f. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output menurun dan
kondisi fisiologis yang dihasilkan dari aktivitas terus-menerus Anastesi, 1979 .
2.1.2 Jenis kelelahan Kerja
Kelelahan kerja dibedakan berdasarkan waktu terjadinya kelelahan : a.
Waktu terjadinya kelelahan kerja, yaitu : 1.
Kelelahsn akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.
2. Kelelahan kronis yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor
yang berlangsung secara terus-menerus terakumulasi. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti :
a. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi
kurang toleran atau a-sosial terhadap orang lain. b.
Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan. c.
Depresi yang berat, dan lain-lain.
14
b. Proses dalam otot yang terdiri atas : 1.
Kelelahan otot atau kelelahan fisik ialah menurunnya kinerja sesudah mengalami stress tertentu yang ditandai dengan menurunnya kekuatan
dan kelambanan gerak.
9
2. Kelelahan umum ialah suatu perasaan yang menyebar yang disertai
adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas Grandjean,1985. Perasaan adanya kelelahan secara umum adalah
ditandai dengan berbagai kondisi antara lain : lelah pada organ
Universitas Sumatera Utara
penglihatan mata, mengantuk, stresspikiran tegang dan rasa malas bekerja.
4
c. Penyebab terjadinya kelelahan : 1.
Faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin asam laktat dalam darah, penurunan waktu reaksi.
2. Faktor psikologi, yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang
berkepanjangan, ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.
5
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Kelelahan
Secara pasti datangnya kelelahan yang menimpa diri seseorang akan sulit untuk diidentifikasikan secara jelas. Mengukur tingkatan kelelahan seseorang
bukanlah pekerjaan yang mudah. Prestasi ataupun performans kerja yang bisa ditunjukkan dengan output kerja merupakan tolak ukur yang sering dipakai untuk
mengevaluasi tingkatan kelelahan. Selain kuantitas output persatuan waktu, maka pengukuran terhadap kualitas output ataupun jumlah pokok cacat yang dihasilkan
dan frekuensi kecelakaan yang menimpa pekerja seringkali juga dipakai sebagai cara untuk mengkorelasikan dengan intensitas kelelahan yang terjadi. Meskipun
demikian, yang patut untuk diperhatikan adalah bahwa perubahan performans kerja ataupun kualitas output kerja ternyata tidaklah semata-mata disebabkan oleh
faktor kelelahan saja.
8
Pekerjaan-pekerjaan yang tidak memberikan “tantangan”, tidak memerlukan skill, dan lain-lain akan menyebabkan motivasi pekerja rendah. Di
sini pekerja tidak lagi terangsang dengan pekerjaan atau lingkungan kerjanya. Situasi kerja yang monoton dan menimbulkan kebosanan akan mudah terjadi pada
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan-pekerjaan yang dirancang terlalu ketat. Kondisi semacam ini jarang terjadi dalam kegiatan yang memberikan fleksibilitas bagi pekerja untuk
mengembangkan kreativitas dan mengatur irama kerjanya sendiri.
10
Suhu di tempat kerja sangat berpengaruh terhadap efisiensi kerja. Suma’mur 1993 menyebutkan bahwa suhu nikmat adalah sekitar 24 - 26º C bagi
orang Indonesia. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang
waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris.
10
Aspek lain yang tak kalah penting adalah penerangan. Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek-objek yang dikerjakannya secara
jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan.
10
Faktor individu seperti umur dan jenis kelamin dapat berpengaruh terhadap timbulnya perasaan lelah tenaga kerja. Pada umur yang lebih tua terjadi
penurunan kekuatan otot yang menyebabkan lebih cepat mangalami kelelahan.
11
Menurut ILO 1983 dan Suma’mur 1993 salah satu faktor penyebab timbulnya kelelahan kerja adalah sifat pekerjaan yang monoton atau kurang
bervariasi, keadaan lingkungan kerja cuaca kerja, penyinaran dan kebisingan, sebab-sebab mental faktor psikologis, penyakit-penyakit dan gizi.
10
Selain faktor di atas, faktor organisasi kerja seperti pengaturan waktu kerja termasuk di dalamnya shift kerja dan periode istirahat juga berpengaruh terhadap
timbulnya kelelahan kerja. Shift kerja secara nyata berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja, hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
Silaban 1996 yang menyatakan bahwa shift kerja berpengaruh terhadap timbulnya kelelahan terutama shift kerja siang dan shift kerja malam. Kedua shift
ini nyata lebih lelah dibandingkan shift pagi karena menyebabkan gangguan circadian rhythm gangguan tidur.
12
Suma’mur 1993 menyatakan bahwa salah satu penyebab kelelahan kerja adalah lamanya kerja mental dan fisik dan faktor-faktor lain yang telah disebutkan
sebelumnya. Pengaruh-pengaruh tersebut berkumpul di dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah. Perasaan ini dapat menyebabkan seseorang
berhenti bekerja seperti halnya kelelahan fisiologis seperti mengantuk. Dan para pekerja shift rotasi maupun shift permanent sangat potensial mengalami kelelahan
tersebut karena metabolisme tubuh terganggu.
10
Selain hal di atas faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja adalah yang berhubungan dengan ergonomi yaitu sikap dan cara kerja,
kegelisahan kerja, beban kerja yang tidak adekuat, monotonnya pekerjaan, jam kerja yang tidak sesuai, dan kerja yang berulang-ulang. Pengaruh-pengaruh
tersebut berkumpul di tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah. Perasaan ini dapat mengakibatkan seseorang berhenti bekerja.
10
Sikap atau posisi tubuh dalam bekerja memiliki hubungan yang positif dengan timbulnya kelelahan kerja. Tidak peduli apakah pekerja harus berdiri,
duduk atau dalam sikap posisi kerja yang lain, pertimbangan-pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan sikapposisi kerja akan sangat penting.
Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan sikap dan posisi tertentu yang kadang- kadang cenderung untuk tidak mengenakkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa
pekerja selalu berada pada sikap dan posisi kerja yang tidak nyaman dan kadang-
Universitas Sumatera Utara
kadang juga harus berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, membuat banyak kesalahan atau
menderita cacat tubuh.
8
Sikap tubuh dalam bekerja harus memperhatikan : a.
Agar senantiasa diupayakan agar semua pekerjaan dilaksanakan denagn sikap duduk dan sikap berdiri secara bergantian.
b. Segala posisi dan sikap tubuh yang tidak alami dihindarkan atau diusahakan
agar beban statis sekecil-kecilnya.
7
2.1.4. Kerja Otot Statis