seterusnya dapat digunakan sebagai benih untuk penanaman selanjutnya tanpa kuatir akan terjadi penurunan kekekaran seperti pada kelapa Hibrida Genjah x
Dalam. Implikasinya adalah petani dapat memproduksi sendiri kelapa Dalam unggul Komposit untuk sumber benih.
Pembangunan Kebun Induk Kelapa Dalam Komposit dapat dilakukan dalam bentuk waralaba benih di mana petani, pengusaha, pemda dan pengguna
lainnya sebagai penerima waralaba dan Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma
sebagai pemberi
waralaba. Pembangunan
KIKDK dengan
mengikutsertakan petaniasosiasi petani dan pemda akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, meningkatkan pendapatan,
mendorong komersialisasi perbenihan, dan meningkatkan pendapatan asli daerah serta mendukung percepatan pelaksanaan otonomi daerah.
5.3. Usaha Agribisnis Hilir
Industri pengolahan kelapa pada saat ini masih didominasi oleh produk setengah jadi berupa kopra dan coconut crude oil CCO. Produk olahan lainnya
yang sudah mulai berkembang adalah CC, nata decoco ND, DC, AC, CF, dan brown sugar
BS. Perkembangan CCO dalam 10 tahun terakhir menunjukkan laju yang menurun -0.2 persen. Pada sisi lain laju perkembangan produk hilir
cenderung meningkat. Sebagai contoh, laju perkembangan DC mencapai 7.8 persen, di mana tahun 2005 total produksinya mencapai 194.2 juta butir; laju
perkembangan produksi AC sebesar 9 persen; laju perkembangan produksi serat sabut menurun -10.2 persen, walaupun permintaan CF di luar negeri meningkat.
Kecenderungan penurunan laju tersebut terkait dengan dampak tidak terpenuhinya standar ekspor produk serat sabut asal Indonesia. Situasi ini
mengindikasikan terjadinya pergeseran orientasi produksi dari bahan setengah jadi menjadi produk akhir.
Tabel 1. Profil Usaha Beberapa Produk Akhir Kelapa di Indonesia Produk Akhir
Skala NPV
Rp Juta BC
IRR PBP
tahun Nata de Coco
Kecil 953
1.32 32.0
1 Coconut Fiber
Menengah 2 462
2.30 52.4
2 Activated Carbon
Menengah 2 924
1.12 21.0
4 Brown Sugar
Kecil 1 396
2.45 73.0
1 Desicated
Coconut Besar
8 670 1.54
22.0 4
Sumber: Mahmud, et al., 2005 Keterangan: Investasi Skala Kecil: maksimal Rp 1 milyar,
Investasi Skala Menengah: maksimal Rp 10 milyar; Investasi Skala Besar: lebih dari Rp 10 milyar
Daya saing produk kelapa pada saat ini tidak lagi terletak pada produk primernya seperti kopra yang selama ini banyak diusahakan secara tradisional.
Sebagai contoh produk desicated coconut tepung kelapa memiliki daya saing yang jauh lebih tinggi 300-400 persen dibandingkan dengan kopra, yang terlihat
dari indeks paritas ekspornya nilai ekspor dibandingkan dengan biaya produksi. Bahkan terlihat bahwa daya saing ekspor produk primer cenderung menurun
sampai biaya produksinya lebih tinggi daripada nilai ekspornya, paling tidak nilai tambahnya sangat tipis,
Profil usaha produk-produk akhir kelapa yang sudah mulai berkembang hingga saat ini antara lain nata de coco, serat, arang tempurung, gula merah,
dan desicated coconut. Tabel 1 menunjukkan bahwa kelayakan usaha yang tinggi untuk produk-produk akhir kelapa tersebut. Akhir-akhir ini telah
berkembang pula virgin coconut oil VCO yang merupakan makanan suplemen dan juga obat. Beberapa hambatan yang diperkirakan muncul seperti kontinuitas
pasokan bahan baku ternyata dapat diatasi sehingga industri masih bertahan dengan kondisi yang baik.
5.4. Pasar dan Harga .