31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Penelitian
Secara umum penelitian berjalan dengan baik dan lancar, walaupun terdapat beberapa hal yang mengakibatkan pelaksanaan penelitian mengalami
keterlambatan dari waktu yang telah direncanakan. Hal-hal tersebut diantaranya adalah kurang tersedianya batang bawah yang siap untu k dilakukan penempelan
batang atas, kurang tersedianya mata tunas yang akan diokulasi dan pemberian pupuk dasar yang kurang sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
Pada awal penelitian, direncanakan akan menggunakan batang bawah Rosa multiflora. Spesies tersebut mempunyai perakaran yang lebih baik sehingga
lebih tahan untuk waktu pertanaman yang lebih lama, karena direncanakan setelah penelitian ini selesai, tanaman akan digunakan untuk bahan persilangan. Akan
tetapi Rosa multiflora tidak tersedia di lapangan, sehingga harus ditanam dahulu untuk kemudian diperbanyak, dan waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan
tersebut cukup lama. Berdasarkan pertimbangan waktu, maka diputuskan untuk mengganti batang bawah Rosa multiflora dengan kultivar multic. Kultivar
tersebut merupakan kultivar introduksi dengan pertumbuhan yang bagus dan umumnya mempunyai kompatibilitas penempelan yang baik dengan kultivar-
kultivar mawar potong yang ada, termasuk dengan genotipe-genotipe yang digunakan dalam penelitian ini. Namun ketersediaan kultivar multic di lapangan
tidak memenuhi jumlah yang dibutuhkan, sehingga harus dilakukan perbanyakan. Tanaman induk sebagai sumber mata tunas dalam perbanyakan secara
vegetatif melaui cara okulasi, mulai dipelihara bersamaan dengan perbanyakan batang bawah. Jumlah tanaman induk sangat terbatas dan sebagian masih muda,
sehingga waktu pelaksanaan okulasi tidak seragam, dengan demikian diperoleh bibit yang tidak seragam. Penyeragaman bibit dilakukan dengan cara memotong
tunas yang terlalu banyak dan akar yang terlalu panjang, sehingga diperoleh bibit yang relatif seragam.
Pengolahan lahan dilakukan 30 hari sebelum tanam. Kesalahpahaman antara penulis dengan pekerja tentang cara pengolahan lahan dan dosis pupuk
dasar yang harus diberikan, meng akibatkan pekerjaan tersebut harus diulang,
32 sehingga waktu tanam menjadi mundur karena lahan yang belum siap. Namun
keadaan tersebut tidak mengganggu kondisi bibit karena bibit ditanam dalam polybag.
Jumlah tanaman per plot adalah lima tanaman. Beberapa minggu setelah tanam terdapat beberapa tanaman yang mati dan beberapa tanaman
pertumbuhannya sangat lambat. Kematian tanaman hasil okulasi umumnya disebabkan oleh lepasnya mata tunas batang atas yang ditempelkan pada batang
bawah, sehingga batang atas tidak memperoleh air maupun nutrisi dari batang bawah. Akibatnya batang atas tersebut mengering dan mati. Pertumbuhan yang
lambat dapat disebabkan oleh kondisi mata tunas dan batang bawah yang kurang baik atau sistem perakaran batang bawah yang kurang berkembang atau sebab lain
yang belum dapat diketahui. Tidak dilakukan penyulaman terhadap tanaman yang mati dan yang mengalami pertumbuhan terlambat, karena terjadi setelah lebih dari
dua minggu tanaman ditanam. Namun demikian, keadaan tersebut tidak mengurangi jumlah unit percobaan karena kejadian tersebut hanya terjadi pada
beberapa genotipe dan tidak terjadi pada semua ulangan, disamping itu jumlah penarikan anak contoh adalah tiga, sehingga jumlah tanaman yang hidup dan
tumbuh dengan normal masih memenuhi jumlah unit percobaan. Hal lain yang mengganggu adalah adanya serangan ulat daun dan kutu
daun. Serangan ini terjadi pada minggu ke-33 setelah tanam. Ulat daun memakan daun dan kuncup bunga bahkan pada serangan yang hebat ulat menyerang tunas
muda, sehingga tunas tersebut tidak berkembang dan tidak bisa menghasilkan bunga. Kutu daun menyerang daun-daun muda dengan cara menghisap cairan sel
tanaman, sehingga menyebabkan daun menjadi mengkerut atau keriting. Kedua serangan hama ini mengakibatkan penurunan kuantitas maupun kualitas bunga.
4.2. Pendugaan Keragaman Karakter Morfologi yang Diamati