1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Menggigil adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan merupakan salah satu
komplikasi yang sering terjadi setelah pemberian anestesi regional pada pasien yang
menjalani operasi elektif dan darurat.
1,3,5,7
Terjadinya menggigil bisa sesaat setelah tindakan anestesi,
dipertengahan jalannya operasi maupun di ruang pemulihan. Penyebab terjadinya menggigil
sampai saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan terjadinya menggigil
paska anestesi oleh karena obat‐obat anestesi dapat menginhibisi pusat termoregulasi
sehingga terjadi perubahan mekanisme termoregulasi tubuh terhadap penurunan
suhu inti tubuh berupa menggigil. Angka
kejadian menggigil perioperatif meningkat pada umur yang ekstrim, tereksposenya
tubuh terhadap ruang operasi yang dingin, memberikan cairan infus atau transfusi
darah dengan suhu ruang operasi yang dingin atau tidak dihangatkan saat sebelum, selama,
dan setelah tindakan anestesia dan operasi yang durasinya panjang.
1,2,6,8,9
Kejadian timbulnya
menggigil selama anestesi regional sekitar 40 – 60 pada kasus ‐ kasus yang telah di
laporkan.
2,4,5
Menggigil mempunyai banyak efek fisiologi yang merugikan, seperti vasokonstriksi
perifer dan kebutuhan oksigen yang meningkat 2‐3 kali, meningkatnya produksi karbon
dioksida, menurunnya saturasi oksigen arteri, metabolisme obat yang menurun,
terganggunya pembentukan faktor‐faktor pembekuan, menurunnya respon imun, gangguan
penyembuhan luka, meningkatnya pemecahan protein dan iskemik otot jantung.
1,2,3,5,6,7,9
Efek fisiologi yang merugikan ini dapat mengakibatkan morbiditas terhadap jantung
diantaranya meningkatkan resiko angina dan meluasnya iskemik otot jantung, luka operasi
menjadi lebih mudah infeksi, meningkatnya perdarahan sehingga kebutuhan tranfusi darah
juga dapat meningkat dan dapat memperpanjang lama tinggal pasien di ruang ICU paska
pembedahan.
6,7
Pada saat menggigil, terjadi peningkatan rangsangan simpatis tubuh yang meningkatkan
konsentrasi katekolamin dalam sirkulasi plasma sehingga terjadilah peningkatan
laju nadi, tekanan darah dan cardiac output.
9
Universitas Sumatera Utara
2 Keadaan
ini sangat merugikan bagi pasien, oleh karena itu menggigil.harus dicegah terutama
pada pasien dengan gangguan fungsi kardiovaskular dan pulmonal, aritmia jantung,
gagal jantung, infark miokard, hipertensi, geriatri dan bayi. Pada
anestesi spinal terjadi blok system syaraf simpatis sehingga terjadi vasodilatasi yang
mengakibatkan perpindahan panas dari kompartemen sentral ke perifer, hal ini yang menyebabkan
hipotermia.
1,5,6
Diduga ada tiga penyebab terjadinya hipotermia pada anestesi spinal
yaitu redistribusi panas inti dari kompartemen sentral ke perifer
6,7
, hilangnya
termoregulasi vasokonstriksi dibawah blok serta berubahnya nilai ambang vasokonstriksi
dan nilai ambang menggigil.
1,5
Bila sudah terjadi hipotermia untuk meningkatkan temperatur inti
tubuh akan melakukan kompensasi berupa menggigil. Usaha
untuk mengatasi dan mencegah menggigil perioperatif ada beberapa cara diantaranya
dengan berbagai intervensi mekanik alat pemanas cairan infus, suhu lingkungan
yang ditingkatkan, lampu penghangat dan selimut pemanas
1,2,7,8
dan obat‐ obatan
baik opioid maupun non opioid yang telah diuji untuk mencegah dan mengurangi perioperatif
hipotermia dan menggigil pada pasien yang menjalani operasi,
2,4,8
tetapi tidak semua
rumah sakit mampu membeli peralatan mekanik, oleh karena itu penatalaksanaan mengigil
banyak dilakukan hanya dengan obat‐obatan, dan ternyata merupakan alternatif terapi
yang cukup efektif.
1
Untuk penggunaan obat golongan opioid khususnya petidin, telah banyak
diteliti dan memang efektif untuk menangani maupun mencegah terjadinya menggigil.
15
Dari beberapa penelitian yang telah ada seperti yang dilakukan oleh Roy J.D
dkk,dilakukan penelitian pada wanita yang akan menjalani operasi sectio dengan anestesi
spinal dimana pada bupivacain 0,75 10,5mg dan morfin 0,15mg ditambah pethidin
0,2mgkgBB pada kelompok penelitian dibandingkan dengan normal saline pada grup
kontrol dengan hasil pada kelompok penelitian dijumpai 9 dari 20 sampel dijumpai
menggigil sedangkan pada grup kontrol dijumpai 17 dari 20 sampel dengan P0,02.
12
Davoudi. M dkk melakukan penelitian pada pasien yang akan menjalani operasi TUR‐P
dengan anestesi spinal yang menggunakan lidocain 5 hiperbarik ditambah meperidin 15
mg pada kelompok penelitian dan normal saline pada grup kontrol dimana pada kelompok
penelitian tidak dijumpai menggigil dan pada grup kontrol dijumpai menggigil 27,5 dengan
P0,001. Akan tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Davoudi dkk. timbul efek samping
dari meperidin seperti mual5 dan muntah 5. Hal ini menjadi dasar peneliti untuk
melakukan penelitian dengan membandingkan pethidin intratekal 0,1mgkgBB apakah sama
efektivitasnya untuk menurunkan angka kejadian menggigil dibandingkan dengan pethidin
Universitas Sumatera Utara
3 intrathecal
0,2mgkgBB dengan efek samping yang lebih minimal.
13
Chen J.C dkk melakukan penelitian
pada 60 orang pasien yang akan menjalani operasi dengan anestesi spinal yang menggunakan
anestesi lokal tetracain 12‐16mg ditambah petidin 0,2mgkgBB pada grup experience
dan normal saline pada grup control didapati hasil pada grup experience timbul menggigil
sebesar 16,7 dan pada grup kontrol 56,7 dengan P0,005.
14
J.Y Hong dan I.H
Lee meneliti pada pasien yang akan menjalani operasi section dengan anesthesi kombinasi
spinal dan epidural,diberikan bupivacain 0,5 hiperbarik 8‐10mg tunggal pada kelompok
I,kelompok II ditambah morfin 0,1mg, kelompok III ditambah morfin 0,2mg dan kelompok IV
ditambah pethidin 10mg. Dari hasil penelitian dijumpai pada kelompok I timbul menggigil
23.3 730,kelompok II 17 529 ,kelompok III 13.3 430 dan kelompok IV 3.3
130 p 0.05.
15
1.2. RUMUSAN MASALAH