15 tangkai bunga. Komponen pendukung diameter mekar adalah jumlah petal dan
diameter kuncup. Komponen pendukung lama kesegaran bunga adalah jumlah petal, tebal petal dan jumlah daun. Apabila terdapat korelasi antara komponen
pendukung dengan hasil maka akan membantu efektifitas seleksi.
2.5. Sidik Lintas
Korelasi genetik antar karakter merupakan informasi dasar yang akan membantu mengidentifikasi sifat yang penting atau tidak penting dalam program
seleksi Falconer 1981. Berdasarkan nilai korelasi genetik yang diperoleh, maka dapat ditentukan sumbangan dari setiap komponen hasil melalui sidik lintas.
Penggunaaan sidik lintas merupakan penjabaran dari korelasi genetik antara komponen hasil terhadap hasil, yang dibagi menjadi dua komponen yaitu
pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Pembagian ini lebih dapat memberikan gambaran yang sebenarnya daripada menggunakan korelasi genetik,
karena korelasi genetik belum tentu dapat memberikan gambaran yang benar tentang hubungan antara komponen hasil terhadap hasil Poerwoko 1995.
Pendapat di atas senada dengan pendapat Singh dan Chaudhary 1979, bahwa dalam sidik lintas, koefisien korelasi dianggap sebagai pengaruh total
yang dapat dipecah ke dalam komponen pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Berikut ini cara mengiterpretasikan hasil sidik lintas menurut Singh
dan Chaudhary 1979 : 1. Bila koefisien korelasi antara faktor kausal dan efeknya hampir sama dengan
nilai pengaruh langsung, maka korelasi menunjukkan hubungan yang sesungguhnya dan seleksi langsung berdasarkan sifat tersebut akan efektif.
2. Bila koefisien korelasi antara faktor kausal dan efeknya positif tetapi nilai pengaruh langsung negatif atau dapat diabaikan, maka pengaruh tidak
langsung yang berperan dalam korelasi. Dalam keadaan seperti ini maka faktor kausal tidak langsung tersebut dapat menjadi dasar dalam seleksi tidak
langsung. 3. Koefisien korelasi antara faktor kausal dan efeknya negatif tetapi nilai
pengaruh langsung positif dan tinggi, dalam hal ini suatu metode seleksi
16 simultan yang terbatas untuk meniadakan pengaruh tidak langsung yang tidak
dikehendaki dapat d iterapkan.
2.6. Indeks Seleksi
Hasil ditentukan oleh banyak komponen hasil, maka dalam evaluasi dan seleksi kultivar yang berdaya hasil tinggi harus diperhatikan ciri-ciri komponen
hasil yang mendukung daya hasil tinggi. Hasil beserta ciri-ciri komponen hasil yang mendukung dapat diperbaiki secara simultan yaitu melalui seleksi. Seleksi
merupakan salah satu proses dalam pemuliaan tanaman dan merupakan dasar dari semua perbaikan tanaman untuk mendapatkan kultivar unggul baru Mc Whirter
1979. Dengan diketahuinya komponen hasil yang mendukung hasil, maka
perbaikan suatu kultivar secara bersama-sama dapat dilakukan. Salah satunya dengan menggunakan indeks seleksi yang didasarkan pada suatu skor. Pemilihan
dimulai dari genotipe yang mempunyai skor indeks tertinggi kemudian dilanjutkan pada genotipe yang mempunyai indeks total terkecil Jain 1982.
Penggunaan indeks seleksi berdasarkan pengukuran terhadap beberapa karakter dapat efektif menambah peluang terseleksinya genotipe unggul
dibandingkan dengan cara seleksi langsung Purnomo 2001. Disamping itu, penggunaan indeks seleksi berdasarkan pengukuran terhadap beberapa karakter
dapat efektif menambah peluang terseleksinya genotipe terpilih daripada dengan selekai berdasarkaan satu karakter Hasnam et al. 1970. Indeks seleksi juga
dapat digunakan untuk meningkatkan seleksi genotipe terbaik berdasarkan satu atau banyak karakter jika karakter tersebut berkorelasi dan mempunyai nilai
heritabilitas yang tinggi Kauffmann dan Dubley 1979. Selanjutnya Jain 1982 dan Soemarno dan Nasrullah 1988 mengemukakan bahwa penggunaan indeks
seleksi lebih efektif dibandingkan dengan metode seleksi yang lain, karena kemajuan genetik yang menyertainya lebih besar, juga lebih efisien karena
beberapa karakter dapat diseleks i secara simultan. Dasar penggunaan seleksi secara simultan telah dibuat oleh Smith 1936,
kemudian Robinson et al. 1951 menggunakan indeks seleksi untuk menyeleksi jagung berdaya hasil tinggi. Hasilnya diperoleh peningkatan efisiensi sebesar 30
17 daripada seleksi berdasarkam bobot biji. Pasek dan Baker 1969 mencoba
membandingkan seleksi tandem dengan indeks seleksi pada spesies tanaman menyerbuk sendiri dengan menggunakan metode modifikasi pedigree, hasilnya
menunjukkan bahwa indeks seleksi lebih efisien 11-47 daripada seleksi tandem. Efisiensi tersebut meningkat dengan bertambahnya sifat yang diperhitungkan
dalam indeks. Dalam menyusun indeks seleksi dengan metoda secara simultan, Smith
1936 menggunakan seluruh varian-kovarian genotipik dan fenotipik dengan nilai ekonomis nisbi masing-masing karakter sama dengan satu. Nilai ekonomis nisbi
suatu tanaman ditentukan oleh beberapa karakter yang mungkin penting atau kurang penting, sehingga harus dipertimbangkan beberapa karakter dalam
memutuskan indiv idu-individu yang memiliki nilai terbaik untuk seleksi Subandi et al. 1973.
Berikut ini beberapa pendapat penggunaan indeks seleksi Subandi et al. 1973 yaitu :
1. Penggunaan indeks seleksi pada umumnya akan memberikan hasil lebih baik daripada prosedur seleksi lainnya, baik tentang kemajuan genetik
dugaan maupun yang sebenarnya.
2. Penggunaan indeks seleksi untuk memperbaiki suatu sifat akan memberikan kemajuan yang lebih besar daripada seleksi dilakukan
terhadap sifat itu sendiri. 3. Indeks seleksi menjadi leb ih efektif bila korelasi genetik antar sifat-sifat
yang dipertimbangkan untuk fungsi indeks seleksi dengan sifat yang diseleksi cukup besar.
Disamping kelebihan -kelebihan tersebut, terdapat kelemahan indeks seleksi diantaranya adalah cara penentuan bobot ekonomi nisbi untuk masing-masing
sifat dan pendugaan varian -kovarian yang cukup sulit diperlukan cukup banyak perhitungan Subandi et al. 1973.
Terdapat beberapa cara penentuan nilai pembobot dalam memperolah suatu indeks seleksi yaitu sebagai berikut :
1. Berdasarkan nilai ekonomis nisbi suatu sifat Smith 1936 dalam Singh dan Chaudhary 1979, nilai tersebut ditentukan oleh urutan beberapa sifat yang
18 mungkin penting atau tidak penting.
Konsekuensinya harus dipertimbangkan beberapa sifat dalam memutuskan individu-individu
yang memiliki nilai terbaik untuk diseleksi Subandi et al. 1973. 2. Berdasarkan nilai varian -kovarian genetik Robinson et al. 1951; Bernardo
2002. 3. Berdasarkan nilai duga heritabilitas Halloran 1979.
4. Berdasarkan nilai pengaruh langsung yang diperoleh dari sidik lintas Purwoko 1995.
Dari keempat cara tersebut dapat digunakan salah satu atau kombinasi diantaranya atau dapat pula digunakan semua cara secara bersama-sama. Pada
penelitian ini digunakan semua cara secara bersama-sama sehingga akan diketahui genotipe-genotipe mana yang terseleksi melalui keempat cara tersebut. Apakah
akan terseleksi genotipe yang sama atau genotipe berbeda.
2.7. Pendugaan Jarak Genetik