Koordinasi DP2K Dengan Dinas Bangunan

Koordinasi antara Polisi Lalulintas dengan DP2K berhubungan dengan sarana jalan. Gerak pemadaman yang sangat singkat guna memadamkan tempat yang terbakar, memaksa DP2K menggunakan jalan sesuai dengan kepentingan strategis untuk mengurangi akibat yang ditimbulkan kebakaran. 35 Tujuan kerjasama Pemadam Kebakaran dengan Polisi Lalu lintas berupa kelancaran transportasi mobil pemadam kebakaran dijalan raya untuk tiba secepatnya di lokasi kebakaran. Polisi diharapkan lebih mengutamakan jalur lalu lintas khusus ketika pemadam kebakaran menuju lokasi kebakaran. Keterlambatan pertolongan karena buruknya sistim komunikasi dan kemacetan lalu lintas yang memaksa Dinas Pencegah dan Pemadam kebakaran Kota bekerja ekstra keras menuju lokasi kebakaran. Koordinasi lainnya adalah mengenai keterangan jalur-jalan alternatif yang dapat dilalui mobil pemadam kebakaran. Jalan khusus yang dapat dilalui mobil pemadam kebakaran sangat efektif bagi anggota pemadam kebakaran dalam melaksanakan penyelamatannya. Ketika menuju lokasi kebakaran, Polisi Lalulintas mendahului mobil pemadam kebakaran, agar pengguna jalan lainnya memberikan kelonggaran kepada kendaraan tersebut. Disamping itu mobil pemadam kebakaran akan mengikuti polisi dari jalur khusus yang paling tepat menuju lokasi kebakaran. 36

c. Koordinasi DP2K Dengan Dinas Bangunan

Perencanaan kawasan bangunan yang kurang terencana di tandai daerah terbuka antar dan di sekitar bangunan maupun bangunan pemukiman yang terbatas serta akses- 35 Hasil wawancara dengan Abdul Junaidi Hasibuan di Kantor DP2K Kota Medan tanggal 4 Maret 2008 36 N. Vinky, Rahman, Kebakaran, Bahaya “UnPredictible”, Upaya dan Kendala Penggulangannya, Medan: FT USU, 2000, hlm. 19-21 Universitas Sumatera Utara akses ke lokasi kecelakaan kebakaran yang sering menyulitkan pemadam kebakaran untuk menjalankan kegiatannya. Perlindungan bangunan terhadap bahaya kebakaran sering kali kurang memenuhi syarat, hal ini umumnya di sebabkan kurang tersedianya persyaratan perlindungan kebakaran pada bangunan dan tidak adanya kontrol pengawasan yang berkaitan dengan sistem penggulangan kebakaran pada saat proses pelaksanaan kontruksi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 02KPTS1985, tentang Pencegahan dan penangulangan serta persyaratan bangunan terhadap bahaya kebakaran dijelaskan bahwa, bangunan harus menyediakan peralatan keselamatan, yang termasuk didalamnya adalah peralatan pencegah pemadam kebakaran. 37 Kegiatan pemadam kebakaran yang berkaitan dengan bangunan dibebankan kepada tugas Sub Retribusi. 38 Kegiatan bidang retribusi terhadap bangunan tergolong besar. Pemadam kebakaran melalui bidang retribusi berhak melakukan koreksi bangunan, baik dari segi ketahanan, kenyamanan bangunan, kesehatan bagunan, identitas bangunan dan unsur- unsur administrasi yang lainnya. Bangunan bertingkat ataupun bangunan besar lainnya diupayakan memiliki persiapan pencegah kebakaran, seperti alarm api dan gas pemadam kebakaran yang ditempatkan pada tingkat-tingkat ataupun ruangan tertentu. Tugas-tugas ini pada dasarnya adalah tugas pemadam kebakaran yang bekerjasama dengan Dinas Bangunan. Dengan melakukan koordinasi maka pemadam kebakaran telah terbantu dalam 37 Universitas Sumatera Utara, Laporan penelitian Sarana Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Bertingkat di Medan, Medan: Universitas Sumatera Utara, 1986, hlm. i 38 Dikutip dari Arsip Pemadam Kebakaran yang berjudul Salinan Tugas Pokok dan Fungsi Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan, hlm. 2 Universitas Sumatera Utara melaksanakan tugasnya. 39 Tujuan dari tugas ini adalah menghindari terjadinya bencana yang menimpa bangunan.

d. Koordinasi DP2K dengan Pemerintah Kecamatan atau Kelurahan yang Ada di Kota Medan