Berdasarkan Waktu Terjadinya Ketunanetraan Berdasarkan Kemampuan Daya Penglihatan

43 menggunakan tes Snellen Card. Anak dikatakan tunanetra bila ketajaman penglihatannya visusnya kurang dari 621. Artinya, berdasarkan tes Snellen Card, anak hanya mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang awas dapat dibaca pada jarak 21 meter Hidayat dan Suwandi, 2013: 2. Tunanetra dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1 Buta, dikatakan buta jika anak sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar visusnya = 0; 2 low vision, anak masih bisa menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 621 atau anak hanya mampu membaca headline pada surat kabar Hidayat dan Suwandi, 2013: 3. Dapat disimpulkan bahwa tunanetra merupakan kondisi seseorang yang memiliki gangguan pada penglihatannya baik itu merupakan penglihatan yang lemah maupun tidak dapat melihat sama sekali sehingga walaupun telah dibantu dengan kacamata, mereka tetap tidak mampu mengikuti pendidikan dengan menggunakan fasilitas yang umum dipakai oleh anak awas.

2.3.2 Klasifikasi Anak Tunanetra

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa dalam Widjaya, 2014: 15- 16, menjelaskan ada beberapa klasifikasi tunanetra yaitu:

2.3.2.1 Berdasarkan Waktu Terjadinya Ketunanetraan

1 Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan 2 Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan- kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan. 44 3 Tunanetra pada usia sekolah atau pada saat remaja; mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi. 4 Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri. 5 Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan- latihan penyesuaian diri.

2.3.2.2 Berdasarkan Kemampuan Daya Penglihatan

1 Tunanetra Ringan Defective Vision Low Vision Tunanetra ringan adalah mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan. Anak masih bisa menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 621, atau anak hanya mampu membaca headline pada surat kabar. Berdasarkan definisi World Healt Organization WHO, seseorang dikatakan low vision apabila; a Memiliki kelainan fungsi penglihatan meskipun telah dilakukan pengobatan, misal operasi dan atau koreksi refraksi standart kacamata atau lensa. b Mempunyai ketajaman penglihatan kurang dari 618 sampai dapat menerima persepsi cahaya. c Luas penglihatan kurang dari 10 derajat dari fiksasi secara potensial masih dapat menggunakan penglihatannya untuk perencanaan dan atau pelaksanaan tugas. Ciri-ciri low vision: 45 a Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat b Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar c Memincingkan mata atau mengkerutkan kening terutama di cahaya terang atau saat mencoba melihat sesuatu 2 Tunanetra Setengah Berat Partially Sighted Tunanetra setengah berat adalah mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal. 3 Tunanetra Berat Totally Blind Tunanetra berat adalah mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.

2.3.3 Karakteristik Anak Tunanetra