LATAR BELAKANG Perbandingan Penambahan Petidin 0,1mg/Kgbb Dengan 0,2mg/Kgbb Ke Dalam Bupivacain Hiperbarik 20 Mg Untuk Mencegah Menggigil Pada Anestesi Intratekal

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Menggigil adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi setelah pemberian anestesi regional pada pasien yang menjalani operasi elektif dan darurat. 1,3,5,7 Terjadinya menggigil bisa sesaat setelah tindakan anestesi, dipertengahan jalannya operasi maupun di ruang pemulihan. Penyebab terjadinya menggigil sampai saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan terjadinya menggigil paska anestesi oleh karena obat‐obat anestesi dapat menginhibisi pusat termoregulasi sehingga terjadi perubahan mekanisme termoregulasi tubuh terhadap penurunan suhu inti tubuh berupa menggigil. Angka kejadian menggigil perioperatif meningkat pada umur yang ekstrim, tereksposenya tubuh terhadap ruang operasi yang dingin, memberikan cairan infus atau transfusi darah dengan suhu ruang operasi yang dingin atau tidak dihangatkan saat sebelum, selama, dan setelah tindakan anestesia dan operasi yang durasinya panjang. 1,2,6,8,9 Kejadian timbulnya menggigil selama anestesi regional sekitar 40 – 60 pada kasus ‐ kasus yang telah di laporkan. 2,4,5 Menggigil mempunyai banyak efek fisiologi yang merugikan, seperti vasokonstriksi perifer dan kebutuhan oksigen yang meningkat 2‐3 kali, meningkatnya produksi karbon dioksida, menurunnya saturasi oksigen arteri, metabolisme obat yang menurun, terganggunya pembentukan faktor‐faktor pembekuan, menurunnya respon imun, gangguan penyembuhan luka, meningkatnya pemecahan protein dan iskemik otot jantung. 1,2,3,5,6,7,9 Efek fisiologi yang merugikan ini dapat mengakibatkan morbiditas terhadap jantung diantaranya meningkatkan resiko angina dan meluasnya iskemik otot jantung, luka operasi menjadi lebih mudah infeksi, meningkatnya perdarahan sehingga kebutuhan tranfusi darah juga dapat meningkat dan dapat memperpanjang lama tinggal pasien di ruang ICU paska pembedahan. 6,7 Pada saat menggigil, terjadi peningkatan rangsangan simpatis tubuh yang meningkatkan konsentrasi katekolamin dalam sirkulasi plasma sehingga terjadilah peningkatan laju nadi, tekanan darah dan cardiac output. 9 Universitas Sumatera Utara 2 Keadaan ini sangat merugikan bagi pasien, oleh karena itu menggigil.harus dicegah terutama pada pasien dengan gangguan fungsi kardiovaskular dan pulmonal, aritmia jantung, gagal jantung, infark miokard, hipertensi, geriatri dan bayi. Pada anestesi spinal terjadi blok system syaraf simpatis sehingga terjadi vasodilatasi yang mengakibatkan perpindahan panas dari kompartemen sentral ke perifer, hal ini yang menyebabkan hipotermia. 1,5,6 Diduga ada tiga penyebab terjadinya hipotermia pada anestesi spinal yaitu redistribusi panas inti dari kompartemen sentral ke perifer 6,7 , hilangnya termoregulasi vasokonstriksi dibawah blok serta berubahnya nilai ambang vasokonstriksi dan nilai ambang menggigil. 1,5 Bila sudah terjadi hipotermia untuk meningkatkan temperatur inti tubuh akan melakukan kompensasi berupa menggigil. Usaha untuk mengatasi dan mencegah menggigil perioperatif ada beberapa cara diantaranya dengan berbagai intervensi mekanik alat pemanas cairan infus, suhu lingkungan yang ditingkatkan, lampu penghangat dan selimut pemanas 1,2,7,8 dan obat‐ obatan baik opioid maupun non opioid yang telah diuji untuk mencegah dan mengurangi perioperatif hipotermia dan menggigil pada pasien yang menjalani operasi, 2,4,8 tetapi tidak semua rumah sakit mampu membeli peralatan mekanik, oleh karena itu penatalaksanaan mengigil banyak dilakukan hanya dengan obat‐obatan, dan ternyata merupakan alternatif terapi yang cukup efektif. 1 Untuk penggunaan obat golongan opioid khususnya petidin, telah banyak diteliti dan memang efektif untuk menangani maupun mencegah terjadinya menggigil. 15 Dari beberapa penelitian yang telah ada seperti yang dilakukan oleh Roy J.D dkk,dilakukan penelitian pada wanita yang akan menjalani operasi sectio dengan anestesi spinal dimana pada bupivacain 0,75 10,5mg dan morfin 0,15mg ditambah pethidin 0,2mgkgBB pada kelompok penelitian dibandingkan dengan normal saline pada grup kontrol dengan hasil pada kelompok penelitian dijumpai 9 dari 20 sampel dijumpai menggigil sedangkan pada grup kontrol dijumpai 17 dari 20 sampel dengan P0,02. 12 Davoudi. M dkk melakukan penelitian pada pasien yang akan menjalani operasi TUR‐P dengan anestesi spinal yang menggunakan lidocain 5 hiperbarik ditambah meperidin 15 mg pada kelompok penelitian dan normal saline pada grup kontrol dimana pada kelompok penelitian tidak dijumpai menggigil dan pada grup kontrol dijumpai menggigil 27,5 dengan P0,001. Akan tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Davoudi dkk. timbul efek samping dari meperidin seperti mual5 dan muntah 5. Hal ini menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian dengan membandingkan pethidin intratekal 0,1mgkgBB apakah sama efektivitasnya untuk menurunkan angka kejadian menggigil dibandingkan dengan pethidin Universitas Sumatera Utara 3 intrathecal 0,2mgkgBB dengan efek samping yang lebih minimal. 13 Chen J.C dkk melakukan penelitian pada 60 orang pasien yang akan menjalani operasi dengan anestesi spinal yang menggunakan anestesi lokal tetracain 12‐16mg ditambah petidin 0,2mgkgBB pada grup experience dan normal saline pada grup control didapati hasil pada grup experience timbul menggigil sebesar 16,7 dan pada grup kontrol 56,7 dengan P0,005. 14 J.Y Hong dan I.H Lee meneliti pada pasien yang akan menjalani operasi section dengan anesthesi kombinasi spinal dan epidural,diberikan bupivacain 0,5 hiperbarik 8‐10mg tunggal pada kelompok I,kelompok II ditambah morfin 0,1mg, kelompok III ditambah morfin 0,2mg dan kelompok IV ditambah pethidin 10mg. Dari hasil penelitian dijumpai pada kelompok I timbul menggigil 23.3 730,kelompok II 17 529 ,kelompok III 13.3 430 dan kelompok IV 3.3 130 p 0.05. 15

1.2. RUMUSAN MASALAH

Dokumen yang terkait

Perbandingan Ketamine 0.5 mg/kgBB/IV Dan Propofol 1 mg/kgBB/IV Untuk Mencegah Agitasi Paska Anestesi Sevoflurane Pada Pasien Pediatri Dengan General Anestesia

4 93 98

Perbandingan Propofol 2 Mg/Kgbb-Ketamin 0,5 Mg/Kgbb Intravena Dan Propofol 2 Mg/Kgbb-Fentanil 1µg/Kgbb Intravena Dalam Hal Efek Analgetik Pada Tindakan Kuretase Kasus Kebidanan Dengan Anestesi Total Intravena

0 38 101

Perbandingan Efektifitas Dexamethason 0,2 MG/kgBB I.V Dengan Lidokain 2% 1,5 MG/kgBB I.V Untuk Mencegah Nyeri Tenggorokan Setelah Intubasi Endotrakeal Pada Anestesi Umum

3 38 121

Perbandingan Ketamin 0,5 MG/KGBB Intravena Dengan Ketamin 0,7 MG/KGBB Intravena Dalam Pencegahan Hipotensi Akibat Induksi Propofol 2 MG/KGBB Intravena Pada Anestesi Umum

2 53 97

Perbandingan Tramadol 0.5 Dan 1 Mg/Kgbb Iv Dalam Mencegah Menggigil Dengan Efek Samping Yang Minimal Pada Anestesi Spinal

0 51 87

Perbandingan Penambahan Midazolam 1 Mg Dan Midazolam 2 Mg Pada Bupivakain 15 Mg Hiperbarik Terhadap Lama Kerja Blokade Sensorik Anestesi Spinal

1 38 69

Perbandingan Pemberian Ondansetron 8 mg dengan Tramadol 1 mg kgBB Intravena untuk Mencegah Menggigil Pascaanestesi Umum pada Operasi Mastektomi Radikal atau Modifikasi | Oktavian | Jurnal Anestesi Perioperatif 231 924 1 PB

0 0 9

Perbandingan Penambahan PePerbandingan Penambahan Petidin 0,25 mg kgBB dengan Klonidin 1 µg kgBB pada Bupivakain 0,25% untuk Blok Infraorbital pada Labioplasti Anak terhadap Analgesia Pascaoperasi | Ramadani | Jurnal Anestesi Perioperatif 302 1040 1 PB

0 0 9

Perbandingan Ketamine 0.5 mg/kgBB/IV Dan Propofol 1 mg/kgBB/IV Untuk Mencegah Agitasi Paska Anestesi Sevoflurane Pada Pasien Pediatri Dengan General Anestesia

0 0 16

PERBANDINGAN LAMA ANALGESIA BUPIVAKAIN HIPERBARIK + MORFIN INTRATEKAL DENGAN BUPIVAKAIN HIPERBARIK + NaCl INTRATEKAL PADA PASIEN YANG MENJALANI OPERASI DENGAN ANESTESI SPINAL - Repository UNRAM

0 0 12