindakan Kuretase Kasus Kebidanan Dengan Anestesi Total Intravena

0 38 101

Perbandingan Efektifitas Dexamethason 0,2 MG/kgBB I.V Dengan Lidokain 2% 1,5 MG/kgBB I.V Untuk Mencegah Nyeri Tenggorokan Setelah Intubasi Endotrakeal Pada Anestesi Umum

3 38 121

Perbandingan Ketamin 0,5 MG/KGBB Intravena Dengan Ketamin 0,7 MG/KGBB Intravena Dalam Pencegahan Hipotensi Akibat Induksi Propofol 2 MG/KGBB Intravena Pada Anestesi Umum

2 53 97

Perbandingan Tramadol 0.5 Dan 1 Mg/Kgbb Iv Dalam Mencegah Menggigil Dengan Efek Samping Yang Minimal Pada Anestesi Spinal

0 51 87

Perbandingan Penambahan Midazolam 1 Mg Dan Midazolam 2 Mg Pada Bupivakain 15 Mg Hiperbarik Terhadap Lama Kerja Blokade Sensorik Anestesi Spinal

1 38 69

Perbandingan Pemberian Ondansetron 8 mg dengan Tramadol 1 mg kgBB Intravena untuk Mencegah Menggigil Pascaanestesi Umum pada Operasi Mastektomi Radikal atau Modifikasi | Oktavian | Jurnal Anestesi Perioperatif 231 924 1 PB

0 0 9

Perbandingan Penambahan PePerbandingan Penambahan Petidin 0,25 mg kgBB dengan Klonidin 1 µg kgBB pada Bupivakain 0,25% untuk Blok Infraorbital pada Labioplasti Anak terhadap Analgesia Pascaoperasi | Ramadani | Jurnal Anestesi Perioperatif 302 1040 1 PB

0 0 9

Perbandingan Ketamine 0.5 mg/kgBB/IV Dan Propofol 1 mg/kgBB/IV Untuk Mencegah Agitasi Paska Anestesi Sevoflurane Pada Pasien Pediatri Dengan General Anestesia

0 0 16

PERBANDINGAN LAMA ANALGESIA BUPIVAKAIN HIPERBARIK + MORFIN INTRATEKAL DENGAN BUPIVAKAIN HIPERBARIK + NaCl INTRATEKAL PADA PASIEN YANG MENJALANI OPERASI DENGAN ANESTESI SPINAL - Repository UNRAM

0 0 12