Usahatani PERAN KOMODITAS KELAPA DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

produk, kemajuan ekonomi perkelapaan di tingkat makro daya saing di pasar global maupun mikro pendapatan petani, nilai tambah dalam negeri dan substitusi impor tampaknya akan semakin menuntut dukungan pengembangan industri kelapa secara kluster sebagai prasyarat.

5.1. Usahatani

Areal tanaman kelapa tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Pada tahun 2005 dari total areal seluas 3.74 juta hektar, pangsa luas areal di pulau Sumatera mencapai 34.5 persen, Jawa 23.2 persen, Bali, NTB dan NTT 8.0 persen, Kalimantan 7.2 persen, Sulawesi 19.6 persen, Maluku dan Papua 7.5 persen Gambar 2. Produk utama yang dihasilkan di wilayah Sumatera adalah kopra dan minyak; di Jawa berupa kelapa butiran; Bali, NTB dan NTT adalah kelapa butiran dan minyak; Kalimantan berupa kopra; Sulawesi berupa kelapa butiran dan minyak; Maluku dan Papua berupa kopra. Komposisi keadaan tanaman secara nasional meliputi tanaman belum menghasilkan TBM seluas 13.9 persen 0.54 juta hektar, tanaman menghasilkan TM 74.0 persen 2.87 juta hektar dan tanaman tuarusak TTTR 12.1 persen 0.47 juta hektar. Gambar 2. Sebaran Areal dan Produksi Kelapa di Indonesia Berdasarkan Wilayah Pengembangan Sumber: Mahmud, et al., 2005 Produktivitas tanaman kelapa baru mencapai 2 700 – 4 500 butir kelapa atau setara 0.8 – 1.2 ton koprahektar. Produktivitas ini masih dapat ditingkatkan menjadi 6 750 butir atau setara 1.5 ton kopra. Selain itu, potensi kayu kelapa yang dapat dihasilkan sebesar 200 juta m 3 . Berdasarkan potensi tersebut maka pengembangan agribisnis kelapa, khususnya industri pengolahan buah kelapa, diarahkan ke Propinsi Riau, Jambi dan Lampung di wilayah Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan JawaTimur di wilayah Jawa, Propinsi Kalimantan Barat di wilayah Kalimantan, dan Propinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah di wilayah Sulawesi. Sedangkan industri pengolahan kayu kelapa di NTB dan NTT untuk wilayah Bali, NTB dan NTT, serta di sentra - sentra produksi lainnya. Pada tingkat rumah tangga, usahatani kelapa dapat menghasilkan pendapatan sekitar Rp 1.7 jutahektartahun atau Rp 142 ribuhektarbulan. Bagi petani kelapa polikultur, pada umumnya kelapa menjadi usahatani sampingan sehingga pendapatan tersebut memberikan kontribusi yang berarti terhadap total pendapatan petani. Akan tetapi, pendapatan tersebut menjadi tidak berarti bagi petani kelapa monokultur karena total pendapatan mereka hanya bertumpu pada usahatani kelapa. Dalam konteks ketahanan pangan, kontribusi kelapa tercermin dari besarnya persentase konsumsi domestik yang mencapai 50-60 dari produksi dalam bentuk konsumsi kelapa segar dan minyak goreng. Selain itu, di tingkat rumah tangga usahatani kelapa berperan meningkatkan daya beli terhadap pangan dengan adanya tambahan pendapatan sebagaimana disebutkan di atas.

5.2. Usaha Agribisnis Hulu