BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
“Kecil menjadi kawan besar menjadi lawan” istilah ini digunakan manusia sebagai wujud mewaspadai bahaya yang diakibatkan oleh api dari peristiwa kebakaran.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat dekat dengan api; seperti memasak, menghangatkan badan saat udara dingin api unggun.
Api yang memberikan keuntungan bagi manusia seperti penjelasan di atas adalah jenis api yang dapat dikendalikan oleh manusia dan sifatnya sederhana. Demikianlah
fungsi api yang dapat dimanfaatkan manusia dalam menunjang aktivitasnya.
1
Pencegah dan Pemadam Kebakaran yang ada di berbagai kota di Indonesia, pada dasarnya memiliki kesamaan program-program yang telah mapan dari berbagai kota yang
Tidak selamanya api dapat dikendalikan oleh manusia dan memberikan keuntungan. Kadang
kala api menjadi sumber bencana yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan ekologi lingkungan, yaitu saat api tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Bahaya
kebakaran merupakan salah satu bencana yang tidak dapat diduga dan tidak dapat diperkirakan kapan datangnya, namun bahaya kebakaran dapat dikurangi akibatnya
dengan cara memberikan kewaspadaan yang penuh terhadap barang-barang yang dapat mengakibatkan sumber api dan barang elektronika yang sudah rusak. Strategi sangat
berguna dibandingkan dengan tindakan pemadaman ketika api sudah tidak bisa dikendalikan lagi.
1
Dikutip dari situs resmi Pemadam Kebakaran DKI Jakarta, www.Jakartafire.com, 10 September 2007
Universitas Sumatera Utara
ada di Eropa dan Amerika Serikat.
2
Pemerintah Kota Medan sendiri menempatkan Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran pada Dinas Penelitian dan Pengembangan kota Medan yang
mempertanggungjawabkan diri kepada Sekretaris Daerah di mulai tahun 1979. Penempatan Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan pada Dinas
Penelitian dan Pengembangan Kota Medan bertujuan untuk menyamakan perkembangan kota dengan strategi mengantisipasi sumber-sumber bencana khususnya sumber-sumber
kebakaran yang baru dan mengetahui tingkat pelayanan publik lainnya. Dinas Pemadam Kebakaran yang ada di tiap kota di
Indonesia berbeda penempatannya. Sebagian kota menempatkan pemadam kebakaran pada Dinas Pekerja Umum, Tata Ruang Kota, dan ada yang berdiri sendiri tanpa
menggabungkan diri dengan badan yang lainnya.
Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan dalam perkembangannya terbentuk berdasarkan keberadaan penjajahan Belanda di Indonesia, kenyataan
kedatangan penjajahan Belanda dimulai Juni 1596 di bawah pimpinan Cornelius De Houtman
3
Pada tahun 1919 pemerintah kolonial Belanda telah membentuk suatu badan pemadam kebakaran dinamakan dengan Brandwier. Petugas ini pada awalnya berasal
dari petugas ronda di masa Batavia Belanda dulu, tugasnya tidak hanya menjaga keamanan di kampung tapi mereka juga ikut membantu jika terjadi kebakaran. Untuk
memaksimalkan fungsi pemadam kebakaran dalam menghadapi bahaya kebakaran di . Pemerintah Kolonial Belanda membentuk lembaga yang menangani
kebakaran kota, khususnya pada peristiwa kebakaran bangunan atau rumah yang terbakar karena serangan-serangan yang dilakukan musuh.
2
Ibid., hlm. 2
3
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Jakarta: Serambi. 2005, hlm. 70-71
Universitas Sumatera Utara
lakukan dengan merekrut pemuda pengangguran untuk menghadapi kondisi kebakaran yang sering melanda kota. Mereka dilatih cara-cara memadamkan api, meski dengan
tindakan sangat sederhana
4
. Lembaga ini berkembang dan terfokus sejak tahun 1941 yang dinamakan dengan “Pemadam Kebakaran”. Anggota yang bertugas dalam hal ini
adalah anggota dari StandwachKNIL Koninklijk Nederlands Indisch Leger atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda menggantikan anggota dari penduduk sipil berupa petugas
ronda dengan tujuan pemaksimalan peran dan fungsi yang berkembang saat itu.
5
Masa penjajahan Belanda, Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran ditempatkan pada markas-markas Polisi Kerajaan Belanda. Pemadam kebakaran ini berakhir setelah
kedatangan Jepang di Indonesia, ketika semua sistem yang dibangun oleh pemerintahan Belanda di Indonesia dihapuskan oleh Pemerintah Militer Jepang sebab Pemerintah
militer Jepang lebih memfokuskan pada penempatan strategi militer, salah satunya adalah pemadam kebakaran.
6
Masa setelah kemerdekaan yaitu tahun 1945 hingga tahun 1962, bentuk badan khusus Pencegah dan Pemadam Kebakaran hanya sebagai pelengkap saja yang
dibebankan kepada Dinas Pekerjaan Umum, meskipun demikian tugas-tugas pelaksanaan pemadam kebakaran tetap dijalankan dalam kesehariannya. Tahun 1970-an penduduk
Kota Medan mengalami perkembangan secara kuantitas di tandai dengan pertambahan jumlah penduduk Kota Medan sebesar 1,3 juta jiwa, namun perkembangan kota secara
fisik terlihat lambat. Kebakaran bangunan ataupun pemukiman penduduk hanya terjadi
4
Arsip Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan yang berjudul Sejarah DP2K, hlm. 1
5
Tengku Luckman Sinar, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Seni Budaya Melayu, 1991, hlm. 110
6
Pemerintah Daerah Sumatera Utara, Sumatera Utara Membangun, Medan: Pemerintah Daerah Sumatera Utara, 1976, hlm. 39-42
Universitas Sumatera Utara
dalam skala kecil, sebab peristiwa kebakaran ataupun objek-objek yang terbakar mudah dijangkau oleh petugas, sebab kota tidak begitu padat seperti tahun 1990an.
7
Perkembangan kota semakin terlihat nyata tahun 1990-an dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya sebelum tahun 1970-an, hal ini dilatarbelakangi oleh Program
Rencana Pembangunan Lima Tahun Repelita dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang RPJP oleh Pemerintah Kota Medan. Program ini mengalami perkembangan
ditandai dengan perkembangan kota secara kualitatis yaitu dalam bidang pembangunan secara fisik untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi serta kemajuan masyarakat
Kota Medan. Sejak tahun
1945 hingga tahun 1962 Dinas Unit Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan digabung dengan Departemen Pekerjaan Umum PU. Rasionalisasi ini dilakukan untuk
mempermudah pemenuhan peralatan Dinas Unit Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan. Demikian halnya dengan pekerjaan yang dilakukan oleh Dinas Unit Pencegah
Pemadam Kebakaran, ditentukan oleh Dinas Pekerja Umum PU.
Pemerintah kota Medan menilai bahwa perkembangan kota perlu di ikuti dengan pencegahan bahaya-bahaya yang bisa menghambat perkembangan kota. Sejak tahun
1979, Dinas Pencegahan dan Pemadam Kebakaran Kota Medan dipindahkan ke Dinas Penelitian dan Pengembangan Kota Medan. Pemindahan tugas ini diiringi dengan tugas-
tugas baru Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran, yaitu menjadi dinas yang ikut juga bertanggungjawab sebagai lembaga pertolongan bencana alam yang terjadi di kota
Medan, misalnya bencana alam banjir, gempa bumi, dan bencana alam lainya.
7
Kantor Statistik Provinsi Sumatera Utara, Beberapa Indikator Penting Provinsi Sumatera Utara, Medan: Kantor Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2004, hlm. 24-25
Universitas Sumatera Utara
Tugas baru yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran ini berupa pengevakuasian terhadap korban, rekonstruksi kejadian, dan
pertolongan terhadap korban. Perubahan ini semakin memperbesar tanggung jawab yang telah dilaksanakan oleh Dinas Pencegah dan Pemadam kebakaran.
Sejak tahun 1980an perkembangan Kota Medan tergolong sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh bahwa wilayah kota luasnya mencapai 26.500 Ha,
8
dengan pertambahan bangunan-bangunan baru serta pertambahan jumlah penduduk yang semakin cepat. Pada akhir tahun 1980, jumlah penduduk Kota Medan sudah mencapai
1,3 Juta jiwa dengan kecenderungan kelahiran dibandingkan kematian, sehingga perhitungan yang dilakukan oleh pemerintah kota Medan, kepadatan penduduk Medan
telah mencapai 250 jiwaHa.
9
Perkembangan Kota Medan yang tergolong pesat menjadikannya sebagai pusat kegiatan pemerintahan, pusat kegiatan industri, perdagangan, perhubungan, pusat
kegiatan pendidikan, pusat kegiatan Wisata, dan pusat kegiatan sosial budaya. Peningkatan kota berupa peningkatan berbagai aktivitas-aktivitas dari barbagai sektor
pemerintahan dan swasta, maka wilayah kota adalah menjadi wilayah yang perlu dijaga dan diantisipasi dari bahaya-bahaya yang seketika dapat menghambat perkembangan
kota, baik itu bahaya alami, maupun bahaya-bahaya yang disebabkan oleh ulah tangan manusia.
Pertambahan penduduk yang melaju tinggi diikuti dengan peningkatan jumlah pemukiman yang dihuni oleh penduduk.
8
Pemerintah Kota Medan, Profil Kota Medan, Medan: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan , 2004, hlm. 36-37
9
Badan Pusat statistik Sumatera Utara, op. cit., hlm. 24-25; Said Efendi, Strategi Pembangunan Mewujudkan Kota Medan Bestari, Medan: Yayasan Pola Pengembangan Kota Medan, 1996, hlm. 72-73
Universitas Sumatera Utara
Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap peristiwa bahaya kebakaran. Peristiwa kebakaran juga ikut
berkembang di Kota Medan seiring dengan perkembangan kota. Tingginya tingkat bencana kebakaran disebabkan oleh kurangnya kesadaran departemen-departemen dan
lembaga swasta lainnya dalam memenuhi peralatan pencegah kebakaran, seperti hasil penelitian yang telah dilakukan oleh tim bersama antara Dinas Pencegah dan Pemadam
Kebakaran, Dinas Tata Ruang Kota, Departemen Pekerja Umum, Direktorat Cipta karya dan Fakultas Tehknik Universitas Sumatera Utara tahun 1983, bahwa tingkat kesadaran
lembaga-lembaga, dan perusahaan swasta lainnya dinilai sangat kurang dalam menyediakan peralatan pencegahan kebakaran. 45,76 bangunan yang ada di Kota
Medan dinilai rawan kebakaran, 54,24 bangunan dinilai rawan dan tetapi tidak lengkap, dan 0 bangunan dinilai lengkap. Kesimpulan dari data ini menyatakan bahwa bangunan
yang ada di Medan sangat minim terhadap antisipasi bahaya kebakaran.
10
Latarbelakang inilah yang membuat penulis tertarik mengambil topik “Perkembangan Dinas Pencegah
dan Pemadam Kebakaran kota Medan 1975-1990” sebagai objek kajian tugas akhir.
1.2 Rumusan Masalah